Tuesday, September 30, 2014

PELATIHAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013


           Kurikulum 2013  menjadi sebuah tantangan baru bagi para tenaga pendidik. Menyadari betapa pentingnya  dunia pendidikan dan tuntutan akan kehadiran kurikulum 2013 maka Bimas Katolik-Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten berupaya untuk memberdayakan guru-guru Agama Katolik dengan mengadakan pelatihan kurikulum 2013. Proses pelatihan kurikulum dengan mengusung tema “Penyelenggaraan  Kegiatan Pengembangan Mutu Guru PAK,”  dibuka secara resmi oleh Pjs. Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Banten, Bpk. H.Subhi dan didampingi oleh Bapak Pembimas Katolik Banten, Bapak Stanislaus Lewotoby.  Dalam arahan pembukaannya, Bapak Subhi mengatakan bahwa dilihat dari sisi demografi, Indonesia menempati posisi penting yakni memiliki usia remaja dengan jumlah yang cukup besar yang bisa dijadikan aset dalam kancah dunia.
Untuk menghadapi gerakan “Indonesia emas” pada beberapa tahun ke depan, persoalan demografi menjadi sebuah tantangan berat. Apabila jumlah usia produktif ini dikelola secara baik maka akan membawa kontribusi besar untuk bangsa dan apabila tidak dikelola secara baik maka akan membawa malapetaka bagi bangsa sendiri. Dalam proses pengelolaan sumber daya manusia ini tidak hanya didukung oleh ilmu pengetahuan saja tetapi juga ditopang oleh nilai-nilai keagamaan. “Banyak orang pintar di Indonesia. Lihat saja orang-orang yang ditangkap KPK karena korupsi, mereka bukanlah orang yang bodoh tetapi mereka adalah orang-orang pintar,” ujar Bapak Subhi di sela-sela sambutan pembukaan acara pengembangan mutu guru Agama Katolik.

Monday, September 29, 2014

MENULIS DARI BALIK JERUJI BESI


 
Orang-orang  terpenjara tidak selamanya terpasung seluruh kebebasannya. Secara fisik, memang mereka terkurung  bertahun-tahun mengikuti putusan hakim. Tetapi bagi mereka yang bergelut dalam dunia tulis-menulis, penjara bagi mereka adalah tempat  yang  baik untuk membuat sebuah refleksi panjang tentang kisah perjalanan hidup atau peristiwa lain untuk ditulis. “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu,” sebuah judul buku yang menarik, lahir dari rahim pemikiran sastrawan ternama Indonesia, Pramudya Ananta Toer. Buku ini ditulis ketika ia dibuang dan dipenjara di pulau Buru pada zaman Orde Baru. Tetapi apakah pengalaman ketika dipenjara membuat seluruh aktivitas menulis menjadi terhambat? Ternyata tidak! Ide / gagasan tidak bisa dipenjara oleh siapapun dan karenanya dengan ide / gagasan itu ia boleh menuangkan gagasan-gagasan. Ada juga beberapa buku lain yang dihasilkan dari balik penjara.
Selain itu, kita mengenal Arswendo, seorang sastrawan terkenal. Ia juga mengalami pengalaman pahit di zaman Orde Baru. Arswendo dipenjara juga. Walau dipenjara tetapi seluruh aktivitas menulisnya tidak terpenjara. Banyak karya-karya yang berbobot lahir di balik jeruji besi. Bahkan dia sempat menulis untuk media dengan menggunakan nama samaran. Memang, para narapidana itu banyak yang kreatif di bidangnya. Ada yang fasih berbahasa asing, ada yang pandai menulis dan ada pula bisa membuat karya-karya seni lain.

Friday, September 26, 2014

SISTEM NOKEN DAN PEMILUKADA MELALUI DPRD


Oleh: Valery Kopong*
KETIKA desakan masyarakat dan asosiasi kepala daerah untuk  mengembalikan mandat rakyat  dengan mendukung pemilukada secara langsung, ternyata tidak menuai hasil. Melalui  rapat sidang paripurna DPR yang berlangsung alot, pada akhirnya memutuskan melalui voting  dan memenangkan pemilukada melalui DPRD. Seperti dugaan-dugaan yang muncul dalam kaitan dengan wacana pemilukada melalui DPRD, bahwa gagasan ini merupakan ekses dari kekecewaan partai koalisi merah-putih yang kalah dalam pertarungan pilpres. Partai koalisi merah-putih berdalih bahwa pemilukada secara langsung menyisahkan begitu banyak problem, seperti masalah konflik sosial,beban biaya yang dikeluarkan oleh para petarung dalam pemilukada dan pada akhirnya berdampak pada korupsi yang melibatkan begitu banyak kepala daerah.
Rapat Paripurna Setujui RUU Pilkada Melalui DPRD            Apakah dalih seperti ini menjadi sebuah rujukan ampuh untuk meminimalisir segala problem yang sedang terjadi? Alasan-alasan yang dikemukakan oleh koalisi merah-putih bisa diterima tetapi bukan berarti secara serta merta mengembalikan pola pemilihan ke ruang DPRD. Karena mestinya yang dikeluhkan adalah persoalan klasik maka anggota DPR yang cerdas mesti membuat sistem teknis yang memberi kemungkinan dalam meminimalisir segala ekses yang terjadi pada pemilukada secara langsung.
            Pengamat politik LIPI, Ikrar Nusa Bakti dalam dialog di Metro TV pada kamis sore, 25/9/2014 ketika menanggapi pendapat Martin Hutabarat mengatakan bahwa kalau persoalan korupsi yang dijadikan alasan maka anggota DPR/DPRD juga perlu dibenah. Karena masalah korupsi tidak hanya melibatkan kepala daerah yang merupakan produk dari pemilukada langsung  tetapi juga anggota DPR/DPRD juga banyak tersandung dengan masalah korupsi. Apakah nantinya DPR/DPRD dipilih langsung oleh Presiden untuk menekan angka korupsi? Tanggapan dari peneliti senior LIPI ini sangat menggelitik publik untuk melihat persoalan RUU pilkada melalui DPRD secara jernih karena kurang mengedepankan kepentingan masyarakat.
           

Thursday, September 25, 2014

MEMIMPIN DENGAN HATI



Tangan  Dingin  Romo  Binzler
            Tanpa Romo Binzler, Gregorius tak  mungkin seperti ini.” Inilah kata-kata yang diungkapkan secara spontan  oleh salah seorang umat yang cukup tahu sejarah  perjalanan umat Gregorius. Romo Binzler, yang dikenal sebagai romo pembangun, memberikan  perhatian yang seimbang kepada  umat yang digembalakannya. Konsentrasi perhatiannya tidak hanya berpusat di Santa Maria sebagai pusat paroki tetapi juga perlu adanya pengembangan stasi-stasi  di bawah naungan Santa Maria.
            Stasi St. Gregorius mendapat perhatian yang serius dari Romo Bin sebagai Pastor Kepala Paroki Santa Maria. Beliau tidak hanya memberikan pelayanan  dalam bidang rohani saja tetapi juga membangun  gedung serba guna yang digunakan untuk perayaan ekaristi dan kegiatan religius lainnya. Gedung Serba Guna (GSG) yang dibangun oleh Romo dilihat sebagai ruang terbuka, yang di satu sisi digunakan untuk kegiatan religius tetapi di sisi lain, GSG masih membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk melakukan olah raga terutama bulu tangkis.
            Keberadaan GSG ini memang tidak menimbulkan reaksi  berlebihan dari warga tetapi diakui bahwa ada gejolak dari kelompok-kelompok tertentu. Melihat hal itu maka langkah-langkah pendekatan ke masyarakat gencar dilakukan untuk memberikan pemahaman yang positif tentang pendirian SGS tersebut. Selain itu pula, Romo Bin meminta beberapa pemuda asal Ende-Flores untuk menjaga keamanan lingkungan. Beberapa tahun lamanya, sejak zaman Romo Bin sampai dengan masa kepemimpinan Bapak Lastiyo sebagai ketua dewan stasi, beberapa pemuda ini masih menetap di lingkungan GSG.  Namun ketika terjadi renovasi gedung gereja Santo Gregorius, beberapa pemuda ini diminta untuk keluar dari lingkungan Gereja.
           

DALAM GENGGAMAN SANG BUNDA



Iman  Tumbuh di Bawah  Naungan  Sang Bunda
            Di tangan seorang perempuan, iman itu tumbuh dan berkembang. Seperti dikisahkan pada awal titik sejarah perjumpaan orang-orang Katolik yang tidak lain  adalah masyarakat perantau, orang pertama yang menggerakkan  kehidupan guyup dan doa adalah Ibu Doemeri. Ia adalah seorang ibu yang jeli melihat masyarakat perantau yang masih seiman. Di tangan dialah, orang-orang mulai disadarkan untuk hidup berkelompok, bukan untuk mengalienasi diri  dari “panggung” masyarakat tetapi semakin mempererat hubungan sebagai pengikut Kristus sekaligus memberi kesaksian tentang-Nya.
            Komunitas iman  ini semakin hari mengalami pertumbuhan yang pesat, mirip kehidupan umat perdana. “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu dari kepunyaannya  adalah kepunyaan  mereka bersama.” (Kis 4 :32). Dalam kehidupan beriman tentunya mereka tidak mempersoalkan  suku dan  asal, seolah-olah melepaskan identitas primordial untuk merasa memiliki Kristus. Dengan menghampakan diri dihadapan-Nya maka gema kekeluargaan dan roh kebersamaan  menjadi perekat yang menyatukan.   
    

BERAKAR PADA SEJARAH



Pada Mulanya Adalah Sejarah
            Menelusuri sejarah pengembaraan iman umat Gregorius memiliki keunikan tersendiri.  Gereja sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini sudah mulai terlihat ketika umat mulai berkumpul dan membentuk paguyuban iman. Allah hadir dan terus menyapa sekaligus ”menyangga”  iman umat, yang tidak lain adalah masyarakat perantau. Mereka (umat awal) mengembara, keluar dari rumah untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tetapi dalam mencari kehidupan, umat pun tidak lupa untuk membangun sebuah persekutuan doa dan membangun harapan untuk menatap masa depan.
            Kisah pengembaraan umat yang kemudian membentuk lingkungan Bernardus, mengingatkan kita akan pengembaraan umat Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Allah telah menuntun bangsa Israel untuk keluar dari perbudakan Mesir. Umat Israel mengembara selama 40 tahun di padang gurun sebelum menemukan tanah terjanji, Kanaan. Dalam perjalanan dan pengembaraan iman umat israel, banyak tantangan yang muncul. Hal ini tidak lain menguji iman mereka untuk tetap setia pada Allah yang disapa sebagai Yahwe.
            Perjalanan awal umat di lingkungan Bernardus bukan waktu yang singkat. Kurang lebih 20-an tahun umat ini mengembara  sebelum membentuk kepengurusan dan struktur mengikuti pola yang sudah digariskan di dalam Gereja. Dalam testimoni Bapak Giono, dituturkan bahwa awal pembentukan umat ini datang dari Ibu Doemeri.  Sekitar bulan November, bertempat  di rumah Ibu Doemeri yang berada di perumahan Pondok Permai terjadi pertemuan pertama.  Tidak ada hal istimewa yang dibahas dalam pertemuan itu namun mereka membangun komitmen untuk menghidupi  doa-doa di lingkungan. Mereka menyadari betapa pentingnya doa sebagai pilar penyangga kekuatan hidup. Dengan doa secara rutin dan bergillir merupakan sebuah momentum untuk mempersatukan umat yang masih tersebar di perumahan-perumahan yang terletak di Kota Bumi. 
            Perkembangan umat semakin bertambah dari hari ke hari. Kegiatan rutin seperti doa-doa lingkungan terus digalakan dan juga dimulainya pembentukan kelompok koor.  Kelompok koor ini dirasa perlu karena mendukung kegiatan-kegiatan liturgi. Kelompok koor ini kemudian mendapat tugas membawakan nyanyian di Paroki Santa Maria-Tangerang.  Melihat perkembangan umat dengan potensi yang ada maka timbullah niat untuk dibentuknya sebuah lingkungan dengan pengurus-pengurusnya.  Lingkungan yang baru dibentuk itu diberi nama, Santo Bernardus. Pada bulan Desember 1988 dibentuklah kepengurusan lingkungan dengan ketua lingkungan pertama adalah YB Sutardi.  Kemudian pada tanggal 7 Januari 1989, tepatnya pada perayaan misa  natal bersama untuk pertama kali diadakan sekaligus pelantikan para pengurus lingkungan.  Perayaan misa natal bersama dan pelantikan pengurus lingkungan dipersembahkan oleh  Romo Binzler, SJ. Perayaan ini berlangsung di rumah ketua lingkungan YB Sutardi yang terletak di Pondok Indah.    
Umat terus bertambah seiring dengan pengembangan perumahan di wilayah Kota Bumi. Dengan penambahan umat ini maka perlu dipikirkan juga pemekaran lingkungan. Pemekaran dilakukan dengan suatu asumsi bahwa lingkungan yang terdiri dari umat yang tidak terlalu banyak, memudahkan koordinasi. Tahun 1990 terjadi pemekaran lingkungan dengan batasnya adalah sebelah kiri dan kanan dari jalan raya Kota Bumi.  Dari arah jalan masuk ke Kota Bumi (dari arah Nagrek), perumahan yang berada di sebelah kanan jalan seperti: Pondok Rejeki, Pondok Indah dan Pondok Permai termasuk dalam kelompok lingkungan Bernardus 1. Sementara itu perumahan-perumahan di sebelah kiri jalan raya seperti: Pondok Sejahtera, Pondok Makmur dan sebagian Pondok Indah termasuk ke kelompok lingkungan Bernardus 2.  
Lingkungan ini terus berkembang karena kebanyakan guru-guru Katolik yang mengajar di sekolah-sekolah Strada memilih perumahan-perumahan di Kota Bumi. Dengan keberadaan guru dan karyawan Strada ini maka lingkungan semakin hidup dan

Friday, September 19, 2014

ROSE: MAWAR TAK BERDURI ITU TELAH PERGI



Matahari pagi itu beranjak naik, menemui para penghuni bumi dengan menebar pesona bias cahayanya yang lembut. Tetapi matahari yang terlihat cerah mengitari dunia sekitar, sepertinya tak sanggup membendung rasa duka yang mendalam. Ya, kedukaan itu sangat terasa bagi mereka yang pernah berada bersama Mba Rosa, baik di tempat kerja, lingkungan doa maupun sahabat kenalan lain.  Dengan mata penuh sembab, para pelayat yang mengenal dekat dengannya terus berusaha menatap wajahnya yang kurus dan sudah kaku itu. “Ia pergi  untuk selamanya,” kata seorang sahabatnya yang ada di sampingku. Ia pergi, karena takdir Tuhan. Tuhan yang telah dengan caranya tersendiri mengambil dia dari hadapan keluarga dan sahabat kenalan yang masih mencintai dia.
Seminggu menjelang kepergiannya, aku membaca status pada BlackBerry: “Tx God masa kritis sdh terlewati…..” BBnya yang terhubung dengan BBku, membuat aku dengan mudah mengetahui kondisi terakhir yang dialami lewat status BBnya. Membaca status BBnya membuat orang-orang yang dekat dengannya menarik nafas lega. Statusnya terus terpampang pada BBnya, ia telah melewati masa kritis dan sekarang ia boleh mengalami kelegaan hidup di hadapan Allah.
Sore itu, ketika hendak mandi, ada telpon masuk ke HPku. “Kringggggg……”Aku mengambil Hp untuk menerima telpon dari Pak Bruno Tefa. Firasatku agak beda saat mengangkat HP dan menerima telpon dari Pak Bruno Tefa. “Sudah tahu informasi tentang Mba Rosa?” tanya Pak Bruno Tefa melalui telpon genggam. “Belum,” jawabku singkat. “Mba Rosa telah meninggal di Rumah Sakit Siloam-Jakarta pada Rabu, 17 September 2014, sekitar Pkl.18.30, “ urai Pak Bruno. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kita kehilangan seorang teman dekat, teman yang selalu peduli dengan rekan kerja lain.
Setelah mendengar kematiannya, saya coba untuk mencari foto-foto pada BlackBerryku. Ada tiga foto yang kudapatkan dan segera saya upload pada Facebook saya sebagai cara sederhana untuk menginformasikan kepergian Mba Rosa. Banyak teman yang melihat FBku merasa terbantu dan segera mencari informasi untuk membenarkan peristiwa kematian itu. Ternyata Mba Rosa telah menghembuskan nafas  untuk terakhir kalinya.
Misa Requiem di rumahnya di Perumahan Dasana-Tangerang, dihadirinya oleh rekan-rekan dan sahabat-sahabatnya. Romo Barnabas, Pastor Paroki Sta.Helena-Curug, dalam khotbahnya mengatakan bahwa Ibu Rosalia Widayati begitu tegar dan tabah dalam menghadapi penderitaan. Lebih jauh

Thursday, September 11, 2014

TUGAS DAN TANTANGAN MEWARTAKAN SABDA


(HUT ke 2 Paroki Santo Gregorius Agung-Kota Bumi-Tangerang)

Merayakan ulang tahun ke dua, Paroki Santo Gregorius Agung -Kota Bumi, Tangerang  merupakan “ungkapan syukur atas karunia Allah yang telah dilimpahkan kepada kita.” Hal ini disampaikan  oleh  Romo  Andrianus  Andi  Gunardi, Pr dalam kata pembukaan pada misa kudus  peringatan ulang tahun ke 2 Paroki Santo Gregorius Agung. Romo Andrianus Andi Gunardi bertindak sebagai selebran utama dalam perayaan Ekaristi meriah itu dan didampingi oleh Romo Sony sebagai pastor rekan.  Dalam perayaan misa  yang berlangsung khidmat  dan dihadiri oleh ribuan umat, menjadi tanda persaudaraan yang  nampak dalam suka cita itu. Peringatan ulang tahun paroki yang kedua, Minggu 7 September 2014 ini  agak berbeda karena selain ribuan umat yang hadir tetapi juga turut hadir Bapak Dirjen Bimas Katolik bersama Ibu dan juga Bapak Stanislaus Lewotoby, Pembimas Katolik, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten.
Perayaan HUT ke dua  Paroki Santo Gregorius Agung-Kota Bumi-Tangerang
Dalam khotbahnya, Romo Andi menekankan pentingnya kehidupan menggereja. “Gereja akan rusak apabila anggota-anggotanya hidup dalam kebencian, curiga dan iri hati.” Di dalam keluarga, lingkungan doa dan paroki, perlu dibangun suasana cinta kasih dan keakraban antara satu dengan yang lain. Menghadirkan kasih dalam seluruh komunitas dapat   menyelesaikan seluruh permasalahan yang dialami dan dengan demikian bisa memperkuat kehidupan menggereja, baik di tingkat lingkungan maupun paroki.  Perayaan akbar ini diiringi oleh koor yang  melantunkan lagu-lagu merdu.

Saturday, September 6, 2014

Kicauan Flo cuma opini biasa


FLORENCE Sihombing, mahasiswa UGM, sudah mendapat sanksi sosial yang sangat berat. Gadis asal Medan ini bahkan sempat dijebloskan ke bui oleh polisi gara-gara kicauannya di media sosial. Flo juga sudah minta maaf berkali-kali.

Lalu, mau apa lagi? Membawa si Flo ke pengadilan untuk dipenjara? Sangat berlebihan kalau sampai begitu. Sri Sultan dan istri pun sudah menemui Flo dan memberikan maaf.

Cukuplah kasus ini menjadi pelajaran buat Flo. Dan kita semua yang biasa bermain di internet, baik itu media sosial, laman (website), blog, email dan sebagainya. Bahwa kicauan yang cuma satu dua kalimat bisa berdampak panjang, sangat serius, bahkan bisa merusak masa depan. Kuliah Flo Sihombing di Jogja bisa terganggu kalau kasus ini diterus-teruskan.

Polisi di Jogja sebaiknya lebih serius menangani kasus pembunuhan wartawan Udin yang sampai sekarang belum jelas. Juga kasus kekerasan benuansa SARA. Kasus korupsi yang merugikan uang rakyat. Kicauan Flo yang suntuk, stres di SPBU, meskipun kata-katanya terasa kasar, blakblakan, sebetulnya bukan prioritas polisi.

Setiap jam, setiap menit, selalu muncul jutaan kicauan di media sosial dan postingan di internet. Dari jutaan konten itu, pasti banyak sekali yang sama kasar atau lebih kasar ketimbang si Flo itu. Apalagi yang pakai akun anonim. Akun-akun atau komentar-komentar anonim memang sengaja dibuat untuk menyerang pihak lain.

Saya justru salut sama Flo karena tidak bersembunyi di balik akun anonim. Wanita 26 tahun ini juga pakai foto asli, apa adanya. Dia degan cepat minta maaf ketika sadar bahwa kicauannya jadi bahan polemik. Beda dengan tabloid Obor Rakyat yang pakai nama penulis dan alamat palsu. Toh, pengelola Obor Rakyat tidak ditahan polisi.

Jujur saja, di era internet ini semakin jarang orang Indonesia yang berani mengkritik pihak lain tanpa berlindung di balik anonimitas.

Para teroris dan calon-calon teroris selalu menggunakan akun anonim untuk melancarkan misinya. Penjahat-penjahat dunia maya juga gentayangan mencari mangsa dengan berbagai tawaran bisnis online. Ini yang harus diatasi polisi unit cyber crime.

Flo Sihombing jelas bukan penjahat cyber. Flo hanya menulis opini. Dan opini tidak bisa diadili! Apalagi suasana kejiwaan Flo saat berkicau di media sosial sedang tidak normal alias bocor halus. Kalau kicauan orang stres, ditanggapi dengan serius, diurusin polisi, bisa kacau negara ini.

Freedom of speech mutlak ada dalam negara demokrasi. Meskipun opini yang disampaikan untuk membuat kita tersinggung atau merasa terhina.