Thursday, September 25, 2014

BERAKAR PADA SEJARAH



Pada Mulanya Adalah Sejarah
            Menelusuri sejarah pengembaraan iman umat Gregorius memiliki keunikan tersendiri.  Gereja sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini sudah mulai terlihat ketika umat mulai berkumpul dan membentuk paguyuban iman. Allah hadir dan terus menyapa sekaligus ”menyangga”  iman umat, yang tidak lain adalah masyarakat perantau. Mereka (umat awal) mengembara, keluar dari rumah untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tetapi dalam mencari kehidupan, umat pun tidak lupa untuk membangun sebuah persekutuan doa dan membangun harapan untuk menatap masa depan.
            Kisah pengembaraan umat yang kemudian membentuk lingkungan Bernardus, mengingatkan kita akan pengembaraan umat Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Allah telah menuntun bangsa Israel untuk keluar dari perbudakan Mesir. Umat Israel mengembara selama 40 tahun di padang gurun sebelum menemukan tanah terjanji, Kanaan. Dalam perjalanan dan pengembaraan iman umat israel, banyak tantangan yang muncul. Hal ini tidak lain menguji iman mereka untuk tetap setia pada Allah yang disapa sebagai Yahwe.
            Perjalanan awal umat di lingkungan Bernardus bukan waktu yang singkat. Kurang lebih 20-an tahun umat ini mengembara  sebelum membentuk kepengurusan dan struktur mengikuti pola yang sudah digariskan di dalam Gereja. Dalam testimoni Bapak Giono, dituturkan bahwa awal pembentukan umat ini datang dari Ibu Doemeri.  Sekitar bulan November, bertempat  di rumah Ibu Doemeri yang berada di perumahan Pondok Permai terjadi pertemuan pertama.  Tidak ada hal istimewa yang dibahas dalam pertemuan itu namun mereka membangun komitmen untuk menghidupi  doa-doa di lingkungan. Mereka menyadari betapa pentingnya doa sebagai pilar penyangga kekuatan hidup. Dengan doa secara rutin dan bergillir merupakan sebuah momentum untuk mempersatukan umat yang masih tersebar di perumahan-perumahan yang terletak di Kota Bumi. 
            Perkembangan umat semakin bertambah dari hari ke hari. Kegiatan rutin seperti doa-doa lingkungan terus digalakan dan juga dimulainya pembentukan kelompok koor.  Kelompok koor ini dirasa perlu karena mendukung kegiatan-kegiatan liturgi. Kelompok koor ini kemudian mendapat tugas membawakan nyanyian di Paroki Santa Maria-Tangerang.  Melihat perkembangan umat dengan potensi yang ada maka timbullah niat untuk dibentuknya sebuah lingkungan dengan pengurus-pengurusnya.  Lingkungan yang baru dibentuk itu diberi nama, Santo Bernardus. Pada bulan Desember 1988 dibentuklah kepengurusan lingkungan dengan ketua lingkungan pertama adalah YB Sutardi.  Kemudian pada tanggal 7 Januari 1989, tepatnya pada perayaan misa  natal bersama untuk pertama kali diadakan sekaligus pelantikan para pengurus lingkungan.  Perayaan misa natal bersama dan pelantikan pengurus lingkungan dipersembahkan oleh  Romo Binzler, SJ. Perayaan ini berlangsung di rumah ketua lingkungan YB Sutardi yang terletak di Pondok Indah.    
Umat terus bertambah seiring dengan pengembangan perumahan di wilayah Kota Bumi. Dengan penambahan umat ini maka perlu dipikirkan juga pemekaran lingkungan. Pemekaran dilakukan dengan suatu asumsi bahwa lingkungan yang terdiri dari umat yang tidak terlalu banyak, memudahkan koordinasi. Tahun 1990 terjadi pemekaran lingkungan dengan batasnya adalah sebelah kiri dan kanan dari jalan raya Kota Bumi.  Dari arah jalan masuk ke Kota Bumi (dari arah Nagrek), perumahan yang berada di sebelah kanan jalan seperti: Pondok Rejeki, Pondok Indah dan Pondok Permai termasuk dalam kelompok lingkungan Bernardus 1. Sementara itu perumahan-perumahan di sebelah kiri jalan raya seperti: Pondok Sejahtera, Pondok Makmur dan sebagian Pondok Indah termasuk ke kelompok lingkungan Bernardus 2.  
Lingkungan ini terus berkembang karena kebanyakan guru-guru Katolik yang mengajar di sekolah-sekolah Strada memilih perumahan-perumahan di Kota Bumi. Dengan keberadaan guru dan karyawan Strada ini maka lingkungan semakin hidup dan

Friday, September 19, 2014

ROSE: MAWAR TAK BERDURI ITU TELAH PERGI



Matahari pagi itu beranjak naik, menemui para penghuni bumi dengan menebar pesona bias cahayanya yang lembut. Tetapi matahari yang terlihat cerah mengitari dunia sekitar, sepertinya tak sanggup membendung rasa duka yang mendalam. Ya, kedukaan itu sangat terasa bagi mereka yang pernah berada bersama Mba Rosa, baik di tempat kerja, lingkungan doa maupun sahabat kenalan lain.  Dengan mata penuh sembab, para pelayat yang mengenal dekat dengannya terus berusaha menatap wajahnya yang kurus dan sudah kaku itu. “Ia pergi  untuk selamanya,” kata seorang sahabatnya yang ada di sampingku. Ia pergi, karena takdir Tuhan. Tuhan yang telah dengan caranya tersendiri mengambil dia dari hadapan keluarga dan sahabat kenalan yang masih mencintai dia.
Seminggu menjelang kepergiannya, aku membaca status pada BlackBerry: “Tx God masa kritis sdh terlewati…..” BBnya yang terhubung dengan BBku, membuat aku dengan mudah mengetahui kondisi terakhir yang dialami lewat status BBnya. Membaca status BBnya membuat orang-orang yang dekat dengannya menarik nafas lega. Statusnya terus terpampang pada BBnya, ia telah melewati masa kritis dan sekarang ia boleh mengalami kelegaan hidup di hadapan Allah.
Sore itu, ketika hendak mandi, ada telpon masuk ke HPku. “Kringggggg……”Aku mengambil Hp untuk menerima telpon dari Pak Bruno Tefa. Firasatku agak beda saat mengangkat HP dan menerima telpon dari Pak Bruno Tefa. “Sudah tahu informasi tentang Mba Rosa?” tanya Pak Bruno Tefa melalui telpon genggam. “Belum,” jawabku singkat. “Mba Rosa telah meninggal di Rumah Sakit Siloam-Jakarta pada Rabu, 17 September 2014, sekitar Pkl.18.30, “ urai Pak Bruno. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kita kehilangan seorang teman dekat, teman yang selalu peduli dengan rekan kerja lain.
Setelah mendengar kematiannya, saya coba untuk mencari foto-foto pada BlackBerryku. Ada tiga foto yang kudapatkan dan segera saya upload pada Facebook saya sebagai cara sederhana untuk menginformasikan kepergian Mba Rosa. Banyak teman yang melihat FBku merasa terbantu dan segera mencari informasi untuk membenarkan peristiwa kematian itu. Ternyata Mba Rosa telah menghembuskan nafas  untuk terakhir kalinya.
Misa Requiem di rumahnya di Perumahan Dasana-Tangerang, dihadirinya oleh rekan-rekan dan sahabat-sahabatnya. Romo Barnabas, Pastor Paroki Sta.Helena-Curug, dalam khotbahnya mengatakan bahwa Ibu Rosalia Widayati begitu tegar dan tabah dalam menghadapi penderitaan. Lebih jauh

Thursday, September 11, 2014

TUGAS DAN TANTANGAN MEWARTAKAN SABDA


(HUT ke 2 Paroki Santo Gregorius Agung-Kota Bumi-Tangerang)

Merayakan ulang tahun ke dua, Paroki Santo Gregorius Agung -Kota Bumi, Tangerang  merupakan “ungkapan syukur atas karunia Allah yang telah dilimpahkan kepada kita.” Hal ini disampaikan  oleh  Romo  Andrianus  Andi  Gunardi, Pr dalam kata pembukaan pada misa kudus  peringatan ulang tahun ke 2 Paroki Santo Gregorius Agung. Romo Andrianus Andi Gunardi bertindak sebagai selebran utama dalam perayaan Ekaristi meriah itu dan didampingi oleh Romo Sony sebagai pastor rekan.  Dalam perayaan misa  yang berlangsung khidmat  dan dihadiri oleh ribuan umat, menjadi tanda persaudaraan yang  nampak dalam suka cita itu. Peringatan ulang tahun paroki yang kedua, Minggu 7 September 2014 ini  agak berbeda karena selain ribuan umat yang hadir tetapi juga turut hadir Bapak Dirjen Bimas Katolik bersama Ibu dan juga Bapak Stanislaus Lewotoby, Pembimas Katolik, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten.
Perayaan HUT ke dua  Paroki Santo Gregorius Agung-Kota Bumi-Tangerang
Dalam khotbahnya, Romo Andi menekankan pentingnya kehidupan menggereja. “Gereja akan rusak apabila anggota-anggotanya hidup dalam kebencian, curiga dan iri hati.” Di dalam keluarga, lingkungan doa dan paroki, perlu dibangun suasana cinta kasih dan keakraban antara satu dengan yang lain. Menghadirkan kasih dalam seluruh komunitas dapat   menyelesaikan seluruh permasalahan yang dialami dan dengan demikian bisa memperkuat kehidupan menggereja, baik di tingkat lingkungan maupun paroki.  Perayaan akbar ini diiringi oleh koor yang  melantunkan lagu-lagu merdu.

Saturday, September 6, 2014

Kicauan Flo cuma opini biasa


FLORENCE Sihombing, mahasiswa UGM, sudah mendapat sanksi sosial yang sangat berat. Gadis asal Medan ini bahkan sempat dijebloskan ke bui oleh polisi gara-gara kicauannya di media sosial. Flo juga sudah minta maaf berkali-kali.

Lalu, mau apa lagi? Membawa si Flo ke pengadilan untuk dipenjara? Sangat berlebihan kalau sampai begitu. Sri Sultan dan istri pun sudah menemui Flo dan memberikan maaf.

Cukuplah kasus ini menjadi pelajaran buat Flo. Dan kita semua yang biasa bermain di internet, baik itu media sosial, laman (website), blog, email dan sebagainya. Bahwa kicauan yang cuma satu dua kalimat bisa berdampak panjang, sangat serius, bahkan bisa merusak masa depan. Kuliah Flo Sihombing di Jogja bisa terganggu kalau kasus ini diterus-teruskan.

Polisi di Jogja sebaiknya lebih serius menangani kasus pembunuhan wartawan Udin yang sampai sekarang belum jelas. Juga kasus kekerasan benuansa SARA. Kasus korupsi yang merugikan uang rakyat. Kicauan Flo yang suntuk, stres di SPBU, meskipun kata-katanya terasa kasar, blakblakan, sebetulnya bukan prioritas polisi.

Setiap jam, setiap menit, selalu muncul jutaan kicauan di media sosial dan postingan di internet. Dari jutaan konten itu, pasti banyak sekali yang sama kasar atau lebih kasar ketimbang si Flo itu. Apalagi yang pakai akun anonim. Akun-akun atau komentar-komentar anonim memang sengaja dibuat untuk menyerang pihak lain.

Saya justru salut sama Flo karena tidak bersembunyi di balik akun anonim. Wanita 26 tahun ini juga pakai foto asli, apa adanya. Dia degan cepat minta maaf ketika sadar bahwa kicauannya jadi bahan polemik. Beda dengan tabloid Obor Rakyat yang pakai nama penulis dan alamat palsu. Toh, pengelola Obor Rakyat tidak ditahan polisi.

Jujur saja, di era internet ini semakin jarang orang Indonesia yang berani mengkritik pihak lain tanpa berlindung di balik anonimitas.

Para teroris dan calon-calon teroris selalu menggunakan akun anonim untuk melancarkan misinya. Penjahat-penjahat dunia maya juga gentayangan mencari mangsa dengan berbagai tawaran bisnis online. Ini yang harus diatasi polisi unit cyber crime.

Flo Sihombing jelas bukan penjahat cyber. Flo hanya menulis opini. Dan opini tidak bisa diadili! Apalagi suasana kejiwaan Flo saat berkicau di media sosial sedang tidak normal alias bocor halus. Kalau kicauan orang stres, ditanggapi dengan serius, diurusin polisi, bisa kacau negara ini.

Freedom of speech mutlak ada dalam negara demokrasi. Meskipun opini yang disampaikan untuk membuat kita tersinggung atau merasa terhina.