Showing posts with label Humor. Show all posts
Showing posts with label Humor. Show all posts

Wednesday, December 14, 2011

ANAK KALIMAT

SEORANG pastor, sebut saja Miguel, mempunyai minat yang besar terhadap dunia jurnalistik. Suatu keunikan dapat terlihat lewat tulisannya yakni kalimat yang digunakan dalam tulisan, selalu menggunakan anak kalimat yang sekian banyak. Seorang pembaca merasa heran dan mempertanyakan, mengapa Pastor Miguel selalu menggunakan anak kalimat dalam jumlah yang banyak? Sekian lama si pembaca itu bertanya, dan pada akhirnya ia menemukan jawaban, yaitu bahwa mungkin pastor itu tidak mempunyai anak sehingga selalu menciptakan anak kalimat yang banyak dalam tulisan-tulisannya.*** (Valery Kopong)

TIGA LELAKI ANEH

Pada hari Minggu, ada 3 orang lelaki Katolik pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan ekaristi. Sebelum masuk ke dalam gereja, mereka bertiga mulai memikirkan uang derma atau kolekte yang mau diberikan pada saat persembahan. Di depan gereja itu, tiga lelaki ini bertingkah aneh.Mereka bertiga mulai membuat sebuah lingkaran dengan menggunakan kapur. Mereka bertiga mulai mencari uang recehan di saku celana masing-masing untuk derma atau kolekte nanti. Dua di antara ketiga lelaki sedikit keberatan dengan memberikan kolekte. Mereka akhirnya bersepakat untuk “membuang undi” di lingkaran itu dengan menggunakan uang recehan. Lelaki 1: Uang yang saya lemparkan ke atas ini, apabila jatuh ke dalam lingkaran ini maka itu menjadi milik Tuhan dan saya gunakan sebagai persembahan. Sedangkan uang recehan lain yang jatuh di luar lingkaran, itu menjadi milik saya. Lelaki 2: Uang yang saya lemparkan ke atas ini, apabila jatuh di luar lingkaran maka itu menjadi milik Tuhan dan saya gunakan sebagai persembahan. Sedangkan uang recehan lain yang jatuh di dalam lingkaran, itu menjadi milik saya. Lelaki 3: Uang yang saya lemparkan ke atas ini, “apabila tidak jatuh ke tanah, maka itu menjadi milik Tuhan.” Tetapi apabila semuanya jatuh ke tanah, itu menjadi milik saya. Siapakah yang paling rakus dengan uang di antara ketiga lelaki ini?***(Valery Kopong)

Tuesday, December 13, 2011

MAU IKUT MAMA

Tini dan Tono, pasangan suami isteri, hampir setiap hari bertengkar. Mereka ingin mengakhiri rumah tangga mereka dengan bercerai. Tapi sebelum bercerai, Tono bertanya pada Tene, puteri semata wayang. Tono: Tene, kalau bapa-ibu mau cerai, kamu mau ikut siapa? Tene: Saya mau ikut mama. Setelah Tono bertanya pada Tene, kini giliran Tini bertanya pada Tene. “Kalau bapa-ibu mau pisah, Tene mau sama siapa?” tanya Tini. “Saya mau ikut mama,” jawab Tene. Kini, giliran Tini bertanya pada Tono. Tini: kalau kita mau cerai, bapa mau ikut siapa? Tono: Saya mau ikut mama aja. Dengan jawaban ini maka perceraian tidak terjadi karena semua mereka ikut mama, tetap bertahan dalam rumah mereka yang dulu. ***(Valery Kopong)

YUDAS DAN PETRUS

Setelah menjual Yesus dengan harga 30 keping perak, Yudas akhirnya menyesali segala perbuatannya dan pergi menggantung dir. Tempat di mana Yudas menggantung diri dikenal sebagai “tanah darah.” Beberapa tahun kemudian, Petrus, seorang murid kesayangan Petrus pun meninggal. Mereka dua sama-sama ketemu di alam baka. Mereka dua sempat berbincang-bincang tentang sorga. Petrus: hai Yudas, kenapa kamu di neraka? Yudas: sudah tahu, nanya lagi….Saya pingin masuk sorga. Saya masih nunggu di sini karena kunci sorga katanya Petrus yang pegang. Petrus: Iya, saya yang pegang kunci. Memang kenapa? Yudas: Tolong masukan saya juga ke sorga ya. Petrus: engga usahlah. Lu itu cocok di neraka!! Yudas: Petrus, lu jangan macam-macam dengan saya ya. Yesus sudah saya jual. Apakah lu mau, supaya saya jual kamu? Sorga dan neraka saya bisa jual. Kalau dua-duanya saya jual, di mana kamu tinggal? Petrus: haaaaaa. Yudas,,,,,,aya-aya wae.***(Valery Kopong)

TELKOMSEL VERONIKA

Ketika hand phone (HP) mulai merajalela di bumi pertiwi ini sekitar tahun 2002, ada suatu cerita menarik . Waktu itu seorang Bapa, sebut saja Markus. Ia barusan dari kampung dan ingin bertemu dengan anaknya bernama Maria yang ada di Jakarta. Bapa Markus membawa sebuah HP dan menggunakan nomor simpati. Demikian juga Maria, anaknya menggunakan nomor simpati. Ketika tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, ia mulai menghubungi HP anaknya tetapi ternyata tidak aktif dan terdengar suara “telkomsel Veronica.” Suara ini menunjukkan bahwa HP anaknya mailbox, tidak aktif. Berkali-kali Bapa Markus gerah dan marah pada anaknya. “Dari kampung, namanya Maria. Jangan-jangan sampai di Jakarta ia sudah merobah nama menjadi “Veronika,” seperti yang terdengar dari HP-nya yang tidak aktif dan mengeluarkan suara, “telkomsel Veronika.” ***(Valery Kopong)

IMAM BONJOL

Menjadi guru agama untuk anak-anak sekolah dasar adalah sesuatu yang menarik. Dikatakan menarik karena ada banyak hal yang ditemukan dan merupakan ungkapan kepolosan seorang anak. Ketika mengajar agama di salah satu sekolah dasar, saya menerima begitu banyak jawaban yang aneh pada kertas ulangan harian. Dalam ulangan itu, salah satu pertanyaan yang saya ajukan berbunyi demikian: “Siapakah nama imam yang memberkati Abraham saat ia dipilih oleh Allah menjadi Bapa Bangsa?” Dengan penuh lugu dan polos, salah seorang siswa menjawab, “Imam Bonjol.” ***

Friday, September 30, 2011

HOTEL ABANG

Rini dan Roni (bukan nama sebenarnya) adalah pasangan pengantin baru. Mereka ingin melepaskan masa lajang dan berbulan madu di sebuah hotel, sebut saja hotel “Abang.” Pasangan ini menempati kamar 133, namun sebelumnya kamar ini ditempati oleh Deno (bukan nama sebenarnya), yang adalah seorang wartawan. Sebagai wartawan “Jadul” (Jaman dulu), Deno akrab sekali dengan mesin ketik. Ke mana-mana ia selalu membawa mesin tik tua. Ketika keluar dari kamar 133 hotel Abang, Deno ketinggalan mesin tiknya di kamar hotel tersebut. Deno balik ke hotel lagi dan mau mengambil mesin tik. Tetapi ternyata hotel itu sudah ditempati oleh Rini dan Roni. Dari luar, ia mendengar pasangan ini bercengkrama ria. Rini: “Mata ini milik siapa?” tanya Rini kepada Roni sambil menunjuk matanya Roni: “Mata itu milik abang,” jawab Roni sambil menunjuk mata Rini Rini: “Rambut ini milik siapa?” tanya Rini kepada Roni sambil menunjuk rambutnya Roni: ‘Rambut itu milik abang,” jawab Roni sambil menunjuk rambut Rini Deno mendengar ucapan mesra dari Rini dan Roni dari luar hotel. Deno kelihatan gelisah karena dia butuh sekali mesin tiknya. Deno mengintip dari lobang kunci kamar 133 dan berkata: “Mata itu boleh milik abang, rambut boleh milik abang tapi ingat dan jangan lupa, “mesin tik itu milik saya.” *** (Valery Kopong)