Memasuki
bulan Desember, memori publik diingatkan akan Natal, kelahiran Yesus Kristus.
Bayangan tentang Natal tidak lain adalah sebuah
kandang hewan yang pengap dan penuh kesederhanaan. Tak ada lampu gemerlap
dan nyanyian merdu para artis yang menyongsong kedatangan Yesus yang lahir di
kandang papa. Ia lahir dalam sunyi, lahir dalam kesederhanaan. Maria dan Yosef harus lelah mencari
penginapan sebagai tempat bagi Maria
untuk melahirkan Sang Juru Selamat. Tak ada rumah warga yang menjadi tumpangan
bagi Maria dan Yosef. Dunia seakan menutup pintu rumahnya untuk tidak
membiarkan Sang Juru Selamat itu lahir dalam rumah mereka. Tetapi ketika
semakin mereka menutup rapat pintu rumah mereka, pada saat yang sama, Allah
membiarkan Putera-Nya lahir dalam sunyi, lahir dalam kesederhanaan di kandang
hewan penuh kotoran itu.
Kesederhanaan
menjadi pesan tunggal dalam merayakan Natal. Allah tidak meminta sebuah rumah sakit mewah
sebagai tempat untuk melahirkan Putera-Nya. Allah membiarkan Maria dan Yosef untuk
mengetuk kesadaran warga agar mendapatkan tempat yang layak bagi kelahiran Sang
Putera. Perjalanan Maria yang tengah mengandung adalah sebuah perjalanan derita
dan pada akhirnya tersenyum legah setelah bayi Sang Putera Yesus lahir dalam dekapannya.