Menulis adalah sebuah habit,
sebuah kebiasaan yang perlu dihidupkan dalam setiap waktu. Ketika memberikan
pelatihan di beberapa tempat, banyak pertanyaan yang dimunculkan oleh peserta.
Bagaimana caranya untuk menjadi seorang penulis? Dengan santai saya menjawab,
bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai titik sukses sebagai penulis, selain
mulai menulis. Artinya bahwa jika ingin menjadi penulis terkenal maka langkah
pertama yang harus dilakoni adalah mulailah menulis. Seorang penulis yang baik, adalah dia
yang selalu menulis setiap waktu dan tidak ada alasan sibuk dan mengabaikan
kegiatan menulis itu. Menulis di sini, bisa dilihat sebagai habitus baru dan
sekaligus merupakan perayaan kebebasan batin sang penulis yang menyebarkan
virus-virus berupa ide atau gagasan yang tertuang dalam bentuk tulisan.
Sejak kapan saya mulai menulis? Kebiasaan menulisku mulai
tumbuh ketika mengenyam pendidikan di SMP Lembah Kelapa-Kiwangona – Adonara
Timur. Ketika itu bersama beberapa teman dipercayakan untuk mengisi kolom pada
majalah dinding yang waktu itu dibaptis dengan nama “QUO VADIS.” Nama majalah
dinding “QUO VADIS” tetapi arti dari kata Latin ini kutahu setelah saya
mengenyam pendidikan di Seminari San Dominggo, yang kebetulan juga kita belajar
bahasa Latin. QUO VADIS, ke mana engkau pergi? Pertanyaan ini menarik sekaligus
menantang seseorang untuk melihat diri dan selalu bergerak keluar dari diri
untuk menjumpai yang lain. Sejak berkenalan dengan majalah dinding, naluriku untuk
menulis terus bergerak tumbuh dan apalagi didukung dengan iklim di Seminari
Hokeng yang menggiatkan pola hidup membaca dan menulis, baik di majalah sekolah
maupun majalah dinding.