Pengantar Redaksi: Paulus
yang sebelum pertobatannya dikenal sebagai Saulus, lahir di Tarsus, Kilikia,
sebuah pusat perdagangan terkenal di bagian Tenggara Asia Kecil (sekarang
wilayah Turki). Tanggal lahir Paulus tidak diketahui secara pasti tapi
diperkirakan ia dilahirkan sekitar tahun
10 sesudah Masehi. Paulus adalah seorang
Israel dari suku Benyamin dan disunat pada hari kedelapan (Filipi 3:5). Dalam
teks yang sama ini Paulus mengatakan bahwa ia adalah seorang Farisi yang
berpendirian teguh. Dikatakan bahwa Paulus menyandang dua nama yakni nama
Romawi (Paulus) dan nama Yahudi (Saulus) (Kis 7:58; 8:1). Melalui proses tawar-menawar waktu yang sangat lama, tim Redaksi Voluntas
berhasil mewawancarainya di selah-selah keheningan. Sayangnya, fotografer tidak
bisa membidik wajahnya karena memang ia tak kelihatan lagi di muka bumi ini.
Showing posts with label Spiritualitas. Show all posts
Showing posts with label Spiritualitas. Show all posts
Monday, March 19, 2018
Tuesday, February 21, 2017
SIMBOL-SIMBOL DALAM GEREJA KATOLIK
Apakah IHS itu? Arti dari Nama Yesus Yang Tersuci
3 Januari, Pesta Nama Yesus Yang TersuciPada Forma Ekstraordinary, pesta Nama Yang Tersuci adalah “kelas kedua” (membuatnya menjadi sama dengan hari Minggu sepanjang tahun, lengkap dengan pendarasan Kemuliaan dan Syahadat Aku Percaya), tapi didalam Forma Ordinary peringatan Nama Yang Tersuci bahkan tidak termasuk dalam kalender setelah tahun 1970. Syukur, pesta ini kembali dirayakan sebagai peringatan (memorial) optional oleh Beato Yohanes Paulus II – kita harus berpikir bahwa Nama Ini pantas mendapatkan penghormatan setidaknya seperti ini!
Thursday, September 25, 2014
MEMIMPIN DENGAN HATI
Tangan Dingin
Romo Binzler
“Tanpa Romo
Binzler, Gregorius tak mungkin seperti
ini.” Inilah kata-kata yang diungkapkan secara spontan oleh salah seorang umat yang cukup tahu
sejarah perjalanan umat Gregorius. Romo
Binzler, yang dikenal sebagai romo pembangun, memberikan perhatian yang seimbang kepada umat yang digembalakannya. Konsentrasi
perhatiannya tidak hanya berpusat di Santa Maria sebagai pusat paroki tetapi
juga perlu adanya pengembangan stasi-stasi
di bawah naungan Santa Maria.
Stasi
St. Gregorius mendapat perhatian yang serius dari Romo Bin sebagai Pastor
Kepala Paroki Santa Maria. Beliau tidak hanya memberikan pelayanan dalam bidang rohani saja tetapi juga
membangun gedung serba guna yang
digunakan untuk perayaan ekaristi dan kegiatan religius lainnya. Gedung Serba
Guna (GSG) yang dibangun oleh Romo dilihat sebagai ruang terbuka, yang di satu
sisi digunakan untuk kegiatan religius tetapi di sisi lain, GSG masih membuka
peluang bagi masyarakat sekitar untuk melakukan olah raga terutama bulu tangkis.
Keberadaan
GSG ini memang tidak menimbulkan reaksi
berlebihan dari warga tetapi diakui bahwa ada gejolak dari
kelompok-kelompok tertentu. Melihat hal itu maka langkah-langkah pendekatan ke
masyarakat gencar dilakukan untuk memberikan pemahaman yang positif tentang
pendirian SGS tersebut. Selain itu pula, Romo Bin meminta beberapa pemuda asal
Ende-Flores untuk menjaga keamanan lingkungan. Beberapa tahun lamanya, sejak
zaman Romo Bin sampai dengan masa kepemimpinan Bapak Lastiyo sebagai ketua
dewan stasi, beberapa pemuda ini masih menetap di lingkungan GSG. Namun ketika terjadi renovasi gedung gereja
Santo Gregorius, beberapa pemuda ini diminta untuk keluar dari lingkungan
Gereja.
DALAM GENGGAMAN SANG BUNDA
Iman Tumbuh di Bawah Naungan Sang Bunda
Di
tangan seorang perempuan, iman itu tumbuh dan berkembang. Seperti dikisahkan
pada awal titik sejarah perjumpaan orang-orang Katolik yang tidak lain adalah masyarakat perantau, orang pertama
yang menggerakkan kehidupan guyup dan
doa adalah Ibu Doemeri. Ia adalah seorang ibu yang jeli melihat masyarakat
perantau yang masih seiman. Di tangan dialah, orang-orang mulai disadarkan
untuk hidup berkelompok, bukan untuk mengalienasi diri dari “panggung” masyarakat tetapi semakin
mempererat hubungan sebagai pengikut Kristus sekaligus memberi kesaksian
tentang-Nya.
Komunitas
iman ini semakin hari mengalami
pertumbuhan yang pesat, mirip kehidupan umat perdana. “Adapun kumpulan orang
yang telah percaya itu, mereka sehati sejiwa, dan tidak seorang pun yang
berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala
sesuatu dari kepunyaannya adalah kepunyaan mereka bersama.” (Kis 4 :32). Dalam kehidupan
beriman tentunya mereka tidak mempersoalkan
suku dan asal, seolah-olah
melepaskan identitas primordial untuk merasa memiliki Kristus. Dengan
menghampakan diri dihadapan-Nya maka gema kekeluargaan dan roh kebersamaan menjadi perekat yang menyatukan.
Friday, October 18, 2013
SEJARAH BERDIRINYA PAROKI SANTA HELENA
Keberadaan Paroki Sta. Helena
tidak terlepas dari sejarah keberadaan paroki St. Monika Serpong, yang
sebelumnya umat di wilayah ini menginduk. Perkembangan umat semakin membludak
maka dipikirkan untuk didirikan sebuah stasi yang diberi nama Stasi St. Helena
yang secara resmi berdiri pada Mei 1996. Banyak liku perjalanan yang penuh
tantangan telah dilewati oleh stasi ini seperti
menceri tempat untuk dijadikan sebagai tempat beribadat sangatlah
sulit. Pada awalnya kegiatan stasi
terutama beribadat dilakukan secara berpindah-pindah, mulai dari mengontrak
rumah umat dan sebagian menggunakan kapel Ignatius de Loyola.
Thursday, January 31, 2013
PAROKI SANTO AGUSTINUS – KARAWACI
Santo Agustinus adalah nama paroki. Nama pelindung paroki yang berada di
kawasan Perumnas Karawaci ini bukanlah sebuah kesengajaan kalau kemudian
menempatkan St. Agustinus ini sebagai
pelindung Paroki. Meskipun pemakaian nama pelindung ini juga disamakan dengan
tanggal peresmian Paroki St. Agustinus pada
tanggal 28 Agustus 1988 dan menjadi hari Ulang Tahun Paroki setiap tanggal 28
Agustus tersebut, namun pemilihan Santo Agustinus diharapkan selalu menjadi
inspirasi bagi umat, bahwa melalui pertobatannya yang sangat besar, St.
Agustinus mampu memberi sumbangan yang bernilai bagi gereja.
Sebagai kumpulan umat beriman yang
berdosa, yang jauh dari kesempurnaan, umat diharapkan mampu menimba pertobatan St. Agustinus dan memulai sikap hidup yang
terinspirasikan oleh injil dengan sebuah pertanyaan refleksi, “Injilkah yang
menjiwai hidup mereka?” Hal ini juga selalu dan selalu diingatkan kepada umat
dalam setiap perayaan Ulang Tahun Paroki, bahwa inti dari penghayatan umat
beriman adalah melalui pertobatan. Melalui pertobatan inilah kita telah diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk bisa menyelami kehendak Tuhan bagi kita. Melalui
pertobatan juga sebagai sebuah pembelajaran akan kerendahan hati.
Letak Paroki St. Agustinus Karawaci
Mencapai Paroki St.Agustinus Karawaci Tangerang yang satu kompleks dengan
Perhimpunan Sekolah STRADA, tidaklah sulit. Lingkungan perumahan “PERUMNAS”
dengan jalan-jalan yang cukup lebar dan dilalui oleh kendaraan umum, membuat
Paroki St.Agustinus Karawaci mudah dijangkau baik dengan kendaraan umum maupun
pribadi. Rute-rute kendaraan umum (Angkot) di wilayah Kotamadya Tangerang,
seperti rute: R 11, R 14, R 17, R 02, R 08 Lippo, mulai dari arah: Cimone,
Cikokol, Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang Kota, Perumahan Lippo Karawaci melewati
dan atau bersinggungan di terminal Cibodas yang dekat dengan keberadaan Paroki
St.Agustinus, Jl. Prambanan Raya.
Keberadaan umat menyebar sampai
dengan radius 20 km dari pusat Gereja, dengan wilayah terjauh adalah wilayah
Pasar Kemis dan Cikupa Tangerang. Karakteristik umat Paroki St.Agustinus,
secara sosial ekonomi lebih pada range
social menengah ke bawah, dengan mayoritas umat yang bekerja sebagai
karyawan pabrik, pegawai negeri, guru, maupun karyawan lepas lainnya. Secara kultural,
umat pada dasarnya merupakan masyarakat urban dengan mayoritas pendatang dari
suku Jawa yang bekerja sebagai karyawan di pabrik-pabrik di wilayah Tangerang.
Di samping itu juga ada pendatang dari Sumatera Utara, Flores,
maupun daerah-daerah lain di Indonesia dan warga keturunan. Umat tersebut
tersebar pada perumahan-perumahan: PERUMNAS I, II,III,IV, Perumahan Harapan
Kita, Perumahan Liga Mas Regency,
Perumahan Cimone Mas Permai, Perumahan Aster, Perumahan Palem Semi, sebagian
perumahan LIPPO Karawaci, Perumahan Taman Cibodas, Perumahan Keroncong Permai, Perumahan
Taman Walet sampai dengan perumahan-perumahan kontrakan di sekitar Pasar Kemis,
Cikupa. Menurut data statistik, jumlah umat ada 11.000 orang dan jumlah umat
ini tersebar di 16 wilayah dan 84 lingkungan.
Sekilas Latar Belakang Paroki St. Agustinus
– Karawaci
Dalam sejarah cikal bakal berdirinya
paroki ini, bermula dari umat di lingkungan Emanuel di Perumnas I – Karawaci
Tangerang, yang pada tahun 1980, masih tergabung dalam Paroki Santa Maria yang
Berhati Tak Bernoda di Jl. Daan Mogot Tangerang. Jarak lingkungan Emanuel
dengan pusat paroki cukup jauh dan kendaraan umum masih minim, maka lingkungan
ini kemudian dijadikan sebagai stasi dari Paroki Santa Maria- Tangerang. Pada
waktu itu misa di lingkungan ini dilakukan hanya sebulan sekali, dengan
menggunakan ruang rapat milik kantor pemasaran Perumnas di Jl. Cendrawasih
Perumnas I Tangerang.
Karena umat semakin bertambah
banyak, maka dirasakan perlu untuk memiliki tempat yang lebih baik untuk beribadat.
Untuk mempermudah pembangunan tempat ibadah yang sederhana maka dibentuk
Panitia Pembangunan Gereja (PPG) dengan struktur kepengurusan:
Pelindung : Romo FX. Tan Soe Ie, SJ (Pastor Kepala Paroki
St.Maria)
Penasihat : J.
Sarimin (Ketua Lingkungan Emanuel saat itu)
Ketua : D. Sardjono
Sekretaris : M.
Hutabarat
Bendahara : R. Slamet Susyanto
Atas
usaha tim PPG tersebut, diperoleh tanah seluas 1000 m2 yang terletak di Jl.
Cisabi, dengan Surat Keputusan dari Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Tangerang berupa surat
ijin lokasi dan penggunaan tanah untuk pembangunan gereja di Kawasan Perum
Perumnas Tangerang dengan No: 370/PM.014.6/SIP/II/1981 tertanggal 25 Februari
1981. Dalam proses pendirian gedung tersebut maka diadakan kerja sama dengan
perkumpulan STRADA dan dalam pembangunan diikutsertakan seluruh kekuatan umat
di lingkungan Emanuel, pada tahun ajaran 1981 / 1982 dapat didirikan gedung
serba guna tahap I sebagai tempat ibadah dan sekolah TK.
Dalam kunjungan kegembalaannya, Bapak
Uskup Agung Jakarta ke Paroki Tangerang pada bulan September 1981, beliau juga
berkenan hadir di wilayah Emanuel. Beliau sangat terkesan dengan melimpah
ruahnya umat yang hadir. Pertemuan diadakan dengan duduk secara lesehan di
tikar. Pada kesempatan kunjungan yang pertama ini, beliau menyarankan agar
segera mencari tanah yang luasnya memadai, supaya dapat menampung umat dengan
segala kegiatannya. Atas saran tersebut Tim PPG mencari tanah yang sesuai.
Akhirnya pada tanggal 2 Juni 1982 dapat dibeli tanah melalui Perkumpulan STRADA,
sebidang tanah seluas 8.910 m2 yang terletak di Cibodas, Kecamatan Jatiuwung.
Ternyata perkembangan umat semakin
pesat, oleh Perkumpulan STRADA kemudian didirikan Gedung Serbaguna Tahap II,
sekaligus sebagai gedung gereja, mengingat fasilitas tanah dan peruntukkannya
adalah untuk gereja. Dengan gedung baru ini maka frekuensi misa dapat
ditingkatkan menjadi 2 kali dalam satu bulan. Perkembangan pendidikanpun terus
melaju pesat. Tahun 1984, Perkumpulan STRADA membeli tanah di Bencongan, tetapi
karena lokasinya jauh dari jalan besar, timbul masalah dalam membangunnya.
Karenanya dibangun lagi gedung darurat tahap III dengan memanfaatkan jalur
hijau halaman sekolah.
Pada awal tahun 1985, terbetik
berita bahwa tanah-tanah yang dibeli melalui perkumpulan STRADA yang berada di
wilayah Emanuel akan terkena Proyek Perumnas II Tangerang. Sebagai gantinya
diperoleh tanah yang berlokasi di Jl. Prambanan Perumnas II seluas 9.410 m2 dan
sisanya seluas 2.290 m2 terletak di Jl. Danau Tondano. Pada bulan Mei 1988,
diperoleh kabar dari keuskupan Agung Jakarta bahwa umat di wilayah Emanuel dan sekitarnya akan
dipisahkan dari Paroki Tangerang, mengingat di wilayah ini sudah ada umat,
tanah dan Romo dari Ordo Salib Suci (OSC) yang telah bersedia untuk berkarya di
sini.
Sebagai persiapan pembukaan paroki
baru, Keuskupan Agung Jakarta telah mempersiapkan sebuah rumah tipe M 70 di Jl.
Prambanan 1 A yang dipergunakan sebagai pastoran sementara, sedangkan 2 rumah
tipe M 54 di Jl. Empu Panuluh akan dipergunakan sebagai susteran. Sedangkan
untuk ibadatnya sendiri, untuk sementara dibangun menempel dengan gedung
darurat milik SD STRADA yang telah dibangun lebih dahulu. Pada tanggal 28
Agustus 1988, Bapak Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, SJ berkenan
meresmikan Paroki St.Agustinus.
Pendirian Paroki St.Agustinus – Karawaci
Pada tanggal 28 Agustus 1988, Bapak Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo
Soekoto, SJ meresmikan berdirinya Paroki Karawaci dengan nama pelindung Paroki
St.Agustinus. Diresmikannya paroki ini secara formal tertuang dalam Surat
Keputusan Keuskupan Agung Jakarta nomor 1344 / 3.25.4.39/ 88, tanggal 28
Agustus 1988 tentang pendirian Paroki Agustinus / PGDP Paroki St.Agustinus
Karawaci, maka tugas tim PPG wilayah Emanuel dianggap selesai. Namun untuk
mewujudkan gedung gereja yang sesungguhnya, oleh Dewan Paroki St.Agustinus
dibentuklah Panitia Pembangunan Gereja
(PPG) Paroki St.Agustinus yang diketuai oleh Bapak FA Sri Hartono.
Perjuangan PPG memperoleh ijin mendirikan bangunan tidak semulus yang kita
harapkan, banyak kendala yang dihadapi. Bahkan sampai sekarang, ijin untuk
mendirikan Gereja tersebut juga belum diperoleh, sehingga seiring dengan
lajunya perkembangan umat di Paroki St.Agustinus, segera dipersiapkan tempat
beribadah yang baru, dalam bentuk gedung serbaguna.
Seiring dengan pergantian Dewan
Paroki yang baru, Romo Christ Tukiyat, OSC, pastor kepala paroki saat itu, pada
tanggal 14 Desember 1991 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan
Gedung Aula Dewan Paroki, dan telah selesai pengerjaannya 10 bulan kemudian.
Pada tanggal 30 Agustus 1992, Aula serbaguna (Gedung Gereja) diresmikan
penggunaannya oleh Romo A. Istiarto, OSC sebagai wakil provinsial OSC. Sampai
dengan saat ini tugas untuk mewujudkan Ijin Mendirikan Gereja masih belum
tercapai, semoga dengan adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri, gereja yang telah didambakan umat sejak 1988
(atau hampir 18 tahun lebih) dapat segera terealisir. Kendala utama belum
terbitnya ijin mendirikan Gereja adalah karena belum adanya persetujuan dari
warga sekitar, meskipun dalam batas tertentu keterlibatan paroki maupun umat
katolik di sekitar Gereja telah cukup memberikan perhatian dan kerja sama
dengan warga sekitar.
Namun hal ini menjadi tantangan tersendiri, sehingga kelak hidup
berdampingan dengan saling menghormati, saling bekerjasama bisa menjadi
landasan di dalam persahabatan yang sejati. Meski dalam artis fisik, Paroki St.
Agustinus belum memiliki gedung gereja namun sebagai kumpulan umat beriman,
paroki St.Agustinus tetap diharapkan sebagai sumber pegangan iman bagi umat di
wilayahnya. Bahkan dari paroki ini juga telah lahir paroki baru dengan stasinya
yang sebelumnya menjadi stasi (St. Ascensio – Serpong) Paroki St.Agustinus
Karawaci, yaitu: Paroki St. Monica – Bumi Serpong Damai, Stasi St. Helena –
Perumahan Lippo Karawaci, serta Stasi St. Odilia – Perumahan Citra Raya.
Gereja Karawaci Sebagai Gereja Pengembangan
Kalau menilik sejarah cikal bakal Gereja St.
Agustinus Karawaci, maka berdirinya Gereja Karawaci adalah lebih disebabkan
pada perkembangan umat karena proses industrialisasi yang terjadi di Tangerang yang
dimulai tahun 1980-an, serta tumbuhnya perumahan-perumahan baru di wilayah
Tangerang. Hal ini juga diperkuat dengan dibangunnya jalan tol Jakarta – Merak pada tahun
1985-an, yang secara tidak langsung sangat berpengaruh pada percepatan
pertumbuhan wilayah Tangerang Barat dan sekitarnya. Gereja St. Agustinus yang semula hanya
sebagai sebuah stasi dari Paroki St. Maria Tangerang, khususnya untuk wilayah
Perumnas I dan Perumahan Cimone Permai, akhirnya melayani hampir seluruh
wilayah Tangerang bagian barat, mulai dari wilayah Serpong sampai dengan
Balaraja, mulai dari Cimone sampai dengan Pasar Kemis. Wilayah ini sebelumnya
mempunyai radius pelayanan hampir 30 km dari pusat Gereja Karawaci. Sampai pada
akhirnya dari paroki ini bersemi paroki baru beserta stasinya yang mengambil
alih sebagian wilayah pelayanan Paroki
St. Agustinus Karawaci, seperti: Paroki Sta.
Monica yang mempunyai wilayah pelayanan di daerah Serpong dan sekitarnya, Stasi
Sta. Helena dengan wilayah pelayanan perumahan Lippo Karawaci, Binong sampai
dengan Legok, serta stasi Sta.Odilia Citra Raya dengan wilayah perumahan Citra
Raya, Balaraja sampai dengan wilayah Tangerang Barat lainnya. Wilayah pelayanan
paroki St. Agustinus Karawaci, sebelumnya
adalah pecahan dari Paroki St.Maria yang Berhati Tak Bernoda. Setelah pemecahan
kembali menjadi 3 wilayah pengembangan paroki baru, maka wilayah pelayanan
Paroki St.Agustinus sekarang meliputi:
Sebelah Timur Gereja: Mulai dari
Perumnas I, Perumahan Cimone, Jl.Teuku Umar (d.h. Karawaci) s.d. Perumahan
Palem Semi dan sebagian perumahan Lippo Karawaci. (Saat ini wilayah BSD sudah
menjadi Paroki Sta. Monica BSD).Sebelah
Barat Gereja: Mulai dari Perumnas II, III, IV sampai dengan Perumahan Taman
Cibodas, Keroncong Permai, Pasar Kemis dan Cikupa. Sebelah Selatan Gereja: Mulai Perumnas II, Perumahan Harapan Kita
sampai dengan Jalan Tol Jakarta Merak. (Perumahan Lippo Karawaci s.d. Legok
telah menjadi Stasi Sta. Helena Lippo Karawaci). Sebelah Utara Gereja: Mulai dari Perumahan Aster, Perumahan Cimone
Mas Permai, Perumahan Ligamas Regency, daerah Jl. Sinta sampai dengan Jl.Gatot
Subroto (d.h.Jl. Raya Serang). Luas cakupan wilayah pelayanan Paroki St. Agustinus Karawaci hampir mencapai jarak kurang lebih
20 km2. Luas cakupan wilayah tersebut hanya dilayani oleh 3 gembala dari Ordo
Salib Suci (OSC) sejak awal paroki ini didirikan sampai dengan saat ini. Belum
ada pergantian penanggungjawab reksa pastoral paroki ordo maupun konggregasi
lain di paroki ini. Secara bergantian dalam suatu periode tertentu, penugasan
imam-imam secara bergantian tetapi dari ordo yang sama yaitu Ordo Salib Suci
(OSC).
Subscribe to:
Posts (Atom)