Friday, October 30, 2020

BELAJAR MENJADI SEORANG YANG BIJAKSANA

 Beberapa bulan yang lalu saya melihat sebuah vidio di sebuah Facebook, yang mengisahkan tentang seorang gadis yang beberapa hari datang terlambat di sekolah.Pada hari pertama terlambat, guru dan teman-teman kelasnya marah kepadanya.Gurunya memberi peringatan bahwa dia tidak boleh datang terlambat lagi.Pada keesokan harinya, ternyata dia terlambat lagi.Gurunya makin naik pitam memarahi pada sang gadis itu.Teman-temannya mulai melempar kertas kepadanya.Sang gadis itu tertunduk diam, menyimpan perasaan sedih yang mendalam.

Pada hari ketiga,ternyata sang gadis itu terlambat lagi.Sang gadis itu masuk ke kelas dengan wajah sedih.Tetapi guru kelas dan teman-temannya menampakkan kemarahan yang sangat luar biasa.Gadis itu tertunduk sedih,kemudian dengan meneteskan air mata, sang gadis itu memberikan alasan mengapa selama ini dia sering terlambat bahwa dia merawat ibunya yang sedang sakit keras: menjaga saat tidur malam, memandikan, mengganti pakaian, menyuap makanan dan memberi minum kepada ibunya.Setelah semuanya beres, barulah dia pergi ke sekolah.Guru kelas dan teman-temannya tertunduk diam sambil meneteskan air mata. 


Sang gadis itu telah bersikap bijaksana dan melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Yesus. Yesus lebih mencintai dan mengutamakan keselamatan hidup manusia daripada aturan Taurat dan hari Sabat.We should be a wise man and we can learn from Jesus how to be a wise one.
(Inspirasi:Lukas 14:1-6, 30 Oktober, Suhardi)

Thursday, October 29, 2020

Cinta Kasih Dari Yesus

Bacaan Injil pada hari ini menceritakan tentang ancaman Herodes terhadap Yesus. Herodes mempunyai niat jahat terhadap Yesus, yaitu ingin menyingkirkan Yesus dari tengah-tengah mereka. Namun saatnya belum tiba, Yesus melanjutkan perjalananNya untuk mewartakan tentang Kerajaan Allah dan mengumpulkan umatNya agar kelak mereka semua dipersatukan di dalam Rumah Bapa di surga dan melanjutkan untuk membuat tanda-tanda kebesaran Allah, yaitu menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat. 

Mengapa Herodes ingin menyingkirkan Yesus ?  Mungkin, Herodes mulai kehilangan popularitasnya sebagai penguasa, atau merasa terancam jabatan kekuasaannya dengan kehadiran Sang Raja Sesungguhnya, Yesus. Mungkin juga, Herodes merasa tersaingi gaya kepemimpinannya yang diktator dengan gaya kepemimpinan Yesus yang lemah lembuh, rendah hati dan penuh kasih sayang.  
   

Perbuatan baik-cinta kasih sehebat apapun yang kita lakukan pasti ada yang merasa tidak suka. Namun demikian, kita hendaknya tetap melanjutkan perbuatan baik-cinta kasih kita, karena ini adalah misi Kristus, yaitu menampakkan Kebaikan dan Cinta Kasih Allah di tengah-tengah dunia ini. Kita yang sudah diberkati oleh Allah hendanya menyalurkan berkat-berkat Allah itu kepada sesama kita, sehingga makin banyak orang merasakan berkat Allah.
( Inspirasi : Lukas 13:31-35,  29 Oktober, Suhardi )

Tuesday, October 27, 2020

Iman dan Tulisan

 

Beberapa teman selalu menanyai saya setiap hari dan sekaligus menagih ke saya. Mana tulisanmu hari ini? Setelah melihat pertanyaan dari teman melalui WA ini maka segera saya mengirimkannya karena seluruh tulisanku dipublikasikan pada website www.adonaranews.com. Website ini merupakan peralihan dari blog pribadi yang telah saya gunakan selama belasan tahun. Pada tahun kemarin, saya membeli domain untuk kemudian beralih ke website. Mengapa saya menggunakan blog dan kemudian beralih ke website untuk mempublikasikan tulisan? Jawaban sederhana, yakni seluruh tulisanku terdokumentasi secara baik dan apabila orang lain membutuhkan tulisanku, mereka bisa cari di mesin google dan mendapatkannya. Menulis bagi saya merupakan sebuah ritual yang memberikan spirit baru dalam menuangkan gagasan-gagasan saya. Menulis juga merupakan proses untuk menyiapkan tulisan yang baik dan menyebarkan ke segala penjuru dunia.

Tujuan menulis yang selama ini saya pahami, sangatlah sederhana. Menggali ide atau gagasan dan kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan yang digarap selama ini bisa berbentuk opini dan feature. Tulisan feature lebih saya gandrungi karena selain memberikan tantangan tersendiri dalam proses penulisan tetapi lebih dari itu, feature merupakan tulisan yang mampu menyatukan fakta, subyektivitas dan narasi dengan menggunakan kalimat indah yang memukau.  

Membaca tulisan-tulisan terdahulu, menggiring kesadaran kita memahami sebuah peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa yang telah terjadi itu, dinarasikan kembali oleh penulis dan seakan memberi “nyawa” pada peristiwa itu dengan kekuatan pada kata-kata. Ketika melihat beberapa sejarah perjalanan hidup dan peradaban manusia, kita bisa dapatkan melalui tulisan-tulisan. Hanya melalui tulisan itu, sebuah fakta terungkap dan dengannya orang akan mengetahui sebuah peristiwa yang sebenarnya. Bisa dibayangkan, andaikata manusia belum mengenal tulisan maka kita tak pernah terpikirkan tentang sesuatu dan memahami sebuah peristiwa secara mendalam. Kita bersyukur bahwa manusia sudah bisa mengenal aksara dan bisa menuliskan peristiwa-peristiwa hidup manusia agar bisa menjadi bahan referensi bagi kita untuk mengetahui tentang sebuah kejadian, baik peristiwa yang terjadi pada hari ini maupun yang sudah terjadi pada masa lampau. Karena itu tulisan itu tidak pernah mengenal masa kedaluwarsa, melainkan selalu menyegarkan ingatan kita saat kita membaca tulisan itu. 

Saya sendiri tertarik dengan tulisan-tulisan yang ada dalam kitab suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Melihat kitab suci, bagi saya adalah melihat sebuah peradaban manusia yang semakin berkembang, terutama dalam bidang menulis. Kalau kita melihat proses terbentuknya kitab suci, para penulis menuangkan tulisan-tulisan mereka pada kulit hewan (perkamen) dan pada akhirnya ketika ditemukan gelagah papyrus sebagai bahan baku membuat kertas maka pada saat itu, manusia mulai beralih untuk menggunakan kertas sebagai media untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Terkadang saya membayangkan, andaikata tidak ada kitab suci yang merupakan kumpulan tulisan-tulisan maka kita pun pasti tidak mengenal secara mendalam tentang siapa itu Yesus dan peran para nabi pada masa lampau.

Tulisan memiliki nilai sejarah dan tulisan berperan penting dalam proses pembentukan iman seseorang. Iman tidak hanya tumbuh dan berkembang dari doa-doa saja tetapi sangat didukung oleh pemahaman yang baik akan pribadi Kristus yang kita pahami dari Injil yang ditulis oleh para penginjil. Tulisan-tulisan yang ada dalam kitab suci memiliki energi yang sangat kuat karena rangkaian tulisan itu dibangun atas ilham Roh Kudus. Manusia menulis kitab suci tetapi mendapatkan penerangan dari Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menuntun dan mengarahkan para penulis kitab suci.  

Karena para penulis kitas suci dituntun oleh Roh Kudus maka hasil tulisan (kitab suci) memberikan ilham dan membawa pencerahan iman bagi orang-orang yang membacanya. Roh Kudus selalu menuntun para penulis kitab suci selama melakukan proses penulisan, karena itu hasil yang dicapai sejalan dengan iman kristiani. Kita tahu bahwa ada juga tersebar injil yang disebut apokrip karena tidak sesuai dengan iman kekristenan dan tidak diakui oleh gereja. Menulis, tidak sekedar menulis tetapi menulis dengan berpihak pada kebenaran maka nilai tulisannya tetap dihargai dan diakui oleh sejarah.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

 

 

 

 

Monday, October 26, 2020

Bunga

 

Beberapa tahun yang lalu, seorang teman melakukan survey sederhana tentang penggunaan bunga untuk menghias altar di paroki-paroki yang tersebar di Keuskupan Agung Jakarta. Dari enam puluhan gereja paroki yang disurvey, hasilnya mencengangkan karena prediksi penggunaan bunga-bunga untuk menghias altar gereja, ternyata menggelontorkan uang yang tidak kalah banyaknya. Survey ini menjadi menarik karena mengurus bunga saja, setiap lingkungan wajib menyetor ke paroki dan uang itu akan digunakan untuk membeli bunga yang dipakai menghias altar pada setiap hari minggu dan hari-hari raya lainnya.  

Memang,  menghias altar merupakan sebuah tujuan yang baik, yakni memperindah rumah Tuhan dan setiap umat yang memandang altar yang tertata dengan bunga bisa terbawa dalam suasana doa. Altar Tuhan, tempat sang imam mempersembahkan Ekaristi, mengenangkan kembali peristiwa malam perjamuan terakhir dan kisah pengorbanan Kristus, mesti ditata dengan indah lewat bunga-bunga yang menarik. Hiasan bunga di seputar altar suci dengan bunga yang harum semerbak, memberikan daya tarik tersendiri agar umat bisa berkonsentrasi pada altar Tuhan, dan mengenang kisah pengorbanan Kristus dengan titik awal pada malam perjamuan bersama murid-murid.

Mengapa bunga altar masih disoroti oleh umat? Umat tidak sekedar menyoroti indahnya rangkaian bunga yang menghiasi altar, tetapi yang disoroti adalah nilai rupiah yang dikeluarkan untuk membeli bunga dan nilai rupiah cukup besar jumlahnya. Dari survey yang dilakukan oleh seorang temanku untuk mendukung tulisannya tentang “Bunga Altar,” didapatkan kalkulasi bahwa dalam sebulan, semua  paroki yang ada di Keuskupan Agung Jakarta, menghabiskan dana ratusan juta untuk membeli bunga-bunga itu.

Apa yang dilakukan selama ini memang dirasa baik tetapi menjadi lebih baik lagi,  bila ada tindakan penghematan uang untuk tidak lagi membeli bunga-bunga untuk menghias  altar. Memang, pilihan ini serba dilematis. Artinya bahwa apabila kita tidak lagi membeli bunga maka kita menaruh prihatin pada para penjual bunga. Siapa lagi yang membeli kalau bukan kita? Pertanyaan ini menjadi titik pergulatan bagi para pencinta bunga dan sekaligus bersikap peduli pada penjual bunga yang dengan susah payah menjajakan bunga pada emperan toko bunga.

Sudah waktunya Gereja menggerakkan penanaman bunga-bunga hidup yang ditanam di pot untuk kemudian dipakai menghias altar pada setiap hari minggu dan hari-hari raya lainnya. Dengan menanam bunga di area gereja paroki, berarti adanya penghijauan dan sekaligus ada penghematan dana. Bahwa dana yang selama ini digunakan untuk membeli bunga untuk menghias altar, bisa dihentikan dan digunakan untuk membantu orang-orang yang kekurangan. Misa utama Gereja adalah berpihak pada yang kecil, tapi di sisi lain, kita masih memperlihatkan semangat pemborosan dengan membeli bunga-bunga untuk menghias altar. Eksistensi Gereja menemukan makna terdalam dari kehadirannya di tengah dunia, yakni melalui gerakan keberpihakan pada mereka yang lemah. Gerakan keberpihakan harus memberikan porsi perhatian yang seimbang. Di satu sisi, Gereja harus mencanangkan gerakan penghematan tetapi pada sisi lain,  Gereja masih memperlihatkan sisi pemborosan.

Bagaimana dengan nasib para petani bunga dan para penjual bunga? Kita tidak menghentikan pembelanjaan secara total tetapi sewaktu-waktu (terutama pada hari raya) kita bisa membeli bunga-bunga untuk menghiasi altar sekaligus menghidupi para petani dan penjual bunga.  Di hari-hari minggu, altar yang kudus bisa dihiasi dengan bunga-bunga hidup yang ada di pot bunga. Cara untuk menggunakan bunga-bunga yang ada di pot juga menunjukkan keberpihakan Gereja pada orang kecil yang dengan susah payah mengumpulkan uang  untuk membeli  bunga selama ini. Bunga itu menarik kalau dipandang tetapi kalau dibeli dalam jumlah yang banyak akan berdampak pada pemborosan uang.***(Valery Kopong)

Martabat Manusia

Raden Ajeng Kartini adalah seorang wanita yang mampu membawa perubahan terhadap harkat dan martabat seorang wanita.  Dulu, seorang wanita hanya dipingit, tidak boleh mengenyam dunia pendidikan. Berkat kegigihan perjuangannya, seorang wanita boleh mengenyam pendidikan setinggi-tingginya saat ini,  sehingga mengangkat harkat dan martabatnya. Saya yakin bahwa apa yang diperjuangkan RA. Kartini saat itu, pasti ada yang tidak suka, karena dianggap melawan adat-istiadat, budaya dan aturan saat itu. 

Hari ini kita mendengarkan bacaan Injil yang menceritakan tentang Yesus yang menyembuhkan seorang perempuan yang delapan belas tahun dirasuki oleh roh jahat. Perbuatan baik Yesus ini ternyata tidak disukai oleh seorang kepala rumah ibadah karena dia berpikir bahwa Yesus telah melanggar hukum Taurat yang tidak memperbolehkan melakukan pekerjaan pada hari Sabat. Tetapi Yesus berkata, " BUKANKAH DIA HARUS DILEPASKAN DARI IKATANNYA ITU KARENA DIA KETURUNAN ABRAHAM ? " 

Perbuatan baik tidak mengenal batas waktu dan ruang. Dimanapun dan kapanpun kita boleh melakukan perbuatan baik dan saya yakin bahwa hal itu tidak melanggar aturan/hukum tertentu. Perbuatan baik-cinta kasih berada di atas hukum/aturan tertentu. Perbuatan baik-cinta kasih dan buah-buah perubahan terhadap budaya, adat-istiadat ,dan aturan hendaknya membawa derajat dan martabat umat manusia yang lebih baik.


(Lukas 13:10-17, 26 Oktober, Suhardi )

Friday, October 23, 2020

Tanda-Tanda Zaman

Setiap diri kita  hendaknya memiliki beberapa kematangan.Apa itu? Kita hendaknya memiliki kematangan intelektual, kematangan emosional, kematangan kepribadian, kematangan sosial ? Cukupkah hal itu? Saya pikir tidak cukup.Masih ada satu hal yang hendaknya kita miliki. Apa itu? Kematangan spiritual merupakan sesuatu yang penting bagi kita.

Dengan kematangan spiritual kita bisa membaca tanda-tanda zaman dan peka terhadap tanda- tanda zaman itu serta kita bisa memaknai dan  menempatkan segala peristiwa- pengalaman hidup dalam kerangka karya Allah.Dengan kematangan spiritual kita bisa menterjemahkan peristiwa-pengalaman hidup sebagai rencana dan kehendak Tuhan.Dengan kematangan spiritual kita mampu bersikap rendah hati dan lemah lembut serta menjadikan kehidupan damai sebagai spirit kehidupan.Dengan kematangan spiritual kita tidak akan kehilangan identitas diri, iman dan cinta kasih.Dengan kematangan spiritual we can be a man for God and others and we can be a humble and wise man dengan landasan cinta kasih.Dengan kematangan spiritual kita tidak akan pernah bilang "give up" . Iman dapat membuat segala sesuatu menjadi mungkin.Harapan membuat segala hal terjadi.Cinta kasih membuat segalanya indah pada waktunya.  

Kematangan spiritual dapat kita capai dan kembangkan, kalau kita selalu berelasi dengan Yesus dalam Perayaan Ekatisti, berdoa pribadi dan bersama, serta membaca Kitab Suci.
(Inspirasi :Lukas12:54-59, 23 Oktober, Suhardi)

Thursday, October 22, 2020

Ruang Hening

 

Selama saya berkarya di dunia pendidikan sebagai pengajar di beberapa sekolah, tugas utamanya adalah mengajar dan mendidik anak-anak murid. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah berjalan secara normatif dan pihak sekolah lebih banyak berkonsentrasi pada aspek akademik yang bisa membantu nalar anak-anak untuk berpikir kritis dan cerdas. Apa yang dilakukan ini memang tidak salah karena tuntutan akademik menjadi prioritas utama untuk mengembangkan kemampuan akademik.

Ketika diminta untuk membantu mendampingi anak-anak Katolik di Sekolah Insan Teratai, ada sesuatu yang berbeda dan sekaligus menampilkan keunikan dari sekolah-sekolah lain. Kalau sekolah-sekolah sebelumnya, tempat saya mengabdi lebih banyak menampilkan sisi akademiknya, namun di sekolah Insan Teratai, yang ditekankan adalah keseimbangan hidup akademik dan pengembangan karakter anak-anak didik. Proses pengembangan karakter pada anak-anak lebih didasari pada pengenalan nilai-nilai kemanusiaan dan bagaimana menerapkan nilai-nilai kemanusiaan itu dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam lingkup keluarga dan sekolah. Nilai-nilai umum dan normatif terus-menerus diulang dan diperkenalkan kepada anak-anak didik.  

Salah satu daya dukung dari proses penanaman karakter adalah program rutin “silent sitting” (duduk hening) yang dilaksanakan setiap pagi sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar. Silent sitting tidak sekedar menjadi sebuah rutinitas tetapi lebih dari itu merupakan proses internalisasi (proses pembatinan diri) akan nilai-nilai kemanusiaan yang telah ditanamkan dalam diri setiap anak didik. Dengan duduk hening, anak-anak didik akan memahami daya hening dan melatih konsentrasi dan disiplin diri.   

Keheningan merupakan ruang  dari sebuah pergulatan batin. Dalam bentang keheningan memanjang itu, anak-anak sanggup melihat dan memaknai diri dari aspek kemanusiaan yang utuh dan pada akhirnya membangun relasi dengan Tuhan. Keheningan yang dilakoni menjadi titik temu pada mereka yang berbeda agama dan pada keheningan itu, mereka bisa menyapa teman-teman yang tidak seagama dengannya. Keheningan tidak saja membawa imajinasi  tentang bayang-bayang masa lampau tetapi dengan berada dalam ruang pergulatan hening, nurani terasa dan menjadi bening untuk semesta dan menatap masa depan dengan penuh optimisme. “Keheningan adalah sastra terindah yang dikaruniakan Tuhan, pada saat mencapai titik keheningan kita akan terasa tanpa adanya beban yang harus ditanggung pikiran, ibaratnya kita sedang mengatur ritme untuk kembali menjadi nol, kesadaran ini dibentuk sebagai jalan "kepasrahan aktif.”

Ketika melihat kegiatan rutin yang disebut sebagai “duduk hening”  dalam  terang refleksi biblis, kita melihat bagaimana Yesus selalu mencari waktu sunyi untuk berdoa, mengambil energi baru setelah lelah mewartakan  Kerajaan Allah. Yesus adalah Sahabat Keheningan karena Ia tak pernah  takut untuk bergumul dalam keheningan. Dalam sunyi dan hening Ia mengambil waktu untuk berdoa dan pada akhirnya Ia bertindak untuk menyelamatkan orang-orang yang tengah mengalami kekurangan  anggur   dan memuaskan orang dari rasa lapar. Keheningan juga menjadi jembatan utama bagi-Nya untuk membangun relasi dengan Allah.***(Valery Kopong)