Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

Saturday, August 8, 2020

Kekuatan Iman

Saya pernah membaca sebuah kisah inspiratif iman.Ceritanya demikian : ada sebuah rumah terbakar dan seorang anak laki-laki diminta untuk melompat dari atap.Ayahnya dengan penuh percaya diri akan menangkap anaknya.Tetapi sang anak takut,karena ia tidak mampu melihat ayahnya. Sang ayah kembali meminta "Lompatlah nak,aku akan menangkapmu" Tetapi anak itu ragu-ragu karena ia tidak melihat ayahnya.Sang ayah tetap meminta kepada anaknya, "Lompatlah nak,aku melihatmu."

Jika kita mempunyai pergumulan kehidupan kita, jalan satu-satunya adalah kita berani melompat pada Allah,walau Allah tidak kelihatan dari kita.Allah mampu menangkap semua pergumulan hidup kita,sehingga Allah sendiri yang akan menyelamatkan semua pergumulan hidup kita. Karena kita harus sadari bahwa iman manusia itu rapuh-lemah.Iman manusia itu sangat kecil sekali.Jika kita mempunyai iman sebesar biji sesawi saja,kita mampu melakukan suatu tindakan yang sebenarnya tidak dapat dilakukan oleh manusia.Tuhan Yesus bersabda, "Sungguh sekiranya kalian mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kalian dapat berkata kepada gunung ini,pindahlah dari sini ke sana,maka gunung ini akan pindah,dan tiada yang mustahil."

Kita harus berani melepaskan keegoisan kita, kekuatan diri kita dan keraguan kita.Kita hendaknya menempatkan Yesus sebagai sumber kekuatan hidup kita, sehingga Roh Yesus sendiri yang menjadi sumber penggerak kehidupan kita.
(inspirasi:Matius 17:14-20, 08 Agustus,Suhardi

Friday, August 7, 2020

Berani Menyankal Diri

 Benarkah saya murid Yesus? Pernahkan saya mengukur sudah sejauh mana kemuridan saya?
 Bacaan Injil pada hari ini dapat menjadi salah satu ukuran kwalitas kita sebagai murid Yesus.Yesus bersabda, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikuli salib dan mengikuti Aku."Ada tiga ukuran kwalitas sebagai murid Yesus, yang pertama adalah menyangkal diri. Menyangkal diri adalah sikap dan tindakan murid Yesus yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi.Dia lebih mengutamakan rencana dan kehendak Allah. 

Bunda Maria berkata "Ecce Ancila Domini, Fiat  voluntas tua mihi verbum tuum" (Lihat aku ini adalah hamba Tuhan,terjadilah padaku menurut perkataanMu.) Yang kedua adalah memikul salib. Memikul salib adalah berani menghadapi tantangan, kesulitan, penderitaan, kebencian, penghinaan demi memenangkan sebuah kehidupan. Tetapi salib juga berarti sarana untuk meninggalkan berbagai macam sampah dalam kehidupan kita: keserakahan/ketamakan,prasangka dan praduga, atau keangkuhan/kesombongan supaya kita dapat mengalami keakraban dengan Dia yang dibawa Yesus dengan kedatangan-Nya ke tengah dunia.Yang ketiga mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus adalah kita hendaknya jejak jejak hidup-Nya yang diteladankan kepada kita, mengikuti visi dan misi-Nya, mengikuti jalan keselamatan-Nya dan mengikuti Yesus di dalam Kerajaan-Nya.

Sudahkah aku memenuhi tiga kwalitas sebagai murid Yesus?
(Inspirasi : Matius 16:24-28, 07 Agustus, Suhardi )

Pohon Ara Yang Tidak Produktif

 

“Jangan berjalan di depan aku karena aku bukan pengikutmu. Jangan berjalan di belakang aku, karena aku bukan pemimpinmu. Berjalanlah di samping kiri dan kananku karena kamu adalah sahabat-sahabat-Ku”

 

Setelah mengutuk pohon ara, lagi-lagi Yesus memberikan kehebohan tersendiri bagi orang-orang yang hidup di sekitar terutama bagi mereka merasa terancam dengan kehadiran Yesus. Ketika berada di bait Allah yang menjadi pusat kegiatan keagamaan, kuasa untuk mengutuk pohon ara dan kuasa untuk melakukan hal lain di luar jangkauan ratio manusia, para ahli Taurat dan imam-imam kepala mempertanyakan dari mana kuasa yang dipakai Yesus untuk menghalau segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.  

            Kuasa yang dimiliki Yesus membawa garis pergeseran yang tegas bagi mereka yang mapan dengan pengetahuan akan kitab suci dan menamakan diri saleh di hadapan Allah. Para imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat selalu memperlihatkan aspek lahiriah sebagai jembatan untuk mendapat legitimasi dari masyarakat sekitar dan yang terpenting bagi mereka adalah menggapai sorga yang harus dilalui dengan proses beralih dari dunia ini. Kecaman-kecaman Yesus yang terus dilontarkan dihadapan publik, mau menunjukkan sikap revolusioner dan melawan arus guna menunjukkan sebuah pewartaan yang hakiki tentang janji keselamatan yang harus diterima dengan hati yang lapang dan sikap yang sesuai dengan tuntutan Allah sendiri.

            Kisah Yesus mengutuk pohon ara dan dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai kuasa Yesus, menceritakan secara sederhana tentang upaya Yesus merombak situasi yang tengah dialami oleh orang-orang Israel. Mengutuk pohon ara mengibaratkan umat Israel yang dihukum karena tidak menghasilkan buah-buah pertobatan. Israel sebagai bangsa pilihan Allah, warisan berharga di mata Allah, namun perilaku yang ditunjukkan dalam keseharian hidup jauh dari harapan Allah, jauh dari sentuhan nilai dan norma yang digariskan dalam hukum Taurat.

            Siapakah Yesus itu sehingga dapat melakukan mukjizat?  Dari mana kuasa yang dimilikinya? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang memperlihatkan keraguan dan tanda tanya di tengah-tengah bangsa yang dijanjikan Allah akan sang juru selamat.  Bagaimana mungkin seorang juru selamat datang dari tengah-tengah mereka? Adakah sesuatu yang baik datang dari Nazareth? Inilah bentangan litani panjang yang mengisahkan munculnya Sang Juru selamat ke tengah orang-orang yang sudah dijanjikan keselamatan itu sendiri. Allah telah membuka “ruang refleksi” bagi mereka yang melihat apa yang terjadi dan bisa menyimpulkan sendiri, dibalik peristiwa-peristiwa besar yang menghebohkan dunia. Pohon ara dikutuk, orang-orang lumpuh disembuhkan, orang kusta ditahirkan, orang buta dibuat-Nya melihat tetapi rupanya itu belum cukup membuka mata mereka untuk melihat tanda-tanda akan datangnya kerajaan Allah yang semakin dekat.        

               Yesus, di dalam peristiwa penyembuhan dan pelbagai mukjizat lain yang dilakukannya,  tidak secara vulgar menunjukkan kehebatan-Nya sebagai putera Allah yang bisa mematahkan rintangan-rintangan yang dialami oleh mereka yang tak berdaya. Yesus hanya tampil sebagai manusia biasa dan mukjizat yang dilakukan sebagai bagian penting dalam mewartakan kerajaan Allah yang sudah dekat.  Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus adalah kerajaan yang penuh damai, penuh sukacita , karenanya, mereka yang masuk dan mengalami suasana sukacita itu harus lepas-bebas dari segala ikatan yang membelenggu agar dengan leluasa mengalami kesempurnaan kasih Allah sendiri.

            Mereka yang mendapat sentuhan Allah dan menjadi sehat di hadapan-Nya, adalah mereka yang berani membuka diri, membiarkan Allah bekerja di dalam diri mereka. Orang-orang sederhana ini memperlihatkan, bagaimana Allah begitu dekat dengan mereka dan sekaligus sebagai “pintu masuk” bagi Allah untuk memperlihatkan bahwa di dalam diri orang-orang kecil, yang tersingkir dari gesekan kehidupan, sedang melihat kerajaan baru yang berpihak  pada mereka. Sebuah kerajaan yang merangkul mereka, dan  berpihak pada ketidaksanggupan mereka.

            Saudara-saudari yang terkasih, terkadang kita pun masih merasa jauh dari sentuhan Allah sendiri. Allah yang kita imani bukanlah Allah yang transenden tetapi Allah yang imanen, dekat dengan keseharian hidup kita. Ia telah mengutus Putera-Nya ke dunia, bukan sebagai seorang pemimpin yang memerintah dengan tangan besi tetapi merangkul dengan kasih. Janganlah kita mengikut para imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dan mempertanyakan tentang kuasa Yesus. Tetapi yakinlah bahwa Ia yang diutus sudah datang sebagai Sang Prabu Damai.***(Valery Kopong)

Sumber Inspirasi Matius 21:23-27