Thursday, May 28, 2015

K-13

Pemberlakuan Kurikuluk 2013 yang berjalan beberapa bulan, mendapat sorotan dari Menteri pendidikan dan kebudayaan tingkat dasar, Anies Baswedan. Dia menilai bahwa Kurikulum 2013 tidak bisa diberlakukan secara serentak tetapi beberapa sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah yang bisa menerapkan Kurikulum 2013. Tetapi menjadi persoalan besar di sini adalah, bagaimana dengan sekolah-sekolah yang sudah memberlakukan Kurikulum 2013 dan dilengkapi dengan perangkatnya?  
Penundaan Kurikulum 2013 dan hanya diberlakukan di beberapa sekolah, membawa kabar gembira bagi guru-guru yang berada di pelosok tanah air. Banyak beranggapan bahwa Kurikulum 2013 membebankan guru-guru dan menyita banyak waktu bagi anak-anak didik. Reaksi spontan ini mencirikan bahwa penerapan kurikulum ini tidak disertai dengan persiapan yang matang, terutama guru sebagai pelaku utama dalam menghidupkan Kurikulum 2013. Hal lain yang bisa dikatakan adalah bahwa pemberlakuan Kurikulum 2013 tidak bisa diserentakkan di seluruh Indonesia, apalagi perbedaan fasilitas  dan pendukung dunia pendidikan di setiap wilayah  sangatlah berbeda.  

SEJARAH ADONARA

Adonara adalah sebuah pulau kecil yang cukup subur di ujung timur pulau flores.
SIAPAKAH nenek moyang orang Adonara?Sesuai penuturan adat turun temurun, sebagaimana dikemukakan tokoh masyarakat Adonara, H Syamsudin Abdullah (75).
Orang asli Adonara adalah turunan seorang wanita yang bernama Sedo Lepan.Wanita iniadalah manusia primitif paling pertama yang menghuni Pulau Adonara.Tubuhnya ditumbuhi bulu lebat.Wanitan pertama ini muncul bersamaan dengan timbulnya gunung Boleng.
    Pada suatu saat terjadilah suatu keajaiban yang luar biasa dimana tubuh Sedo Lepan ini "pecah" dan keluarlah seorang wanita lagi yang kemudian dikenal dengan namaKewae SedoBolen. Saat itu, di Pulau Adonara belum ada manusia lain selain wanita ini. Selama bertahun-tahun ia hidup sendirian di lereng Ile (gunung) Boleng. Kemudian suatu ketika, datanglah seorang laki-laki dari pantai selatan Pulau Lembata yang bernama Kelake Ado Pehan.Ia diusir dari Lembata karena dituduh sebagai seorang suanggi yang menyebabkan meletusnya Gunung Adowojo.Ia lari dengan menggunakan sebuah perahu yang terbuat dari sebatang kelapa dan terdampar di selatan pulau Adonara.

Monday, May 18, 2015

“Ata loge kapek jawa, ina….tite loge kapek kiwane.”


Maken “Kapek jawa,”  noon maken kapek kiwane, ra tutu marin ata kwashan noon ata ribhun. Ata kwashan, ra loge towe ale mel’a amu. Se lagu Simon L. Muda ne ra gatiro kapek jawa, kewatek terhan. Kewatek terhan ne ata ribhun hope noi hala, puke marin doihaka take. Simon L. Muda lagu ne naan palen tite wahan kae. Palen ata Hinga-Lamabunga, palen lau tokan Witihama, palen ata Kolilanang Gaga, palen ata Loba Lama Lewa, Lewa Liwu raya. Pai hipuka palen tada tite wahan kae: rae tepin tanah tadon.

Wia reron, go buka-balok lemari goen pia tanah Jawa, go koi kaset nolhon. Kabe hule kaset, judul lagu noon penyanyi, pikiran goenek rae lewo. Judul lagu: Ina rae lewo, Lipat Lungun Lolon, Tadon Tanah Geto.  Raraan nyanyi noon kodhan, helo ata tobo koda. Koda noon makenen, kirin noon raine. Koda ra penyanyi raan ne, raan palen tite: ata kebelen noon ata rahyan (ata ribhun). Towe teti lolon sabok, pai tali kewatek terhan, neku ake maan pelewanek gole. Towe lali kaan kapek kiwanen, ake maan ure tuen. Tite ata koli lolon hena.***(Valery Kopong)     

Azizah “Melampaui” Batas


Oleh : Robert Bala
Sudah lama saya kebagian SMS, meminta dukungan kepada Azizah Maumere. Namun baru sempat (itu pun secara kebetulan) menontonnya ‘live’ pada Jumat 15 Mei. Dengan lagu Camelia Malik: “Liku-Liku”, siswi SMK St Yohanes XXIII, menggemparkan.
Robert Bala. Pemerhati Sosial. Tinggal di Jakarta.
Robert Bala. Pemerhati Sosial. Tinggal di Jakarta.
Bisa saja karena keterikatan emocional hingga saya yang tidak terlalu ‘fans’ sama dangdut ikut merasakan getaran emosi pendukung Azizah. Bisa juga puteraku yang masih kecil yang barusan 4 tahun terus bertanya tentang di manakah Maumere, oleh nama yang melekat padanya: Azizah Maumere.
Tetapi apa sebenarnya yang menjadi kekuatan Azizah dan daya magisFlores? Nilai apa yang bisa terus dirawat agar warna-warni bunga itu kian sedap juga di nusantara?
‘Rasa Aneh’
Yang ditampilkan Azizah sebenarnya hal-hal terlampau biasa. Juga tampilkan demam ‘nobar’ di Maumere dan sekitarnya juga tidak terlalu dilebih-lebihkan. Itulah suasana natural yang terjadi di ibu kota kabupaten Sikka.
Tetapi hal itu bisa saja kedengaran aneh oleh orang Jakarta dan kota lainnya di Indonesia. Antusiasme itu terkesan melampaui kewajaran. Pasalnya aneka dukungan mulai dari SMS (darinya Azizah selalu teratas), nobar, dan antusiasme semua kalangan (mulai dari PNS, Gereja (pernyataan dukungan dari Uskup Maumere, Mgr Cherubim Parera, SVD), hingga peran rekan pelajar mengumpul dana dukungan menjadikan rasa penasaran itu kian bertambah.

Friday, May 8, 2015

Eco Learning Camp

Romo Ferry Sutrisna
Hari ini Harian Kompas halaman 16 menerbitkan cerita tentang Eco Learning Camp, rumah belajar lingkungan hidup dalam rubrik SOSOK Romo St Ferry Sutrisna Wijaya. Sejak tahun 2002 Romo Ferry memprakarsai kecintaan kepada lingkungan hidup, dengan sasaran anak-anak dan remaja. Aktivitas a.l. melalui pelatihan anak, guru, dan siapa saja yang tertarik selama 1 - 3 hari. Berdasarkan pengalaman ini, ia mengambil studi S3 dan berhasil meraih gelar Doktor di Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012. Melalui perjuangan jatuh-bangun yang berdarah-darah, barusan Romo Ferry berhasil mendapatkan tempat yang lebih cocok dengan gagasannya tentang berguru pada bumi pada lahan tidur, tempat buang sampak seluas 6 ribu meter persegi di Jalan Dago Pakar Barat 3, Bandung. Lokasi ini tak jauh dari Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda. 
Hari Minggu, 19 April barusan kami sempat mengunjungi rumah belajar lingkungan hidup ini. Perkenankan melihat foto-foto rekaman kunjungan kami itu pada attach. Mulai berkenalan dengan Romo Ferry 2 tahun lalu, pada bulan-bulan mendatang kami akan terlibat
melatih guru-guru di Eco Camp mengenai belajar aktif, brain-based learning, belajar aktif IPS, dan edupreneurship. Pak Fidelis Waruwu akan melatih soal pendidikan nilai. Juga terlibat narasumber lain.
Kunjungan ini semakin mendorong harapan kami untuk mulai menanam sendiri di lahan yang lebih luas untuk produksi ramuan herbal sekaligus tempat bereksperimen pertanian organik, dan mungkin juga peternakan. Seperti, Kampung Jamu Ibu Martha Tilaar di Cikarang. Kalau supply bahan di pasar langka, ada cadangan yang dihasilkan dari lahan sendiri. Alumni SMK Pertanian Bitauni yang telah berkeluarga, yang berpengalaman membuat terobosan pertanian organik di kampung akan direkrut untuk mengelola lahan ini.
Kalau beli rumah, gedung itu tidak bertumbuh lalu melahirkan rumah. Kalau beli tanah, kita bisa menanam tumbuhan dan beternak hewan, dua jenis makhluk hidup yang bisa bertumbuh dan melahirkan lebih banyak tumbuhan dan hewan. Kalau kita mendidik anak, anak itu akan mendidik anaknya sendiri dan diteruskan sampai ke cucu dan cicit. Nah, kalau kita mendidik anak sambil mendidik pula bertanam, beternak melalui edupreneurship, betapa kita berinteraksi dengan 3 jenis makhluk hidup: manusia, tumbuhan, hewan. Semuanya tumbuh kembang dan menghasilkan. Betapa indah hidup dan karya kita.
Salam merawat bumi,
S Belen