Matahari
pagi itu beranjak naik, menemui para penghuni bumi dengan menebar pesona bias
cahayanya yang lembut. Tetapi matahari yang terlihat cerah mengitari dunia
sekitar, sepertinya tak sanggup membendung rasa duka yang mendalam. Ya,
kedukaan itu sangat terasa bagi mereka yang pernah berada bersama Mba Rosa,
baik di tempat kerja, lingkungan doa maupun sahabat kenalan lain. Dengan mata penuh sembab, para pelayat yang
mengenal dekat dengannya terus berusaha menatap wajahnya yang kurus dan sudah
kaku itu. “Ia pergi untuk selamanya,”
kata seorang sahabatnya yang ada di sampingku. Ia pergi, karena takdir Tuhan.
Tuhan yang telah dengan caranya tersendiri mengambil dia dari hadapan keluarga
dan sahabat kenalan yang masih mencintai dia.
Seminggu
menjelang kepergiannya, aku membaca status pada BlackBerry: “Tx God masa kritis
sdh terlewati…..” BBnya yang terhubung dengan BBku, membuat aku dengan mudah
mengetahui kondisi terakhir yang dialami lewat status BBnya. Membaca status
BBnya membuat orang-orang yang dekat dengannya menarik nafas lega. Statusnya
terus terpampang pada BBnya, ia telah melewati masa kritis dan sekarang ia
boleh mengalami kelegaan hidup di hadapan Allah.
Sore
itu, ketika hendak mandi, ada telpon masuk ke HPku. “Kringggggg……”Aku mengambil
Hp untuk menerima telpon dari Pak Bruno Tefa. Firasatku agak beda saat
mengangkat HP dan menerima telpon dari Pak Bruno Tefa. “Sudah tahu informasi
tentang Mba Rosa?” tanya Pak Bruno Tefa melalui telpon genggam. “Belum,”
jawabku singkat. “Mba Rosa telah meninggal di Rumah Sakit Siloam-Jakarta pada
Rabu, 17 September 2014, sekitar Pkl.18.30, “ urai Pak Bruno. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa kita kehilangan seorang teman dekat, teman yang selalu peduli
dengan rekan kerja lain.
Setelah
mendengar kematiannya, saya coba untuk mencari foto-foto pada BlackBerryku. Ada
tiga foto yang kudapatkan dan segera saya upload pada Facebook saya sebagai
cara sederhana untuk menginformasikan kepergian Mba Rosa. Banyak teman yang
melihat FBku merasa terbantu dan segera mencari informasi untuk membenarkan
peristiwa kematian itu. Ternyata Mba Rosa telah menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya.
Misa
Requiem di rumahnya di Perumahan Dasana-Tangerang, dihadirinya oleh rekan-rekan
dan sahabat-sahabatnya. Romo Barnabas, Pastor Paroki Sta.Helena-Curug, dalam
khotbahnya mengatakan bahwa Ibu Rosalia Widayati begitu tegar dan tabah dalam
menghadapi penderitaan. Lebih jauh
Romo Barnabas mengatakan bahwa ketika
menerimakan sakramen minyak suci pada Rosalia Widayati, terlihat dia setia
menerima beban penderitaan dan mengharapkan yang terbaik untuk hidupnya. Lewat
sakramen minyak suci, ia dikuatkan dan berani untuk menerima pelbagai tantangan
dan beban hidup.
Memang,
Mba Rosa selalu tegar dalam menghadapi seluruh peristiwa hidup. Ketika pertama
kali ia terdeksi oleh dokter bahwa ia terkena kanker payudara, ia selalu
menyembunyikan rasa sakitnya itu agar tidak diketahui orang lain terutama pada
Tyo, anak semata wayang yang kini duduk di SMA Tarakanita Gading Serpong.
Beberapa kali ke tempat therapy di Kota Bumi, ia selalu mampir di rumahku. Ia
menceritakan kondisi yang dihadapi dan sedapat mungkin ia menyembunyikannya
dari Tyo, anak semata wayang itu. Ia mau agar derita yang dialami tidak membawa
derita dan empati bagi keluarganya.
“Biarlah
aku menanggung sendiri derita ini.” Inilah kata-kata yang sering diucapkan saat
aku menanyai tentang kondisi terakhir yang dialaminya. Ternyata kanker ganas yang menggerogoti tubuhnya dan
perih sakitnya, tidak bisa menyembunyikan kesedihan lagi di hadapan Tyo. Dalam kondisi yang parah, ia masih
berusaha untuk menebar senyum kepada keluarga dan sahabat yang datang
menjenguk, sebagai cara sederhana untuk mewartakan kepada orang lain bahwa
derita yang dialami itu belum ada apa-apanya.
Rosa, tidak seperti Rose (Mawar) yang selain
menawarkan keindahan bunganya tetapi juga terkadang para pemetik tersandung
duri. Ia, Rosa selalu menebar senyum bagi siapa saja yang dijumpainya, terutama
bagi para siswa dan orangtua murid SMA Vianney selalu berurusan administrasi
dengannya. Kini, di loket TU SMA Vianney tak ada pancaran senyumnya lagi. Ia
telah pulas membaringkan diri dan terus menebarkan senyum abadi di surga. Ia dikebumikan
pada 19 September 2014 di Lampung, tanah kelahirannya. Mba Rosa, selamat jalan……doakan
kami yang masih berziarah ini.***(Valery Kopong)
2 komentar:
Selamat jalan temanku...kini engkau mendapatkan damai abadi bersama Bapa di surga.
Terlalu cepat engkau meninggalkan kami
Post a Comment