Monday, October 31, 2022

Menjadi Dewasa

 

Ketika mengikuti misa pada Minggu, 30 Oktober 2022 di Gereja Gregorius Agung-Kota Bumi, ada sesuatu yang berbeda. Sebanyak 240 orang menerima sakramen krisma. Para penerima sakramen krisma ini terdiri dari anak-anak berusia 14 tahun ke atas dan bahkan ada yang berusia enam pulahan tahun juga turut menerima sakramen krisma. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung   Jakarta.

Untuk apa orang Katolik yang sudah mencapai usia tertentu menerima  sakramen krisma?  Pertanyaan ini menjadi penting untuk mendorong kita memahami esensi dasar tentang sakramen sebagai tanda yang kelihatan dari Allah. Sakramen krisma disebut juga sebagai sakramen pendewasaan dan sangat diharapkan setelah menerima sakramen krisma, orang bisa bersaksi tentang Kristus dan ajaran-Nya di tengah-tengah masyarakat yang plural. Menjadi saksi di zaman ini memang berat dan konsekuensi yang diterima juga tidak ringan. Namun sebagai pengikut Kristus harus perlu menyadari arti penting dari perutusan itu.

Sebagai orang yang menerima sakramen krisma, kewajiban kita adalah memberikan kesaksian tentang Kristus kepada orang lain. Kesaksian seperti apa yang harus diwartakan oleh kita? Kesaksian tentang kebaikan dan ajaran-ajaran Kristus yang harus kita perlihatkan pada orang-orang yang kita jumpai. Menjadi saksi bukan berarti harus mengatakan diri sebagai orang Katolik di depan umum, di hadapan orang-orang beragama lain, melainkan dalam tindakan baik yang paling sederhana yang diperlihatkan itu, menunjukkan bahwa kita sedang bersaksi. Jika kita hidup membaur dengan orang-orang beragama lain, kasih dan kebaikan itu terus diperlihatkan maka langkah ini sebenarnya kita memperkenalkan ajaran-ajaran Kristus yang berlandaskan pada cinta kasih.

Dalam khotbahnya, Mgr. Suharyo menekankan pentingnya perutusan yang ditopang oleh kekuatan Roh Kudus. Roh Kudus menjadi roh yang memberikan energi dan semangat bagi para pewarta. Ketika Yesus dihukum mati, para rasul mengalami ketakutan dan bahkan keterpurukan hidup. Mereka mengalami keterpurukan hidup karena Yesus yang menjadi andalan utama mereka ternyata harus mati secara tragis. Namun situasi itu berubah setelah turunnya Roh Kudus ke atas para rasul dalam bentuk lidah-lidah api. Roh Kudus itulah yang memberikan spirit baru bagi para murid  agar bisa berani dan melangkah untuk mewartakan kebangkitan Kristus dan ajaran-Nya ke penjuru dunia.

 Mgr.Ignatius Suharyo menerimakan sakramen krisma

Konsekuensi yang harus diterima sebagai seorang pewarta memang berat. Tidak hanya dikucilkan dari masyarakat tetapi juga rela kehilangan nyawa. Seperti Kristus yang mewartakan tentang Kerajaan Allah dan konsekuensinya menerima salib, maka jalan yang sudah diperlihatkan oleh Kristus, juga harus dilalui oleh kita yang menamakan diri sebagai pengikut-Nya. ***(Valery Kopong)

Friday, October 28, 2022

Mengenal Sekolah Insan Teratai

 


Beberapa tahun terakhir ini, cukup banyak  sekolah baru muncul  di wilayah Kota Bumi dan sekitarnya. Dengan berdirinya sekolah baru ini berarti sekolah-sekolah yang sudah lebih dulu berdiri, melihatnya sebagai sebuah persaingan. Memang, sadar atau tidak, sekolah-sekolah saat ini sedang bersaing memperebutkan hati orang tua agar bisa menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut. Persaingan ini memang wajar tetapi di tengah persaingan ini, pihak sekolah terus berbenah dan menawarkan fasilitas dan pelayanan terbaik bagi anak-anak murid yang sedang mengenyam pendidikan.


Melihat persaingan antar sekolah ini dilihat sebagai sebuah persaingan yang sehat. Artinya bahwa dengan persaingan ini memungkinkan pihak sekolah untuk melihat peluang-peluang baru yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk mempromosikan sekolah. Bagi sekolah-sekolah yang terus berbenah diri dan menawarkan hal-hal baru maka besar kemungkinan akan mendapatkan peluang untuk menerima calon siswa/siswi yang baru. Sebaliknya jika sekolah-sekolah yang tidak mau berbenah diri dan terkesan monoton, maka akan ditinggalkan oleh pelanggan-pelanggannya.

Bagaimana kita melihat perkembangan sekolah Insan Teratai? Melihat perkembangan dari waktu ke waktu, Insan Teratai memperlihatkan banyak terobosan baru. Ada pembenahan gerbang utama dan pembukaan kios-kios. Dari segi fasilitas, Yayasan Insan Teratai Sejati menyediakan lab komputer bagi anak-anak. Sarana dan prasarana yang disiapkan pihak Yayasan Insan Teratai Sejati bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak dalam mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya. Pihak sekolah berkewajiban menyediakan fasilitas yang memadai tetapi setiap siswa/siswi harus didorong untuk belajar memanfaatkan fasilitas itu dan berusaha untuk memperkaya diri dengan belajar secara rutin. Apa gunanya laboratorium  komputer kalau siswanya tidak mau belajar bagaimana menggunakan komputer dengan program-program terbaru?

Sekolah Insan Teratai sedang membenah diri dalam menghadapi pelbagai tantangan zaman. Namun dalam menghadapi pelbagai tantangan itu, anak-anak dibekali dengan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan menjadi dasar dan memberi bobot pada kehidupan manusia, terutama anak-anak Insan Teratai.***(Valery Kopong)