Thursday, June 30, 2016

PESAN DOROTHY LAW NOLTE : BAGAIMANA CARA MENDIDIK ANAK

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran

Tuesday, June 28, 2016

MEMBANGUN NIAT

Sabtu, 26 September 2015 seluruh siswa/i SMP Maria Mediatrix  mengadakan rekoleksi.  Pagi ini mereka datang dengan hanya berbekal nasihat orang tua dan semangat yang ada di dalam diri mereka. Rekoleksi yang diadakan bisa menambah iman dan menimbah kekuatan kembali setelah  lelah mengikuti rutinitas sebagai seorang pelajar. Lewat rekoleksi, para peserta mendapat pencerahan hati dan budi. Pelaksanaan rekoleksi diawali dengan renungan dan ibadat pagi singkat. Ibadat ini dipimpin oleh Bapak Agustinus Sariman. Dalam renungan singkat, beliau  berpesan bahwa setiap siswa/i bisa memetik buah-buah kebaikan dari hasil rekoleksi ini dan diharapkan bisa merubah perangai menjadi lebih baik.
Setelah renungan singkat yang mengawali rekoleksi ini, dilanjutkan dengan sesi I dengan tema: “Aku Secitra Dengan Allah.” Pada sesi I ini dibawakan oleh Bapak Wilibrordus Subanpulo yang mengemukakan bahwa kita telah memberi warna dalam hidup ini dengan memperlihatkan warna kulit yang berbeda, hidung, mata dan bentuk tubuh lainnya. Kita merupakan gambaran Allah dan ciptaan Allah yang paling kudus karena setiap kita manusia dikaruniai hati nurani, akal budi dan kehendak bebas dalam merawat dan menumbuh-kembangkan dunia dan lingkungan masyarakat di sekitar kita. Sesi ini selesai dan dilanjutkan  dengan coffee break.
Pada sesi II ini dipimpin oleh Bapak Innocentius Tharob dengan mengusung tema: “Aku dan lingkungan Sekitarku.” Dalam sesi ini Bapak Innocentius Tharob menekankan bahwa untuk memiliki rasa solidaritas dan rasa kerja sama yang sangat erat  dan hal ini menggambarkan  relasi aku dengan  “aku-ku” (baca:sesame)   yang lain. Dalam hal ini Pak Inno menekankan agar kita membangun rasa memiliki dan  rasa peduli yang tinggi terhadap sesama. Solidaritas dan kerja sama adalah kunci untuk meraih kesuksesan bersama dengan menjauhkan keegoisan dan perpecahan akibat pendapat yang berbeda.

Pada sesi III dipimpin oleh Bapak Imronius Ginting. Tema yang ditawarkan pada sesi III ini adalah “Membangun Niat.”  Pada sesi ini Bapak Ginting menekankan pentingnya membangun niat pribadi. Masing-masing peserta juga diminta untuk menuliskan niat masing-masing. Niat yang telah ditulis tidak hanya berhenti pada tulisan itu tetapi diharapkan agar niat yang telah ditulis harus benar-benar diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Niat yang ditulis itu, menurut Bapak Ginting menjadi bekal berharga untuk dibawa pulang dan diwujudnyatakan dalam kehidupan pribadi.*** (Phenta)          

Friday, June 24, 2016

Dia Dulu Datang Nangis Istrinya Meninggal Butuh Bantuan, Eh Sekarang Kelakuannya Begini!

CeritaNews.com - Pendiri Teman Ahok merasa sakit hati saat melihat adanya konferensi pers yang dilakukan eks Teman Ahok. Apalagi ketika melihat Richard Sukarno menjadi yang paling vokal dalam acara tersebut.

Juru Bicara Teman Ahok, Singgih Widiyastomo mengungkapkan, Richard sudah dikeluarkan dari Teman Ahok sejak Februari 2016.

Singgih menyampaikan, Teman Ahok pernah menolong Richard saat butuh pertolongan. Saat itu, tiba-tiba saja Richard mendatangi markas Teman Ahok dengan wajah berurai air mata dan meronta-ronta meminta tolong.

"Beliau pernah kita tolong, dia datang ke kami dengan nangis-nangis bahwa disitu istrinya meninggal dan butuh bantuan. Saat itu beliau kita tolong, tapi sekarang ternyata kami ditusuk dari belakang," ungkap Singgih dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (23/6/2016).

Tidak hanya Singgih dan empat inisiator lain yang kecewa, beberapa relawan lain di berbagai wilayah juga menumpahkan kekecewaannya di grup Whatsapp. Mereka menilai apa yang dilakukan Richard Cs sungguh suatu perbuatan kurang kerjaan.

Monday, June 20, 2016

SALAHKAH AKU KARENA BERBEDA DENGANMU?

Hidup dan berada sebagai kelompok minoritas selalu tidak menyenangkan. Ruang  gerak kebebasan sepertinya dipangkas  karena didominasi oleh kelompok mayoritas. Diskriminasi pasti tetap ada dan bahkan penghilangan hak-hak yang dimiliki secara sepihak, adalah cara vulgar yang harus dihadapi oleh  kelompok minoritas ini.
                Buku sederhana ini mau menggambarkan  kisah bagaimana sepak terjang seseorang yang menjadi bagian dari kelompok minoritas. Minoritas dalam konteks Indonesia bisa dilihat dari beberapa sisi, seperti agama yang dianut,  suku dan  ras dari kelompok tertentu.  Tak  dapat dipungkiri  bahwa stigma tentang minoritas  yang ada di Indonesia tak pernah hilang dari ingatan publik.  Berbekal  memori dan sejumlah literatur, Wu Da Ying mencoba untuk  mengkonstruksi  perlakuan yang tidak wajar terhadap  kelompok  tertentu.     
                Belajar dari keindonesiaan berarti belajar  tentang keberagaman.  Keberagaman yang ada di Indonesia bukanlah  sebuah upaya permintaan  dari negeri ini tetapi keberagaman dilihat sebagai sesuatu yang terberi dari Allah. Adakah yang salah dari keberagaman Indonesia?***(Valery Kopong)




Friday, June 17, 2016

GUNUNG NEBO





UNTUK SAHABAT

Oh Tuhan…
Dengarkanlah suara hatiku
Yang semakin keras ini
Lihatlah wahai angin dan hujan
Kebungkaman mulut ini
Yang tak mampu mengucapkan
Kata selamat tinggal
Dengarkanlah wahai sahabat
Betapa sakitnya perpisahan  ini
Hati ini kesepian dan duduk termenung
Menantikan kau kembali padaku
Dan ingatlah wahai sahabat
Tak akan tega kukhianatimu
Tak peduli bila kau sudah melupakanku
Sampai kapan pun
Kau tetap sahabatku

Oleh: Odilia N.I.Restu H   (7.2)

SMP Maria Mediatrix-Kota  Bumi-Tangerang

Wednesday, June 15, 2016

HUKUMAN KEBIRI

Mengikuti  arah diskusi ILC di TVOne, membuka wawasan publik tentang pentingnya hukuman terhadap pelaku yang memperkosa  dan membunuh secara sadis korbannya. Memang memiriskan hati ketika berhadapan dengan peristiwa ini. Apakah kita hanya sebatas memberikan rasa prihatin kepada  peristiwa ini atau memberikan solusi sebagai upaya untuk mengatasi pelbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini. Kasus pemerkosaan dan pembunuhan secara sadis sedang mengintai dunia sekitar kita. Atas peristiwa ini maka dicanangkan sebagai situasi darurat.
Peristiwa ini sepertinya mendesak langkah nyata pemerintah dalam upaya menangani masalah ini. Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi mengeluarkan perppu tentang hukuman kebiri bagi pelaku pemerkosaan. Memang perppu yang dikeluarkan itu memberikan sebuah tanggapan terhadap situasi yang tengah dihadapi bangsa ini namun banyak kalangan menilai bahwa hukuman kebiri bukanlah solusi dan tidak menjamin bahwa bisa melenyapkan kejadian serupa. Hukuman kebiri dan hukuman mati, barangkali tidak terlalu jauh berbeda. Bahwa inti dari penerapan hukuman itu adalah untuk memberikan efek jerah dan tidak terjadi lagi pelaku kejahatan seksual.

Monday, June 13, 2016

Aturan Penutupan Warung Selama Ramadhan Dianggap Menabrak Nilai Kemanusiaan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia, Riant Nugroho menilai bahwa penerapan dari peraturan daerah (perda) yang digunakan pemerintah Kota Serang, Banten untuk menutup paksa warung makan yang berjualan selama bulan Ramadhan sangat tidak tepat. Menurut Riant, perda tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila


Jokowi Bersilaturahmi dengan Biarawati Katolik