Monday, June 16, 2014
Tuesday, June 10, 2014
Surat Gembala KWI Menyambut Pemilihan Presiden 9 Juli 2014
PILIHLAH SECARA BERTANGGUNGJAWAB,
BERLANDASKAN SUARA HATI
BERLANDASKAN SUARA HATI
Segenap Umat Katolik Indonesia yang terkasih,
Kita bersyukur karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum
2014 yaitu pemilihan anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita
akan memasuki tahap berikutnya yang sangat penting dan menentukan
perjalanan bangsa kita ke depan. Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan
kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa
kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh bangunan
demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun dan
mengembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera
sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.Pembacaan Alquran untuk pertama kalinya di Vatikan
Untuk pertama kalinya dalam sejarah doa dan pembacaan kitab suci Alquran berkumandang di Vatikan, Minggu (8/6/2014), sebagai bagian dari langkah Paus Fransiskus untuk mempercepat proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Pejabat Takhta Suci Vatikan mengatakan doa perdamaian itu digelar merupakan sebuah “jeda politik”.
Pejabat itu menegaskan tak ada motif apapun di balik langkah ini selain keinginan untuk mendamaikan Israel dan Palestina baik di level politik maupun rakyat.
Saat mengunjungi Timur Tengah pekan lalu, Paus Fransiskus sudah melayangkan undangan untuk Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk berkunjung ke Vatikan.
Di Vatikan, Presiden Abbas, Presiden Peres dan Paus Fransiskus didampingi para tokoh agama Yahudi, Kristen dan Islam.
Monday, June 9, 2014
Korban intoleran: Negara tak berpihak pada kami
Beberapa korban intoleran yang terjalin dalam Jaringan Nasional untuk Advokasi Keberagaman menyatakan bahwa negara atau pemerintah tidak pernah ada dan berpihak kepada mereka.
“Dalam lima tahun terakhir, pelanggaran HAM dilakukan secara sistematis oleh negara terhadap jemaah Ahmadiyah, umat Kristiani, pemeluk mazhab Syiah dan komunitas sufi/tarekat di berbagai provinsi di Indonesia,” kata mereka dalam siaran pers yang diterbitkan pada Rabu (4/6) di Jakarta.
“Fakta dan data menunjukan bahwa jaminan atas kebebasan beragama, berkeyakinan dan beribadah di Indonesia terus memburuk. Akibatnya, sebagian masyarakat korban terusir dari tempat tinggalnya, kehilangan harta benda, anak-anak mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan, mendapatkan perlakuan diskriminatif dari lingkungan dan negara, hingga pelanggaran hak-hak fundamental.”
Dalam siaran persnya, jaringan itu menemukan dua faktor mendasar penyebab kekerasan dan beragam bentuk pelanggaran HAM terhadap kelompok agama dan keyakinan di Indonesia.
Faktor yang pertama adalah negara serta alat kelengkapannya tidak pernah tampil sebagai satu kesatuan yang utuh ketika menangani HAM dalam beragama, beribadah dan berkeyakinan. Di satu sisi pemerintah mempromosikan HAM, yakni berupa ratifikasi beberapa instrumen penting hukum HAM internasional untuk memperkuat sistem hukum nasional. Namun, di sisi lain, pemerintah termasuk pemerintah daerah terus memproduksi peraturan-peraturan yang kontra-produktif dengan jaminan atas kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Subscribe to:
Posts (Atom)