Dalam kehidupan sehari-hari, banyak
kita temukan peristiwa di mana kebaikan dibalas dengan kejahatan. Dua kekuatan
ini menjadi hal yang relavan dan tetap menghantui kehidupan manusia. Kebaikan dan
kejahatan, dua hal saling tarik menarik dengan kehidupan manusia. Namun dua kutub ini selalu memberi
warna pada kehidupan manusia. Kebaikan tanpa kejahatan maka kebaikan itu
sendiri kehilangan pembeda. Demikian juga sebaliknya bahwa ada kejahatan
berarti ada sisi baik sebagai titik pembeda.
Untuk mengungkapkan dua hal ini,
kebaikan dan kejahatan yang terkadang didominasi oleh kejahatan, melahirkan
ungkapan yang relevan. “Air susu dibalas dengan air tuba.” Ungkapan ini
membahasakan situasi di mana kebaikan yang sudah diberikan oleh seseorang
dibalas dengan kejahatan yang dilukiskan dengan “air tuba,” yang mematikan. Kita
masih ingat sebuah peristiwa bahwa ada anak yang menyusahkan orang tuanya
ketika memperebutkan harta warisan. Anak, yang sudah dilahirkan dengan susah
payah dan dibesarkan oleh orang tuanya, ternyata pada akhirnya merampas harta
warisan bersama orang tuanya. Persoalan warisan yang diperebutkan ini pada akhirnya
dibawa ke meja hijau dan dimenangkan oleh anak. Orang tua yang sudah sepuh
hanya meratapi nasib hidupnya dan mulai pengadilan mengetuk palu untuk
memenangkan anaknya, maka orang tua terusir dari rumah yang dibangun dengan
keringat dan susah payah.