Pada
Mulanya Adalah Sejarah
Menelusuri sejarah pengembaraan iman umat Gregorius
memiliki keunikan tersendiri. Gereja
sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini sudah mulai terlihat
ketika umat mulai berkumpul dan membentuk paguyuban iman. Allah hadir dan terus
menyapa sekaligus ”menyangga” iman umat,
yang tidak lain adalah masyarakat perantau. Mereka (umat awal) mengembara,
keluar dari rumah untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tetapi dalam mencari
kehidupan, umat pun tidak lupa untuk membangun sebuah persekutuan doa dan
membangun harapan untuk menatap masa depan.
Kisah pengembaraan umat yang kemudian
membentuk lingkungan Bernardus, mengingatkan kita akan pengembaraan umat Israel
sebagai bangsa pilihan Allah. Allah telah menuntun bangsa Israel untuk keluar
dari perbudakan Mesir. Umat Israel mengembara selama 40 tahun di padang gurun
sebelum menemukan tanah terjanji, Kanaan. Dalam perjalanan dan pengembaraan
iman umat israel, banyak tantangan yang muncul. Hal ini tidak lain menguji iman
mereka untuk tetap setia pada Allah yang disapa sebagai Yahwe.
Perjalanan
awal umat di lingkungan Bernardus bukan waktu yang singkat. Kurang lebih 20-an
tahun umat ini mengembara sebelum membentuk
kepengurusan dan struktur mengikuti pola yang sudah digariskan di dalam Gereja.
Dalam testimoni Bapak Giono, dituturkan bahwa awal pembentukan umat ini datang
dari Ibu Doemeri. Sekitar bulan
November, bertempat di rumah Ibu Doemeri
yang berada di perumahan Pondok Permai terjadi pertemuan pertama. Tidak ada hal istimewa yang dibahas dalam
pertemuan itu
namun mereka membangun komitmen untuk menghidupi doa-doa di lingkungan. Mereka menyadari
betapa pentingnya doa sebagai pilar penyangga kekuatan hidup. Dengan doa secara
rutin dan bergillir merupakan sebuah momentum untuk mempersatukan umat yang
masih tersebar di perumahan-perumahan yang terletak di Kota Bumi.
Perkembangan
umat semakin bertambah dari hari ke hari. Kegiatan rutin seperti doa-doa lingkungan
terus digalakan dan juga dimulainya pembentukan kelompok koor. Kelompok koor ini dirasa perlu karena
mendukung kegiatan-kegiatan liturgi. Kelompok koor ini kemudian mendapat tugas membawakan nyanyian di Paroki Santa
Maria-Tangerang. Melihat perkembangan
umat dengan potensi yang ada maka timbullah niat untuk dibentuknya sebuah
lingkungan dengan pengurus-pengurusnya.
Lingkungan yang baru dibentuk itu diberi nama, Santo Bernardus. Pada
bulan Desember 1988 dibentuklah kepengurusan lingkungan dengan ketua lingkungan
pertama adalah YB Sutardi. Kemudian pada
tanggal 7 Januari 1989, tepatnya pada perayaan misa natal bersama
untuk pertama kali diadakan sekaligus pelantikan para
pengurus lingkungan. Perayaan misa natal
bersama dan pelantikan pengurus lingkungan dipersembahkan oleh Romo Binzler, SJ. Perayaan ini berlangsung di rumah ketua lingkungan YB Sutardi
yang terletak di Pondok Indah.
Umat terus
bertambah seiring dengan pengembangan perumahan di wilayah Kota Bumi. Dengan
penambahan umat ini maka perlu dipikirkan juga pemekaran lingkungan. Pemekaran
dilakukan dengan suatu asumsi bahwa lingkungan yang terdiri dari umat yang
tidak terlalu banyak, memudahkan koordinasi. Tahun 1990 terjadi pemekaran
lingkungan dengan batasnya adalah sebelah kiri dan kanan dari jalan raya Kota
Bumi. Dari arah jalan masuk ke Kota Bumi
(dari arah Nagrek), perumahan yang berada di sebelah kanan jalan seperti:
Pondok Rejeki, Pondok Indah dan Pondok Permai termasuk dalam kelompok lingkungan
Bernardus 1. Sementara itu perumahan-perumahan di sebelah kiri jalan raya
seperti: Pondok Sejahtera, Pondok Makmur dan sebagian Pondok Indah termasuk ke
kelompok lingkungan Bernardus 2.
Lingkungan ini
terus berkembang karena kebanyakan guru-guru Katolik yang mengajar di
sekolah-sekolah Strada memilih perumahan-perumahan di Kota Bumi. Dengan
keberadaan guru dan karyawan Strada ini maka lingkungan semakin hidup dan
berkembang secara pesat. Boleh dikatakan bahwa merekalah yang menjadi penggerak
utama dalam kehidupan menggereja. Setelah dibentuknya dua lingkungan, mulailah
ada petunjuk dari Keuskupan Agung Jakarta yang mengatakan bahwa satu lingkungan
sebaiknya berjumlah 30 kepala keluarga Katolik. Melihat kondisi yang terjadi
pada dua lingkungan yang terbentuk sebelumnya di mana jumlah umat melebihi
ketentuan yang berlaku maka ada
tanda-tanda terjadi pemekaran. Semula
hanya dua lingkungan, berkembang menjadi 5 lingkungan yakni lingkungan
Bernardus 1, 2, 3, 4.
Untuk membawahi lingkungan-lingkungan ini, dibentuk pula sebuah wilayah yang bernama Wilayah
Bernardus,
dengan ketua wilayahnya adalah Bapak Giono. *** (Valery Kopong) Bagian pertama
0 komentar:
Post a Comment