Beberapa
hari belakangan ini muncul reaksi dari orang-orang Katolik dan Kristen Protestan
terhadap apa yang dikatakan oleh Daniel Mananta saat mewawancarai Ustad Abdul
Somad. Pernyataan Daniel bahwa di salib itu ada “unclean spirit” dan apa yang
dikatakan ini memancing reaksi kemarahan publik. Terhadap reaksi yang
diperlihatkan publik saat ini, belum terlihat reaksi balik dari Daniel. Terhadap
apa yang dikatakan Daniel sebagai bentuk perendahan terhadap martabat Kristus
yang tersalib, apakah menggerus iman kekatolikan?
Dalam sejarah perjalanan Gereja Katolik, begitu banyak hambatan yang dialami bahkan begitu banyak penindasan yang dialami itu, tidak pernah menyurutkan iman kekatolikan. Merendahkan salib dengan mengatakan “unclean spirit” merupakan sebuah dugaan dan khayalan atau jangan-jangan sebuah phobia semu. Apa yang dinarasikan oleh Daniel memperlihatkan lemah imannya akan Kristus. Daniel, menurut beberapa sumber mengatakan bahwa ia adalah seorang Katolik namun dalam peristiwa ini kita bisa mempertanyakan tentang sikap iman sebagai orang Katolik.
Sebagai orang Katolik dan beriman pada Kristus, salib adalah puncak kasih dan pengorbanan Kristus untuk menebus manusia. Puncak iman kekristenan adalah pengalaman kebangkitan Kristus dan proses kebangkitan yang dilalui oleh Yesus, tentu melewati jalan terjal sampai puncak penyaliban-Nya di Golgota. Salib tidak dilihat sebagai akhir dari kehidupan Yesus namun melalui salib itu ada tawaran keselamatan. “Bapa, selesailah sudah!” Inilah kata-kata akhir sebagai bentuk pertanggung jawaban Yesus di atas kayu salib. Penderitaan manusia didekap-Nya pada puncak kayu salib itu. Melalui salib, Ia harus mati dan pada hari ketiga Ia bangkit dari alam maut.
Allah yang telah mengutus-Nya tak pernah membiarkan Ia bergulat dengan maut, namun karena kuasa Allah, Yesus bangkit mulia dari alam maut. Bagi kita yang beriman akan Kristus, proses penyelamatan manusia yang dilalui Yesus, tidaklah mudah. Ia setia dalam penderitaan, penyaliban dan bangkit dari alam maut. Proses ini dilalui seorang Mesias, penyelamat. Karena itu ketika Yesus di atas kayu salib dan diolok-olok, Ia tidak memberikan reaksi. “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel?” Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Apakah Yesus bisa turun dari salib saat diolok? Bisa saja, namun andaikata Ia turun dari kayu salib, maka keselamatan tidak terjadi karena belum tuntas proses yang harus dilalui Yesus.
Yesus telah menunjukkan ketaatan pada Allah dan kecintaan-Nya pada manusia. Salib yang dipikul Yesus merupakan salib keselamatan. Tak ada “unclean spirit” yang bertengger di salib itu, yang ada adalah tawaran keselamatan. Spirit yang muncul dari salib adalah cinta tanpa pamrih.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment