Salah seorang tokoh yang diangkat dan diteladani dalam
bulan Kitab Suci adalah Rut. Rut sangat
menghargai mertuanya, merawat dan mendampingi Naomi walaupun suaminya sendiri
seorang lelaki Betlehem telah meninggal dunia. Apa yang dilakukan ini terkesan sederhana tetapi sulit dalam
pelaksanaan. Tindakan penghargaan terhadap mertua ini juga diinspirasi oleh
sepuluh perintah Allah, terutama perintah Allah ke 4, hormatilah ayah dan
ibumu, menghormati orang tua. Dalam proses menghormati orang tua, cinta dan
kasih menjadi landasan utama dan menjadi penggerak untuk merawat orang tua yang
telah uzur usianya dan membutuhkan perhatian dari orang lain. Apa yang
dilakukan oleh Rut terhadap mertuanya, menjadikan orang-orang sepuh untuk menemukan jati diri kembali sebagai
manusia, sekaligus menyadari bahwa manusia hidup bergantung pada orang lain,
terutama anak-anaknya.
Menelusuri liku-liku kehidupan Rut, seakan membentangkan
sebuah garis luka yang panjang, sebuah garis luka sejarah. Dalam luka yang menetap
di batin, Rut tetap tegar menghadapi sebuah kenyataan hidup yang pahit.
Perjalanan hidup Rut penuh dengan tetasan air mata. Tetapi air mata yang keluar
dan membasahi wajahnya ketika dirundung duka, adalah air mata keberpihakkan.
Rut berduka menatap sanak keluarganya yang terenggut nyawa karena derita
kelaparan berkepanjangan. Dalam duka pula, ia meratapi kepergian Mahlon
suaminya untuk selamanya.