Membaca
teks Injil Luk. 10:1-9 mengingatkan kita akan tugas perutusan yang diberikan
oleh Yesus. Tugas perutusan itu tidak hanya untuk orang-orang yang tertahbis
ataupun mereka yang hidup selibat tetapi
justeru perutusan yang dilakukan oleh Yesus untuk semua orang yang sudah
dibaptis. Kaum awam yang sudah dibaptis dan diteguhkan dengan penerimaan
sakramen Krisma, memberikan gambaran perutusan sebagai tanggung jawab
orang-orang yang terbaptis. Untuk apa perutusan dalam konteks mewartakan kabar
baik menjadi penting? Pertanyaan ini menjadi penting karena Kristus dan
ajaran-Nya harus diwartakan kepada seluruh dunia, terutama pada mereka yang
belum mengenal Kristus dan Injil.
Tugas
seorang awam dalam konteks perutusan memiliki makna yang menarik. Dalam sejarah
perjalanan Gereja, terutama pada masyarakat perkotaan, keterlibatan kaum awam
menjadi penting karena dialog seorang kaum awam Katolik dengan orang-orang lain
yang tidak seagama menjadi dinamis. Ada bersama, tidak sekedar untuk hidup
tetapi berupaya untuk memperkenalkan nilai-nilai kebaikan pada orang-orang
sekitar. Diutus untuk mewartakan kabar baik, tidak berarti harus memperkenalkan
atribut kekatolikan pada mereka yang bukan Katolik, tetapi jauh lebih penting adalah
bagaimana hidup dan berada bersama mereka dengan menebarkan kebaikan.
Ada
beberapa aktivis Katolik bergerak bersama untuk menebarkan kebaikan dan
membangun relasi dengan orang-orang sekitar. Keterlibatan para aktivis awam Katolik
menjadi penting karena justeru para awam yang bisa membaur di tengah-tengah
masyarakat yang berbeda agama. Sebagai contoh, ada beberapa aktivis awam
Katolik mencoba untuk membangun koperasi yang bermula di area gereja paroki. Dengan
membangun dan mengelola koperasi ini ternyata memberikan dampak yang luar biasa
terutama bagaimana membangun komunikasi aktif dengan koperasi sebagai titik
temu. Orang-orang di luar agama Katolik justeru lebih banyak menjadi anggota koperasi
karena mereka percaya bahwa koperasi yang dikelola oleh orang-orang Katolik
memiliki nilai jual, terutama kejujuran dan keterbukaan.
Perutusan
zaman ini memang keras. Yesus sudah mengingatkan kepada kita bahwa “Aku mengutus
kamu ke tengah-tengah serigala.” Artinya bahwa menjadi pewarta kabar baik membawa resiko
tersendiri, yakni bisa dikucilkan dan dihambat. Tetapi tantangan-tantangan itu bukan
menjadi halangan, namun justeru menjadi pemicu untuk bergerak keluar menebarkan
kebaikan pada orang-orang sekitar. Hanya dengan kasih yang ditebarkan pada
mereka, baik yang menerima pewartaan
maupun yang menolak, Yesus semakin dikenal.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment