Langit kota Tangerang masih sedikit kabut, walau jam yang terpampang
pada dinding tembok Lapas Pemuda Tangerang
itu menunjukkan pukul 08.30. Jarum
jam berdetak dalam keheningan, seakan bersolider dengan para penghuni Lapas yang sering berontak dalam keheningan
batin. Hari itu, hari Rabu di bulan
Januari 2016, kami berjumpa lagi setelah ia bebas dari kurungan penjara. Ketika bertemu denganku, ingatannya akan masa lalu seakan muncul
kembali. Dahulu kami mengunjungi dia sebagai salah satu anggota Lapas Pemuda
Tangerang. Tetapi kali ini lain. Ia bersama team pengunjung dari kelompok Legio
Maria, Paroki Hati Santa Perawan Maria
Tak Bernoda-Tangerang, mengunjungi para narapidana.
Lama kami bercerita terutama tentang saat-saat di mana ia ditangkap dan
dijebloskan ke penjara. Tiga tahun ia dijatuhi hukuman penjara karena diduga
menggelapkan uang saat bekerja sebagai operator di sebuah warnet. Nanang (bukan
nama sebenarnya) harus menjalani masa-masa sulit dalam penjara. Awalnya ia sendiri merasa sulit menerima diri
dan berusaha lari dari kenyataan. Tetapi apa daya, segala keputusan tentang
dirinya berakhir di pengadilan. Ia kalah di hadapan hukum dan harus menjalani
masa hukuman itu.