Kurikulum 2013 menjadi sebuah tantangan baru bagi para tenaga pendidik. Menyadari betapa pentingnya dunia pendidikan dan tuntutan akan kehadiran kurikulum 2013 maka Bimas Katolik-Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten berupaya untuk memberdayakan guru-guru Agama Katolik dengan mengadakan pelatihan kurikulum 2013. Proses pelatihan kurikulum dengan mengusung tema “Penyelenggaraan Kegiatan Pengembangan Mutu Guru PAK,” dibuka secara resmi oleh Pjs. Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Banten, Bpk. H.Subhi dan didampingi oleh Bapak Pembimas Katolik Banten, Bapak Stanislaus Lewotoby. Dalam arahan pembukaannya, Bapak Subhi mengatakan bahwa dilihat dari sisi demografi, Indonesia menempati posisi penting yakni memiliki usia remaja dengan jumlah yang cukup besar yang bisa dijadikan aset dalam kancah dunia.
Untuk menghadapi gerakan “Indonesia emas” pada
beberapa tahun ke depan, persoalan demografi menjadi sebuah tantangan berat.
Apabila jumlah usia produktif ini dikelola secara baik maka akan membawa
kontribusi besar untuk bangsa dan apabila tidak dikelola secara baik maka akan
membawa malapetaka bagi bangsa sendiri. Dalam proses pengelolaan sumber daya
manusia ini tidak hanya didukung oleh ilmu pengetahuan saja tetapi juga ditopang
oleh nilai-nilai keagamaan. “Banyak orang pintar di Indonesia. Lihat saja
orang-orang yang ditangkap KPK karena korupsi, mereka bukanlah orang yang bodoh
tetapi mereka adalah orang-orang pintar,” ujar Bapak Subhi di sela-sela
sambutan pembukaan acara pengembangan mutu guru Agama Katolik.
Selanjutnya dalam nada guyon, Bapak Subhi mengatakan
bahwa, apakah selama ini ada anak didik kita mencari guru Agama Katolik untuk
“les privat?” Selama ini, selalu dibanggakan adalah orang-orang yang mengampu
mata pelajaran lain, seperti Matematika, Fisika, Kimia. Sementara itu,
guru-guru yang mengampu pelajaran Agama Katolik atau guru agama umumnya dilihat
dengan sebelah mata. Artinya bahwa
lingkungan kita masih meremehkan peran guru agama dan pelajaran agama hanya
didapatkan di sekolah, sedangkan di rumah, anak-anak lebih berkonsentrasi pada
bidang studi lain yang menjadi favorit.
Kegiatan yang berlangsung pada 12-13 September 2014,
bertempat di Hotel Regal ini, menghadirkan pembicara tunggal yakni, Bapak L.
Atrik Wibawa. Pak Atrik tidak hanya tampil sebagai pembicara tetapi juga
sebagai penyusun kurikulum Agama Katolik bersama KWI, karena itu ia cukup
menguasai produk kurikulum 2013 yang sudah digulirkan oleh pemerintah dan juga
mengajarkan, bagaimana membuat rancangan pembelajaran. Memang, kurikulum ini
cukup berat dalam proses pelaksanaan karena butuh persiapan yang matang, mulai
dari silabus, RPP dan proses penilaian.
Roh kurikulum baru ini sedikit berbeda dengan KTSP
karena di dalam kurikulum 2013 ini, selain persiapan yang cukup rumit tetapi
juga membuka ruang terbuka bagi anak didik untuk berani bertanya dalam proses
pembelajaran di kelas. Berat memang, mengubah pola ini karena sudah sekian
tahun, peserta didik kurang diajak untuk bertanya dan terlihat dominasi guru
terlalu kuat dalam proses pembelajaran pada KTSP. Walaupun sudah ada kurikulum
2013 yang memungkinkan setiap anak untuk bertanya, namun seorang guru harus
merobah pola pikirnya agar bertindak sebagai fasilitator yang merangsang
peserta didik untuk berani bertanya.
Pada kesempatan itu, para peserta tidak
mendengarkan apa yang dikemukakan oleh narasumber tetapi juga dilibatkan dalam
proses pembuatan RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum baru, kurikulum 2013.
Setelah membuat RPP, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pembuatan
RPP kepada peserta yang hadir dan ditanggapi oleh peserta lain. Masing-masing
kelompok merasa terbantu dan saling melengkapi kekurangan yang dialaminya.
Acara ini ditutup pada pukul 10.30 dan setelah makan siang, masing-masing
peserta pulang ke tempat masing-masing. Sayonara.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment