Friday, June 5, 2020

Doa Di Waktu Subuh

Tuhan Yesus,,ajarilah aku untuk memahami Engkau makin benar dan mendalam. Aku tahu, Engkau bukan hanya keturunan Daud, tetapi engkau sungguh Allah yang turun ke bumi untuk menyelamatkan kami umat manusia. Engkau yang bertahta dalam kerajaan surga, turun ke bumi untuk merasakan hidup bersama kami umat manusia. Engkau mau menunjukkan jalan kepada  kami ke tempat Engkau bertahta di surga. Maka, engkau bersabda, " Akulah jalan, kebenaran dan hidup"

 

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk nemahami Engkau makin benar dan mendalam. Aku tahu, engkau diharapkan menjadi seorang tokoh politik yang gagah perkasa dan  bergelimangan harta duniawi.  tetapi, Engkau melepaskan semuanya itu. Engkau memutuskan dengan bulat untuk melaksanakan rencana dan kehendak Bapa untuk menyelamatkan kami dari keterpurukan dosa dengan sengsara dan wafat-Mu di kayu salib, namun Engkau bangkit dan mulia.

 

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk memahami Engkau makin benar dan mendalam. Aku tahu, kitab sucimu dapat mengantarku untuk mengembangkan imanku makin mendalam dan kuat,  untuk mengenal dan mencintaimu lebih benar dan baik. tetapi, aku sering memanfaatkan waktuku untuk lebih banyak membaca sms di whatsapp, facebook, messengers, instagram, atau line. Aku menghabiskan waktuku dengan sibuk di media sosial. Sadarkanlah aku bahwa kitab sucimu lebih berarti dan lebih berguna bagiku untuk membawa keselamatan hidupku.

 

( Inspirasi : Injil Markus 12:35-37, 05 Juni,  Suhardi )

Thursday, June 4, 2020

Cinta Kasih Allah dan Sesama

Mahatma Gandhi adalah salah satu tokoh nasional agama Hindhu dari negara India. Walau dia beragama Hindhu, beliau mengagumi orang-orang kristiani. Mengapa ? Karena orang-orang kristiani mempunyai ajaran cinta kasih yang diajarkan oleh Kristus. " Seandainya orang kristiani sungguh-sungguh menjadi orang kristiani, maka dunia akan terasa damai," kata Mahatma Gandhi.

    Hari ini kita diingatkan kembali ajaran Kristus  kepada kita, yaitu tentang cinta kasih. Yesus bersabda, "Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah :Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini."

    Dua hukum itu menyatu seperti dua sisi dalam sekeping uang. Mengasihi Tuhan harus mewujud dalam kasih kepada sesama.Kasih kepada sesama berdasarkan kasih Allah yang lebih dahulu mencintai kita.                      Bunda Theresia pernah berkata, "Bagaimana kita bisa bilang mengasihi  Tuhan yang tidak tampak, sedangkan kita tidak mampu mengasihi manusia yang kelihatan ada di sekitar kita?"

     Bisakah kita sungguh-sungguh menjadi orang kristiani? Marilah kita mempraktekkan cinta kasih Allah dan sesama serta alam lingkungan kita dalam realitas kehidupan kita, sehingga kelak kita bisa masuk surga.

( inspirasi : Iniil Markus 12: 28b-34,   04 Juni, Suhardi )

Wednesday, June 3, 2020

Mengapa Putus Asa?

"Tuhan tidak menghadiahkan kepada kita Roh keputusasaan, tetapi Roh kekuatan, cinta dan kebij

aksanaan,", kutipan bacaan suci hari ini (2 Tim 1,1–3.6–12), menyentuh saya secara pribadi. Saya teringat pada nasihat Bapak Rohaniku semasa masih seminari kecil.” Bacalah sebanyak mungkin buku-buku rohani tentang contoh hidup para Santo-Santa, para Martir, yang mengorbankan nyawa mereka untuk iman akan Yesus. Dengan kutipan bacaan di atas, hari ini, kata-kata Bapak rohaniku itu memiliki makna khusus dan menjadi lebih aktual. Sungguh, dengan kuasa Roh Cinta, mereka- (para Santo- Santa- Para Martir) telah mengorbankan segala-galanya bagi Kristus sampai mati, walaupun mereka dapat melakukan sebaliknya.

Friday, May 29, 2020

Corona dan Alienasi Diri

Ketika dunia dilanda pandemi  Covid 19, setiap orang mengalami kepanikan. Hari-hari hidup manusia di bawah kolong langit dilanda oleh kepanikan berkepanjangan. Dalam rentang kepanikan itu, manusia bertanya dengan mulut komat-kamit. Sampai kapan Corona ini berlalu dan manusia kembali ke kehidupan semula? Ini pertanyaan yang tidak menemukan titik terang jawaban. Karena ketika manusia melemparkan pertanyaan ke “langit harap,” sepertinya pertanyaan itu menguap di udara sekaligus m

emberikan sebuah jawaban yang absurd.

Corona “mengurung” setiap manusia untuk tetap berada dalam rumah. Memang, “stay at home” merupakan cara sederhana untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona ini. Namun seraya itu pula,  kegelisahan panjang terus membentang. Mau hidup di dalam rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus atau harus keluar rumah untuk bekerja  untuk menyambung hidup? Ini merupakan pilihan dilematis yang sama-sama penting. Kehidupan manusia diperparah oleh hantaman virus yang tak kenal status sosial. Namun yang lebih parah mengalami situasi ini adalah masyarakat kota yang tengah mengais rejeki untuk mempertahankan hidup. Cukup banyak pabrik yang terpaksa merumahkan karyawannya karena pabrik tidak berproduksi lagi. Ke mana orang-orang kota pergi? Ke kampung halaman juga belum bisa diijinkan bahkan ditolak karena berasal dari kota, dari zona merah.

Hari-hari belakangan ini Corona tidak hanya sebagai  virus yang mengancam keselamatan jiwa manusia tetapi lebih dari itu mengancam “pola pikir dan pola tingkah laku” seluruh masyarakat. Karena Corona, mengubah cara pandang kita tentang orang lain. Ketika bertemu dengan teman-teman, tak diijinkan untuk berjabat tangan bahkan saling curiga, “jangan-jangan” teman kita ini membawa virus corona ini. Penolakan demi penolakan terjadi dalam masyarakat sebagai cara terbaik untuk mempertahankan eksistensi diri manusia yang bebas dari ancaman virus corona. Beberapa hari belakangan ini berita dari ujung timur sempat menjadi viral oleh tindakan seorang kepala desa di Sikka-Maumere, yang memblokir jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Sikka dengan Kabupatan Flores Timur. Atas peristiwa pemblokiran ini  menyebabkan sebuah ambulans yang mengantar seorang ibu hamil dari arah Larantuka menuju RSUD Tc. Hillers – Maumere tertahan di perbatasan antara Kabupatan Sikka dan Flores Timur. Karena terlambat mendapat pertolongan ini maka bayi yang dilahirkan itu harus meregang nyawa.

Siapa yang harus disalahkan atas peristiwa ini? Penulis tidak mempersalahkan siapa-siapa tetapi melihat peristiwa ini sebagai dampak corona yang mengubah setiap pola pikir manusia. Pemblokiran jalan sebagai upaya untuk menyekat diri dan komunitas dari ancaman virus yang dibawa oleh orang lain. Menjelajah pemikiran para pemblokir jalan maka tampaklah betapa orang-orang membentengi diri dalam ruang kegelisahan” sambil  melihat orang lain sebagai musuh pembawa virus yang bersarang di dalam dirinya. Virus corona sedang membongkar kemapanan diri dan memporak-porandakan konsep manusia sebagai  makhluk sosial dan sedang menggiring kesadaran baru manusia untuk hidup “seperti sebuah pulau” yang mengalienasi diri dari ruang perjumpaan. Kita sedang membangun “pulau pengecualian” untuk diri dan komunitas kita sambil menjaga jarak sebagai cara pembebasan diri dari corona. Corona, sampai kapan lenyap dari bumi ini?***(Valery Kopong)