Veronica Tan |
Ketika mengikuti jalan salib di Gereja Santo Gregorius Agung – Kota
Bumi-Tangerang pada setiap hari Jumat
dalam masa pra-paskah ini, seakan
memori imanku terbangun tatkala
memasuki perhentian ke 6. Pada perhentian ke 6 ini, yakni “Veronika Menyapu
Wajah Yesus,” mengingatkanku akan sosok
Veronika, seorang wanita Yerusalem yang tegar menerobos para kerumunan algoju
yang sedang menyiksa Yesus pada perjalanan menuju Golgota. Veronika tergerak
hati untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh peluh dan darah dengan sepotong
kain. Menurut tradisi, pada kain yang dipakai untuk mengusapi wajah Yesus, kemudian tercetaklah gambar wajah Yesus.
Veronika memperoleh kenangan berharga dari perbuatannya, sepotong gambar yang menjadi kenangan sejarah, kenangan
kolektif umat Kristiani. Nama “Veronika” sendiri merupakan nama Latin dari
Berenice, sebuah nama Makedonia, yang artinya adalah “pembawa kemenangan”/ bearer
of victory (menurut bahasa Yunani, phere- nike).
Menelusuri perjalanan hidup
Ahok dan ditemani isterinya Veronica Tan, sepertinya mereka sedang mengalami
“jalan salib kehidupan politis.” Ahok dan Veronica Tan sebagai pengikut Kristus
sejati memperlihatkan diri sebagai murid yang sedang mengalami pencobaan di
tengah pusaran politik yang tak karuan. Ahok tahu bahwa jalan politik itu
terjal dan penuh dengan liku-liku yang terkadang menjebaknya untuk menerima
tawaran yang menggiurkan. Tetapi Ahok berani menolak semua godaan berupa
kesenangan duniawi. Ketika sebagian besar
anggota DPR RI yang sedang terjerat kasus korupsi E-KTP, Ahok lolos dari
jeratan korupsi massal itu dan ini memperlihatkan kredibilitas Ahok yang semasa
menjadi anggota DPR RI di komisi II, begitu menentang mega proyek yang membawa
skandal ini.
Ahok itu seorang pengikut Kristus yang militan. Dia
bertahan di tengah hujatan massa yang tidak suka dengannya. Ahok memiliki
prinsip yang tegas dan berani melawan arus perjalanan politik. Kekuatan lain
yang diperoleh Ahok adalah bagaimana dukungan keluarga, terutama Veronica Tan
yang menunjukkan kesetiaan terhadapnya saat menjalani proses Pilkada DKI dan
menjalani sidang sebagai terdakwa atas kasus penistaan agama. Di tengah
gempuran masalah dan teriakan sekelompok masyarakat yang intoleran, Veronica
Tan, tampil untuk memberikan kekuatan agar jalan panjang menuju kesuksesan
Pilkada DKI Jakarta dapat tercapai.
Veronica Tan, begitu mengenal jejak perjalanan Ahok yang
kian terjal. Tetapi dalam iman akan Yesus Kristus, pengalaman Salib seperti
yang dialami Sang Guru (Yesus) pada akhirnya membawa kegembiraan pada Paskah
kebangkitan abadi. Yesus harus melewati kisah sengsara, melewati Jumat Agung,
agar boleh menikmati Minggu Paskah abadi. Tanpa Jumat Agung yang harus dilalui
maka tak mungkin ada Minggu Paskah abadi. Di sini, Ahok berada pada jalan
politik penuh liku yang harus dilewati.
Tetapi apakah Ahok bertahan memikul “salib cercaan” yang datang dari warga
Jakarta yang tidak berpihak padanya pada saat proses demokrasi dalam memilih
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta.
Beberapa hari terakhir ini pola kampanye Ahok mulai
berubah. Ia mulai terlihat memilih untuk bertemu dengan mereka yang menjadi
korban di masyarakat karena memilih dia pada saat terjadi Pilkada DKI putaran
pertama. Dengan mengunjungi mereka yang korban ketidak-adilan politik, Ahok
yang juga selalu menjadi korban, harus berjumpa agar sama-sama
mensyeringkan pengalaman derita bersama
untuk berani menatap puncak kesuksesan yang sedang diperjuangkan. “Dia yang
terluka, harus memperlihatkan lukanya pada mereka yang juga dilukai agar menjadi
tahu tentang betapa sakitnya kalau dilukai.”
Veronica Tan, adalah sosok wanita yang tahu tentang “luka”
yang dialami Ahok dan berani untuk menawarkan kesembuhan baginya. Seperti
Veronika dalam kisah perjumpaan dengan Yesus di saat Yesus disiksa oleh para
algoju, dengan berani membawa sepotong kain untuk membersihkan luka dan darah
yang tercurah pada wajahnya. Mungkin dalam pengalaman iman, Veronika Tan,
tampil sebagai “Veronika” abad ini yang sanggup menghalau kerumunan orang yang
menghujat Ahok dan mengusapi peluh pada wajahnya agar ia semakin tahu, berapa
lama lagi Ahok menemukan titik kulminasi kesuksesan. “Luka kesuksesan” yang
akan dicapai, mengingatkan kita akan sebuah jalan panjang penuh derita.***
0 komentar:
Post a Comment