Tuesday, June 10, 2014

Pembacaan Alquran untuk pertama kalinya di Vatikan


Pembacaan Alquran untuk pertama kalinya di Vatikan thumbnail


09/06/2014

Untuk pertama kalinya dalam sejarah doa dan pembacaan kitab suci Alquran berkumandang di Vatikan, Minggu (8/6/2014), sebagai bagian dari langkah Paus Fransiskus untuk mempercepat proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Pejabat Takhta Suci Vatikan mengatakan doa perdamaian itu digelar merupakan sebuah “jeda politik”.
Pejabat itu menegaskan tak ada motif apapun di balik langkah ini selain keinginan untuk mendamaikan Israel dan Palestina baik di level politik maupun rakyat.
Saat mengunjungi Timur Tengah pekan lalu, Paus Fransiskus sudah melayangkan undangan untuk Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk berkunjung ke Vatikan.
Di Vatikan, Presiden Abbas, Presiden Peres dan Paus Fransiskus didampingi para tokoh agama Yahudi, Kristen dan Islam.

Monday, June 9, 2014

Korban intoleran: Negara tak berpihak pada kami


Korban intoleran: Negara tak berpihak pada kami thumbnail

06/06/2014
Para korban intoleransi dalam acara Peluncuran Buku Laporan Hak Asasi Manusia Pelanggaran HAM dan Pelanggaran HAM Berat Dalam Kasus-kasus Kebebasan Beragama, Berkeyakinan dan Beribadah di Indonesia.

Beberapa korban intoleran yang terjalin dalam Jaringan Nasional untuk Advokasi Keberagaman menyatakan bahwa negara atau pemerintah tidak pernah ada dan berpihak kepada mereka.
“Dalam lima tahun terakhir, pelanggaran HAM dilakukan secara sistematis oleh negara terhadap jemaah Ahmadiyah, umat Kristiani, pemeluk mazhab Syiah dan komunitas sufi/tarekat di berbagai provinsi di Indonesia,” kata mereka dalam siaran pers yang diterbitkan pada Rabu (4/6) di Jakarta.
“Fakta dan data menunjukan bahwa jaminan atas kebebasan beragama, berkeyakinan dan beribadah di Indonesia terus memburuk. Akibatnya, sebagian masyarakat korban terusir dari tempat tinggalnya, kehilangan harta benda, anak-anak mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan, mendapatkan perlakuan diskriminatif dari lingkungan dan negara, hingga pelanggaran hak-hak fundamental.”
Dalam siaran persnya, jaringan itu menemukan dua faktor mendasar penyebab kekerasan dan beragam bentuk pelanggaran HAM terhadap kelompok agama dan keyakinan di Indonesia.
Faktor yang pertama adalah negara serta alat kelengkapannya tidak pernah tampil sebagai satu kesatuan yang utuh ketika menangani HAM dalam beragama, beribadah dan berkeyakinan. Di satu sisi pemerintah mempromosikan HAM, yakni berupa ratifikasi beberapa instrumen penting hukum HAM internasional untuk memperkuat sistem hukum nasional. Namun, di sisi lain, pemerintah termasuk pemerintah daerah terus memproduksi peraturan-peraturan yang kontra-produktif dengan jaminan atas kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Wednesday, April 30, 2014

Kotbah Paus Fransiskus dalam Perayaan Kanonisasi

 
“Wojtyla Paus Keluarga
Roncalli Paus Yang Manis – Lembut Hati"
Minggu 27 April 2014
            Pada puncak Minggu ini pada akhir oktaf paska – dimana Yohanes Paulus II menetapkannya sebagai Minggu Kerahiman Ilahi – terdapat luka-luka kemuliaan Yesus yang bangkit. Dia telah menampakkan luka-luka itu pertama kali kepada para rasul tepat pada malam yang sama setelah hari Sabtu, -  Hari Kebangkitan. Saat itu Tomas tidak ada. Tomas memberikan keraguan, jika ia tidak melihat dan menyentuh luka-luka itu – ia tidak percaya.    Delapan hari kemudian, Yesus menampakkan diri lagi kepada para rasul, pada saat perjamuan malam. Tomas hadir malam itu. Kristus mengarahkan diri kepadanya dan mengundangnya untuk menyentuh luka-luka itu. Serentak Tomas, sporangi pribadi yang jujur – yang telah terbiasa menyelidiki kebenaran diri orang lain, berlutut di hadapan Yesus dan berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku”.
            Luka-luka Yesus telah menjadi skandal iman – tapi serentak menjadi bukti kehadiran iman. Karenanya pada tubuh Kristus yang bangkit – luka-luka itu tidak terhapus – tetap membekas karena luka-luka itu menjadi tanda abadi Cinta Tuhan bagi kita – tanda-tanda yang teramat penting untuk percaya kepada Allah. Bukan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada – untuk percaya bahwa Tuhan adalah Cinta, Belas Kasih, dan Setia. Santu petrus telah mengutip Kitab Yesaya dan menulisnya kepada jemaat kristiani “Dari bilur-bilurnya kita disembuhkan” (1 Pt 2,24; Cfr Is 53,5). Yohanes XXIII dan Yohanes Paulus II memiliki keberanian untuk memandang luka-luka Yesus – dan menyentuh dengan tangan mereka bilur-bilur itu serta lambung Yesus yang tertikam.