Wednesday, February 28, 2018

Lelaki "Menopause"



Langit kota Tangerang masih sedikit kabut, walau jam yang terpampang pada dinding tembok Lapas Pemuda Tangerang  itu menunjukkan pukul  08.30. Jarum jam berdetak dalam keheningan, seakan bersolider dengan para penghuni  Lapas  yang sering berontak dalam keheningan batin.   Hari itu, hari Rabu di bulan Januari 2016, kami berjumpa lagi setelah ia bebas dari kurungan penjara.  Ketika bertemu denganku,  ingatannya akan masa lalu seakan muncul kembali. Dahulu kami mengunjungi dia sebagai salah satu anggota Lapas Pemuda Tangerang. Tetapi kali ini lain. Ia bersama team pengunjung dari kelompok Legio Maria,  Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda-Tangerang, mengunjungi para narapidana.  

Tuesday, February 27, 2018

TV: Sebuah Tabernakel?



Beberapa tahun yang lalu, di kalangan umat katolik beredar tulisan-tulisan yang menyoroti kehidupan doa keluarga. Sorotan terhadap kehidupan keluarga  karena sampai saat ini masih terdapat pemilahan yang tidak proporsional antara ranah hiburan dan doa. Dua hal ini menampilkan kesenjangan yang berarti. Terhadap persoalan yang mengemuka ini menggiring kita untuk bertanya lebih jauh. Mengapa umat kristiani saat ini sulit  meluangkan waktu untuk bertemu Tuhan lewat untaian doa? Atau mengapa doa yang dilakukan kurang intensif bahkan porsi waktu yang disediakan sangat sedikit?
            Melihat pengalaman hidup harian, kecenderungan yang kuat dan selalu menggoda yakni setiap orang sepertinya “terpanggil” menjadi penonton yang pasif terhadap acara-acara yang ditayangkan di TV. Suguhan acara tentu menarik dan memiliki daya magnetis sehingga mudah memberi ruang tontonan daripada masuk ke dalam ruang sunyi. Ruang sunyi yang menawarkan keheningan seakan kalah di hadapan ranah hiburan bahkan sunyi itu sendiri menawarkan rasa takut bila berada dalam kesunyian doa. Doa dalam konteks tertentu “tidak bernyawa” lagi karena dipengaruhi oleh kecenderungan untuk terlibat dalam gebiyarnya kehidupan metropolitan.
           

Monday, February 19, 2018

PANGGILANKU TERHAMBAT



Setiap kali bertemu dengan Romo Dan di ruang sakristi, sepertinya naluri panggilanku untuk menjadi calon imam semakin terasa.  Khotbah Romo Dan  yang  selalu berapi-api memberikan semangat bagiku dan ingin mengikuti  jejak Kristus menjadi calon imam. Apakah benih panggilan yang mulai terpupuk sejak aku terlibat dalam kegiatan sebagai putera altar bisa terwujud? Pertanyaan sederhana ini sepertinya sedang membenturkan dinding  cita-citaku.
           

Wednesday, February 14, 2018

MULAILAH MENULIS (Catatan pengalaman)



Menulis adalah sebuah habit, sebuah kebiasaan yang perlu dihidupkan dalam setiap waktu. Ketika memberikan pelatihan di beberapa tempat, banyak pertanyaan yang dimunculkan oleh peserta. Bagaimana caranya untuk menjadi seorang penulis? Dengan santai saya menjawab, bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai titik sukses sebagai penulis, selain mulai menulis. Artinya bahwa jika ingin menjadi penulis terkenal maka langkah pertama yang harus dilakoni adalah mulailah  menulis. Seorang penulis yang baik, adalah dia yang selalu menulis setiap waktu dan tidak ada alasan sibuk dan mengabaikan kegiatan menulis itu. Menulis di sini, bisa dilihat sebagai habitus baru dan sekaligus merupakan perayaan kebebasan batin sang penulis yang menyebarkan virus-virus berupa ide atau gagasan yang tertuang dalam bentuk tulisan.
Sejak kapan saya mulai menulis? Kebiasaan menulisku mulai tumbuh ketika mengenyam pendidikan di SMP Lembah Kelapa-Kiwangona – Adonara Timur. Ketika itu bersama beberapa teman dipercayakan untuk mengisi kolom pada majalah dinding yang waktu itu dibaptis dengan nama “QUO VADIS.” Nama majalah dinding “QUO VADIS” tetapi arti dari kata Latin ini kutahu setelah saya mengenyam pendidikan di Seminari San Dominggo, yang kebetulan juga kita belajar bahasa Latin. QUO VADIS, ke mana engkau pergi? Pertanyaan ini menarik sekaligus menantang seseorang untuk melihat diri dan selalu bergerak keluar dari diri untuk menjumpai yang lain. Sejak berkenalan dengan majalah dinding, naluriku untuk menulis terus bergerak tumbuh dan apalagi didukung dengan iklim di Seminari Hokeng yang menggiatkan pola hidup membaca dan menulis, baik di majalah sekolah maupun majalah dinding.