Oleh : Robert Bala
Sudah lama saya kebagian SMS, meminta dukungan kepada Azizah Maumere. Namun baru sempat (itu pun secara kebetulan) menontonnya ‘live’ pada Jumat 15 Mei. Dengan lagu Camelia Malik: “Liku-Liku”, siswi SMK St Yohanes XXIII, menggemparkan.
Bisa saja karena keterikatan emocional hingga saya yang tidak terlalu ‘fans’ sama dangdut ikut merasakan getaran emosi pendukung Azizah. Bisa juga puteraku yang masih kecil yang barusan 4 tahun terus bertanya tentang di manakah Maumere, oleh nama yang melekat padanya: Azizah Maumere.
Tetapi apa sebenarnya yang menjadi kekuatan Azizah dan daya magisFlores? Nilai apa yang bisa terus dirawat agar warna-warni bunga itu kian sedap juga di nusantara?
‘Rasa Aneh’
Yang ditampilkan Azizah sebenarnya hal-hal terlampau biasa. Juga tampilkan demam ‘nobar’ di Maumere dan sekitarnya juga tidak terlalu dilebih-lebihkan. Itulah suasana natural yang terjadi di ibu kota kabupaten Sikka.
Tetapi hal itu bisa saja kedengaran aneh oleh orang Jakarta dan kota lainnya di Indonesia. Antusiasme itu terkesan melampaui kewajaran. Pasalnya aneka dukungan mulai dari SMS (darinya Azizah selalu teratas), nobar, dan antusiasme semua kalangan (mulai dari PNS, Gereja (pernyataan dukungan dari Uskup Maumere, Mgr Cherubim Parera, SVD), hingga peran rekan pelajar mengumpul dana dukungan menjadikan rasa penasaran itu kian bertambah.