Wednesday, November 16, 2022

Relasi Mutualistik

 

Menjadi juri pada lomba debat di SMA Tarsisius Vireta merupakan sebuah kehormatan. Memposisikan diri sebagai seorang juri dalam lomba debat, harus jeli melihat esensi debat dan kronologi pemaparan materi secara sistematis serta bagaimana membangun pertahanan gagasan itu. Banyak  tema yang disodorkan oleh panitia untuk diperdebatkan. Ada tema tentang penggunaan media sosial, kurikulum, pembangunan infrastruktur di Jawa dan luar pulan Jawa, serta tak kalah penting adalah tema tentang pengembangan UMKM secara daring. Penulis sendiri mencoba untuk menelisik tema-tema ini secara lebih detail. Tulisan kali ini saya mencoba mengupas esensi debat terkait pengembangan UMKM secara daring.

Bagi saya secara pribadi, tema ini menarik karena bisnis daring yang dikembangkan saat ini memberikan peluang pada hampir setiap orang untuk bersaing. Bagi kelompok yang pro dalam debat itu melihat bahwa adanya bisnis secara daring memberikan kemudahan bagi para pembeli untuk memesan barang dan menerimanya di rumah. Dengan sistem penjualan seperti ini memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengembangkan kemampuan berbisnis dan juga mengembangkan ekonomi keluarga.

Sementara itu, dari kelompok yang kontra dalam debat itu, melihat bisnis secara daring tidak sekedar sebagai peluang yang menguntungkan tetapi juga membawa kebuntuan, baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Secara jeli, kelompok kontra ini melihat kasus yang sedang terjadi, seperti traksaksi pembayaran dengan menggunakan struk palsu dan juga identitas pribadi bisa dilihat pada ruang publik.    

Dari materi debat tentang bisnis daring yang semakin hangat diperdebatkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat kita, baik masyarakat kota maupun masyarakat desa, masih enggan untuk belanja secara online. Alasan utama, mengapa kebanyakan orang belum sepenuhnya belanja secara daring karena takut terjadi penipuan dan juga apa yang dibeli itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan itu, mereka lebih cenderung menghidupi cara belanja secara langsung, karena bisa memudahkan memilih barang-barang yang menjadi kesukaan dan bisa bertraksaksi. Sedangkan bagi mereka yang tidak mau membuang-buang waktu untuk belanja, lebih senang mengadakan transaksi secara daring dan sekaligus siap menanggung resiko.


Dari hasil debat itu, pada akhirnya mendapatkan catatan dari para juri. Sebagai salah satu tim juri, saya sendiri melihat berbisnis tidak lebih dari sebuah pertarungan, mirip strategi peperangan dalam dunia militer.  Dalam membangun bisnis, perlu adanya strategi yang harus dirancang untuk mempertahankan bisnis  dan juga strategi untuk menciptakan peluang-peluang baru dalam berbisnis. Para pebisnis yang muncul beriringan dengan teknologi dituntut kreatif dan menempatkan daya kreatif mereka sebagai bagian dari proses pertahanan ekonomi. Seni berbisnis saat ini tidak semata-mata memperlihatkan kreasi yang manipulatif tetapi juga membangun seni mencintai pembeli sebagai rekan yang menyokong kehidupan dan pada akhirnya menawarkan relasi mutualistik.***(Valery Kopong)   

No comments: