Monday, May 15, 2017

Raja Salman dan Ahok

Kunjungan Raja Salman membawa dampak positif terhadap kerajaan Saudi Arabia dan Indonesia. Kunjungan ini juga termasuk sebuah kunjungan istimewa karena selama 47 tahun tidak ada kunjangan raja dari Kerajaan Saudi Arabia ke Indonesia. Raja Salman, dalam usia 81 tahun tetapi masih menyempatkan diri mengunjungi Indonesia dan merupakan kunjungan balasan ketika dua tahun yang lalu, Presiden Jokowi mengunjungi Arab Saudi. Apa yang bisa diharapkan dari kunjungan bersejarah ini?  
Ahok bersalaman dengan Raja Salman
Seperti diberitakan oleh media, bahwa Raja Salman datang ke Indonesia untuk berinvestasi. Ada beberapa program yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK cukup banyak mendapat dukungan dana. Karenanya insvestasi yang dilakukan oleh Raja Salman pada kunjungan ini seakan memberikan harapan baru bagi Indonesia. Tetapi persoalan investasi, barangkali dilihat sebagai hal yang biasa. Bagi penulis, hal yang lebih menarik adalah kunjungan Raja Arab disambut oleh Presiden Jokowi dan juga Ahok, Gubernur DKI Jakarta. Penulis tertarik melihat sosok Ahok yang kontroversial bahkan menimbulkan kebencian publik, tetapi suasana ini bisa redah, ketika Raja Salman dengan ramah menyalami Ahok.
Memang persoalan menyalami orang kelihatan  biasa dan cuma sekedar berjabatan tangan. Tetapi momentum ini dilihat secara berbeda, melampaui sebuah jarak pandang yang biasa. Jabat tangan antara Ahok dan Raja Salman, merupakan jabat tangan dalam konteks keberbedaan. Bahwa selama ini Ahok dalam kaca mata publik adalah sosok yang nyentrik dan menampilkan perbedaan yang menyolok. Ahok adalah seorang beragama Kristen Protestan dan keturunan Tionghoa. Isu-isu primordial ini menjadi isu sentral yang digunakan oleh para lawan politik untuk menjatuhkannya. Tidak hanya lawan-lawan politik tetapi juga kelompok-kelompok radikal juga menentang kehadiran Ahok  bahkan ingin merobohkan kekuasaannya.
Kunjungan Raja Salman memberikan arti lain untuk Ahok. Ketika bersalaman dengan Ahok, Raja Salman menunjukkan sikap sebagai seorang Baginda Raja yang mengayomi  dan melindungi dia  yang dikucilkan karena berbeda dengan kelompok mayoritas. Ingat, bahwa kunjungan Raja Salman ke Indonesia sekaligus kunjungan yang menyatukan sikap untuk sama-sama memberantas masalah terorisme dan kelompok-kelompok radikal. Saudi Arabia memiliki komitmen yang kuat untuk memberantas kelompok teroris dan radikal yang ingin memecah-belah bangsa. Kunjungan Raja Salman ini juga menegaskan bahwa Islam membawa pesan perdamaian dan tidak membeda-bedakan suku, agama dan ras. Ahok adalah representasi kelompok minoritas, yang selama Pilkada DKI Jakarta menjadi sorotan karena Ahok dari kelompok minoritas, hadir dan menentang kehadiran kelompok radikal yang selama ini tidak suka dengan pribadi dan jabatan yang diembannya.    
Peran Jokowi
                Sadar atau tidak bahwa kehadiran Raja Salman ke Indonesia merupakan bentuk keberhasilan Presiden Jokowi  yang meyakinkan Raja Salman untuk mau datang ke Indonesia.  Tanpa peran aktif Presiden Jokowi maka belum tentu Raja Salman datang ke Indonesia. Mengapa baru terjadi kunjungan kenegaraan yang dilakukan oleh Raja Salman pada masa pemerintahan Presiden Jokowi? Pertanyaan ini menjadi menarik karena selama 47 tahun, tidak ada kunjungan kenegaraan yang dilakukan oleh raja dari Kerajaan Saudi Arabia ke Indonesia. Padahal kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar dan setiap tahunnya calon jemaah haji begitu banyak diberangkatkan ke Saudi Arabia. Kunjungan ini bukanlah bentuk penegasan diri tentang ke-Islam-an Indonesia tetapi lebih dari itu bahwa Indonesia sebagai negara bermayoritas muslim memainkan peran penting dalam kancah perpolitikan dunia.  Wajah Islam yang selama ini tercoreng oleh aksi terorisme, seakan menampakkan nilai baru, bahwa terorisme yang selama ini terjadi merupakan karakter radikal “oknum” dan bukannya representasi  institusi religius.

Kehadiran Raja Salman  yang membawa misi pemberantasan terorisme, memberikan pesan kepada publik bahwa Islam yang sebenarnya adalah Islam yang toleran dan menerima siapa saja tanpa memandang latar belakang orang lain. Ahok telah mengalami sentuhan ramah seorang Raja Salman dan sekaligus menegaskan bahwa perbedaan karena aspek primordial merupakan perbedaan “yang terberi” dan patut kita hargai sebagai kekayaan bersama.   Meminjam kata-kata dari fIlsuf Martin Heidegger, “Aku menjadi aku karena aku-ku yang lain.” Artinya bahwa aku menjadi bermakna karena  kehadiran orang lain. Dalam konteks kunjungan Raja Salman dan jabat tangan dengan Ahok, dapat dikatakan bahwa Ahok menjadi bermakna kembali karena sentuhan tangan Baginda Raja.*** 

No comments: