Thursday, October 24, 2013

Gadis tanpa Tangan Dapatkan Suami Idaman Putri Herlina Dinikahi Putra Mantan Deputi Gubernur BI

JOGJAKARTA - Resepsi pernikahan mengharukan terjadi di Jogjakarta tadi malam. Putri Herlina, gadis tanpa dua tangan, akhirnya mendapatkan suami pilihannya sendiri, Reza Hilyard Somantri, putra mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Maman Husein Somantri.
Bagi Putri Herlina, pernikahannya dengan Reza seperti kisah dongeng yang berakhir bahagia (happy ending). Seperti yang pernah dimuat di JPNN pada 9 Maret 2012, Lina -sapaan akrab Putri Herlina- mengaku dirinya "dibuang" orang tuanya sejak baru lahir. "Aku ditinggal di rumah sakit, mungkin karena tidak punya tangan dan mereka malu," ungkapnya.
Karena tak ada yang bertanggung jawab, Lina lantas dirawat Susiani Sunaryo. Saat itu Susiani masih berusia 25 tahun dan menjadi relawan di Yayasan Sayap Ibu. Kini Susiani menjadi ibu panti di Kadirojo, Kalasan, Sleman.

Yayasan Sayap Ibu didirikan oleh Soelastri, istri Bung Tomo, pahlawan perang Surabaya 10 November, pada 1955. Yayasan ini memang menampung anak-anak yang "tak dikehendaki" ayah-ibunya. Rata-rata mereka mengalami cacat ganda. Yakni, cacat fisik dan mental karena aborsi yang gagal. Sehari-hari mereka hidup mengandalkan donatur tidak tetap dan dana pemerintah.
Radar Jogja (JPNN Group) melaporkan, pada acara resepsi pernikahan di Gedung Mandala Bakti Wanitama, Jogjakarta, tadi malam, Lina terlihat bahagia. Gadis yang pada 3 Oktober lalu menginjak usia 25 tahun itu terlihat cantik dan ceria mendampingi sang suami di pelaminan.
Dengan keterbatasan fisiknya, Putri tanpa canggung menerima ucapan selamat dari keluarga besar serta undangan yang hadir. Beberapa tamu tampak tak bisa menahan haru menyaksikan kebahagiaan pasangan tersebut.
Keluarga besar Yayasan Sayap Ibu yang diwakili Djoko Pramono mengakui, Lina merupakan sosok panutan bagi adik-adiknya di Yayasan Sayap Ibu. Sejak kecil diasuh di yayasan tersebut, Lina tidak ingin dimanjakan saat mengalami kesulitan. "Anaknya benar-benar mandiri. Melakukan aktivitas apa pun dia tidak mau bergantung pada orang lain," jelas Djoko, 62, di sela-sela pesta pernikahan.
Saat digelar resepsi pernikahan, orang tua Reza, Maman Husein Somantri dan Neneng Widaningsih, tampak tersenyum saat putranya mendapatkan istri pilihannya. Sayang, keluarga Reza hingga akhir resepsi mengaku belum bisa memberikan keterangan.
Seperti dimuat Jawa Pos, Lina memang tak pernah menyerah dengan keterbatasannya sebagai difabel. Dia tak mau kalah dengan anak lain. Dia berhasil lulus SD Muhammadiyah Sambisari, Sleman, dengan nilai memuaskan. Kemudian, dia melanjutkan ke SMP RC di Solo, setelah itu ke SMA Muhammadiyah 6 Surakarta. "Di sekolah aku selalu ingin duduk di depan. Di samping meja aku taruh kursi lagi untuk menulis," cerita Lina.
Jika menulis di atas meja, itu terlalu tinggi untuk dijangkau kakinya.  Karena tekun belajar, Lina pun lulus dengan nilai bagus pada 2009. Setelah itu dia ikut kursus bahasa Inggris intensif. Lalu ikut pelatihan di Yakkum Bethesda yang memang sering mengadakan training untuk kalangan difabel. Lina lantas bekerja sebagai resepsionis atau penerima tamu di kantor pusat Yayasan Sayap Ibu Jogjakarta yang lokasinya di Pringwulung, Condongcatur, Sleman.
Di sana dia juga ikut menangani kegiatan administrasi, seperti mengetik data donatur atau menulis undangan acara penggalangan dana. Dua tahun sebagai staf di kantor pusat, Lina memilih kembali ke rumah masa kecilnya. "Terus terang, aku lebih betah di sini. Aku ingin berbakti pada Ibu dan ikut merawat adik-adikku," kata Lina.
Agenda harian Lina lengkap, mulai memandikan, mengganti popok, memberikan susu, dan menyuapi balita yang sudah bisa diberi makanan padat.  Suatu ketika, ada donatur baik hati yang ingin membuatkannya tangan palsu. Para pegawai yayasan pun antusias meminta Lina untuk segera memilih yang pas.
"Ayo Lin, mumpung ada yang mau buatin tangan. Suatu saat kamu kan menikah, punya suami," ujar Lina menirukan komentar salah seorang pengurus yayasan.
Tapi, justru dengan alasan itu dia menolak halus tawaran tangan palsu. "Aku ingin suami yang mencintaiku apa adanya," katanya. "Lelaki sering memandang wanita dari kelebihannya saja. Aku ingin suamiku tahu kekuranganku. Toh, kita bakal hidup bersama sampai mati kan," ujar Lina.
Tadi malam Lina resmi menjadi istri Reza. "Semoga kedua pasangan, Lina dan Reza, hidup bahagia sampai anak cucu," ujar Djoko Pramono yang sehari-hari dipanggil ayah oleh Lina. (tim radar jogja/c2/kim)

No comments: