Monday, April 11, 2016

CINTA MEMBARA DI UJUNG SENJA KEHIDUPAN


Sore yang mendung dengan rinai hujan membasahi jalanan menuju rumah tua itu. Hampir setengah jam aku melangkah menyusuri lorong-lorong kota untuk mencari rumah berpenghuji  pasangan sepuh. Oma, sapaan orang-orang sekitar terhadap ibu Maryani, wanita berdarah Tinghoa itu yang hidup berkeluarga dengan Opa Hendrik yang sudah mencapai emas pernikahan. Obrolan kami di teras rumah semakin menunjukkan keakraban yang luar biasa. Sesekali mereka bercanda mengenang masa-masa lalu yang penuh romantis. Ketika muda, Maryani dan Hendrik selalu meluangkan waktu untuk berlibur bersama ke tempat-tempat ternama di hampir seluruh dunia. Apa yang mereka lakukan tidak lain adalah upaya untuk mempertahankan cinta suci perkawinan yang telah mereka ikrarkan di altar suci.