Friday, January 24, 2014

Tenda untuk Presiden SBY dibangun di pelataran gereja Katolik


Tenda untuk Presiden SBY dibangun di pelataran gereja Katolik thumbnail

23/01/2014
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membantah kabar penggunaan tenda seharga Rp 15 miliar oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Sinabung.
“Berita yang berkembang di media sosial itu tidak benar. BNPB tidak punya tenda VVIP seharga Rp 15 miliar seperti yang banyak diributkan. Presiden akan menggunakan tenda posko selama berkunjung di Sinabung,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran persnya, Rabu, 22 Januari 2014, seperti dilansir tempo.co.

Friday, January 17, 2014

Ningrum bersyukur fotonya dengan Suster Patrice jadi inspirasi

16/01/2014
Ningrum bersyukur fotonya dengan Suster Patrice jadi inspirasi thumbnail
Ningrum dan Suster Maria Patrice OSF

Ningrum Septianda, mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa, bersyukur bila fotonya bersama sahabatnya, Suster Maria Patrice OSF, mampu mengilhami persaudaraan umat beragama di Nusantara.
Meskipun demikian, Ningrum mengaku kaget pertemanannya dengan biarawati yang diabadikan oleh Lexy Rambadeta pada 8 Januari 2014 lalu menjadi istimewa. Padahal, pertemanan antarumat beragama merupakan hal yang wajar dan biasa di Yogyakarta.

Wednesday, January 8, 2014

LUKA SEJARAH



Salah seorang tokoh yang diangkat dan diteladani dalam bulan Kitab Suci adalah Rut.  Rut sangat menghargai mertuanya, merawat dan mendampingi Naomi walaupun suaminya sendiri seorang lelaki Betlehem telah meninggal dunia. Apa yang dilakukan ini  terkesan sederhana tetapi sulit dalam pelaksanaan. Tindakan penghargaan terhadap mertua ini juga diinspirasi oleh sepuluh perintah Allah, terutama perintah Allah ke 4, hormatilah ayah dan ibumu, menghormati orang tua. Dalam proses menghormati orang tua, cinta dan kasih menjadi landasan utama dan menjadi penggerak untuk merawat orang tua yang telah uzur usianya dan membutuhkan perhatian dari orang lain. Apa yang dilakukan oleh Rut terhadap mertuanya, menjadikan orang-orang sepuh  untuk menemukan jati diri kembali sebagai manusia, sekaligus menyadari bahwa manusia hidup bergantung pada orang lain, terutama anak-anaknya.
Menelusuri liku-liku kehidupan Rut, seakan membentangkan sebuah garis luka yang panjang, sebuah garis luka sejarah. Dalam luka yang menetap di batin, Rut tetap tegar menghadapi sebuah kenyataan hidup yang pahit. Perjalanan hidup Rut penuh dengan tetasan air mata. Tetapi air mata yang keluar dan membasahi wajahnya ketika dirundung duka, adalah air mata keberpihakkan. Rut berduka menatap sanak keluarganya yang terenggut nyawa karena derita kelaparan berkepanjangan. Dalam duka pula, ia meratapi kepergian Mahlon suaminya untuk selamanya.