Thursday, May 18, 2017

“Luka Kesuksesan”


Veronica Tan

Ketika mengikuti jalan salib di Gereja Santo Gregorius Agung – Kota Bumi-Tangerang pada setiap hari Jumat  dalam masa pra-paskah ini, seakan  memori imanku  terbangun tatkala memasuki perhentian ke 6. Pada perhentian ke 6 ini, yakni “Veronika Menyapu Wajah Yesus,”  mengingatkanku akan sosok Veronika, seorang wanita Yerusalem yang tegar menerobos para kerumunan algoju yang sedang menyiksa Yesus pada perjalanan menuju Golgota. Veronika tergerak hati untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh peluh dan darah dengan sepotong kain. Menurut tradisi, pada kain yang dipakai untuk mengusapi wajah Yesus,  kemudian tercetaklah gambar wajah Yesus. Veronika memperoleh kenangan berharga dari perbuatannya, sepotong gambar  yang menjadi kenangan sejarah, kenangan kolektif umat Kristiani. Nama “Veronika” sendiri merupakan nama Latin dari Berenice, sebuah nama Makedonia, yang artinya adalah “pembawa kemenangan”/ bearer of victory (menurut bahasa Yunani, phere- nike).
Menelusuri perjalanan hidup Ahok dan ditemani isterinya Veronica Tan, sepertinya mereka sedang mengalami “jalan salib kehidupan politis.” Ahok dan Veronica Tan sebagai pengikut Kristus sejati memperlihatkan diri sebagai murid yang sedang mengalami pencobaan di tengah pusaran politik yang tak karuan. Ahok tahu bahwa jalan politik itu terjal dan penuh dengan liku-liku yang terkadang menjebaknya untuk menerima tawaran yang menggiurkan. Tetapi Ahok berani menolak semua godaan berupa kesenangan duniawi. Ketika sebagian besar  anggota DPR RI yang sedang terjerat kasus korupsi E-KTP, Ahok lolos dari jeratan korupsi massal itu dan ini memperlihatkan kredibilitas Ahok yang semasa menjadi anggota DPR RI di komisi II, begitu menentang mega proyek yang membawa skandal ini.  
           
Kepribadian Ahok sedang diuji, apalagi memasuki Pilkada DKI putaran kedua ini, Ahok terlihat sangat lelah karena harus menghadapi begitu banyak persoalan. Tetapi Ahok tidak sendirian. Tuhan yang diimani tentu sedang memapah dia untuk menelusuri jalan politik yang benar. Dalam sebuah wawancara di Kompas TV, Ahok mengatakan bahwa terjun ke dunia politik itu merupakan sesuatu yang mulia karena kebijakan yang diambil itu pro terhadap rakyat. Setiap keputusan yang diambil dengan mengedepankan kesejahteraan rakyat maka di situ terjadi pemuliaan terhadap jalan politis itu. Memang pandangan Ahok ini sangat berbeda dengan politisi umumnya yang menduduki kursi parlemen untuk mendapatkan uang. Maklum, sebelum terjun ke dunia politik, Ahok sudah berkecukupan dan boleh dikatakan kaya akan harta. Karena itu segala urusan tentang kebijakan publik dan terutama menyangkut program yang berimbas pada anggaran, Ahok melihat prinsip menyejahterakan rakyat menjadi yang utama dan bukannya  mencari uang di tengah mega proyek itu.
            Ahok itu seorang pengikut Kristus yang militan. Dia bertahan di tengah hujatan massa yang tidak suka dengannya. Ahok memiliki prinsip yang tegas dan berani melawan arus perjalanan politik. Kekuatan lain yang diperoleh Ahok adalah bagaimana dukungan keluarga, terutama Veronica Tan yang menunjukkan kesetiaan terhadapnya saat menjalani proses Pilkada DKI dan menjalani sidang sebagai terdakwa atas kasus penistaan agama. Di tengah gempuran masalah dan teriakan sekelompok masyarakat yang intoleran, Veronica Tan, tampil untuk memberikan kekuatan agar jalan panjang menuju kesuksesan Pilkada DKI Jakarta dapat tercapai.
            Veronica Tan, begitu mengenal jejak perjalanan Ahok yang kian terjal. Tetapi dalam iman akan Yesus Kristus, pengalaman Salib seperti yang dialami Sang Guru (Yesus) pada akhirnya membawa kegembiraan pada Paskah kebangkitan abadi. Yesus harus melewati kisah sengsara, melewati Jumat Agung, agar boleh menikmati Minggu Paskah abadi. Tanpa Jumat Agung yang harus dilalui maka tak mungkin ada Minggu Paskah abadi. Di sini, Ahok berada pada jalan politik  penuh liku yang harus dilewati. Tetapi apakah Ahok bertahan memikul “salib cercaan” yang datang dari warga Jakarta yang tidak berpihak padanya pada saat proses demokrasi dalam memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta.
            Beberapa hari terakhir ini pola kampanye Ahok mulai berubah. Ia mulai terlihat memilih untuk bertemu dengan mereka yang menjadi korban di masyarakat karena memilih dia pada saat terjadi Pilkada DKI putaran pertama. Dengan mengunjungi mereka yang korban ketidak-adilan politik, Ahok yang juga selalu menjadi korban, harus berjumpa agar sama-sama mensyeringkan  pengalaman derita bersama untuk berani menatap puncak kesuksesan yang sedang diperjuangkan. “Dia yang terluka, harus memperlihatkan lukanya pada mereka yang juga dilukai agar menjadi tahu tentang betapa sakitnya kalau dilukai.”    
Veronica Tan,  adalah sosok wanita yang tahu tentang “luka” yang dialami Ahok dan berani untuk menawarkan kesembuhan baginya. Seperti Veronika dalam kisah perjumpaan dengan Yesus di saat Yesus disiksa oleh para algoju, dengan berani membawa sepotong kain untuk membersihkan luka dan darah yang tercurah pada wajahnya. Mungkin dalam pengalaman iman, Veronika Tan, tampil sebagai “Veronika” abad ini yang sanggup menghalau kerumunan orang yang menghujat Ahok dan mengusapi peluh pada wajahnya agar ia semakin tahu, berapa lama lagi Ahok menemukan titik kulminasi kesuksesan. “Luka kesuksesan” yang akan dicapai, mengingatkan kita akan sebuah jalan panjang penuh derita.***     
               

No comments: