Friday, July 14, 2017
Thursday, July 13, 2017
Monday, July 3, 2017
PATER BURA LULI, SVD : “PASTOR UNTUK PARA GELANDANGAN”
Pater Yakobus Bura Luli, SVD adalah
imam pertama di Stasi Tapobali, Adonara
Timur. Sejak ditahbiskan pada 3 Juli 1977 di Larantuka, Pater Bura Luli, SVD bekerja di Provinsi SVD Timor.
Selama menjadi imam di Timor, ada
beberapa paroki ditanganinya terutama di wilayah Atambua dan Kefamenanu. Orang-orang
Kefa yang mengenalnya, mengatakan Pater Kobus terkenal sebagai pastor yang tegas
namun baik hatinya. Cukup lama Pater Kobus bekerja sebagai pastor kepala di Paroki Santa Theresia
Kefamenanu. Pendiriannya yang tegas dan
bisa merangkul kaum muda, membuatnya dikenal di masyarakat luas.
![]() |
Penjemputan Pater Kobus dan Suster Lidya di Pelabuhan Waiwerang, 3 Juli 2017 |
Sebagai pastor kepala di Paroki Santa
Theresia Kefamenanu, Pater Kobus tidak hanya sibuk mengurus altar saja tetapi
juga terjun ke lapangan dan mengurus para gelandangan. Hampir setiap hari, Pater Yakobus Bura Luli,
SVD turun ke jalan-jalan dan mencari
para gelandangan yang suka bertengger di deker-deker tua. Di sanalah
Pater bertemu dengan para gelandangan dan berusaha membangun komunikasi dengan
mereka. Berkat ketekunan ini, para gelandangan dikumpulkan di sebuah asrama Paroki
Santa Theresia Kefamenanu. Kelompok gelandangan yang berhasil dikumpulkan ini lebih dikenal dengan “kelompok Jintiu” yang pada akhirnya mengalami perubahan
nama, “Kelompok Don Bosco.” Mereka kemudian dibina oleh Pater Kobus Bura Luli
dan dilatih untuk bekerja secara mandiri. Semua mereka pada akhirnya sadar dan
membangun hidup secara mandiri.
Thursday, June 22, 2017
Monday, June 19, 2017
TOLERANSI: SEBUAH PARADOKS ?
Oleh: Valery Kopong

Toleransi
menjadi sesuatu yang “mewah” di
Indonesia karena nilai-nilai toleransi
sedang tergerus oleh pemahaman yang sempit
oleh begitu banyak kelompok. Bahkan ada pejabat negara pun masih terjebak
dalam cara berpikir yang sempit tentang
toleransi dan kemajemukan. Memang, antara toleransi dan kemajemukan
adalah dua hal yang saling ber singgungan dan berpengaruh terhadap satu dengan
yang lain. Ketika orang mengabaikan dan bahkan menutup mata terhadap
kemajemukan bangsa ini maka pada saat yang sama, nilai toleransi mulai hilang.
Kemajemukan ini dilihat sebagai “perekat utama” karena ketika kita memandang
miring tentang orang lain dalam konteks kemajemukan bangsa ini maka pada saat
yang sama, kita sedang meruntuhkan sebuah kenyataan sejarah bangsa ini.
Monday, June 12, 2017
Menulis Dengan Darah

Saya yakin, John dan Valery melalui buku ini tidak
sekedar menulis, tetapi mereka menulis dengan satu komitmen sosial yang
sungguh, meski itu berangkat dari pengalaman pribadi mereka. Mereka, meminjam
kata – kata filosof Nietzsche, sungguh ‘menulis
dengan darah’
dengan kesadaran dan keterlibatan demi kepentingan yang lebih besar. ***
Bagi yang berminat dengan buku saya ini, silakan kontak, Valerianus Kopong, Hp 0812 888 613 89 / WA 0895 1216 9703
Tuesday, June 6, 2017
Membangun “Trust Politik”
(Catatan
Untuk Calon Gubernur NTT)
Oleh:
Valery Kopong

Thursday, May 18, 2017
“Luka Kesuksesan”
![]() |
Veronica Tan |
Ketika mengikuti jalan salib di Gereja Santo Gregorius Agung – Kota
Bumi-Tangerang pada setiap hari Jumat
dalam masa pra-paskah ini, seakan
memori imanku terbangun tatkala
memasuki perhentian ke 6. Pada perhentian ke 6 ini, yakni “Veronika Menyapu
Wajah Yesus,” mengingatkanku akan sosok
Veronika, seorang wanita Yerusalem yang tegar menerobos para kerumunan algoju
yang sedang menyiksa Yesus pada perjalanan menuju Golgota. Veronika tergerak
hati untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh peluh dan darah dengan sepotong
kain. Menurut tradisi, pada kain yang dipakai untuk mengusapi wajah Yesus, kemudian tercetaklah gambar wajah Yesus.
Veronika memperoleh kenangan berharga dari perbuatannya, sepotong gambar yang menjadi kenangan sejarah, kenangan
kolektif umat Kristiani. Nama “Veronika” sendiri merupakan nama Latin dari
Berenice, sebuah nama Makedonia, yang artinya adalah “pembawa kemenangan”/ bearer
of victory (menurut bahasa Yunani, phere- nike).
Menelusuri perjalanan hidup
Ahok dan ditemani isterinya Veronica Tan, sepertinya mereka sedang mengalami
“jalan salib kehidupan politis.” Ahok dan Veronica Tan sebagai pengikut Kristus
sejati memperlihatkan diri sebagai murid yang sedang mengalami pencobaan di
tengah pusaran politik yang tak karuan. Ahok tahu bahwa jalan politik itu
terjal dan penuh dengan liku-liku yang terkadang menjebaknya untuk menerima
tawaran yang menggiurkan. Tetapi Ahok berani menolak semua godaan berupa
kesenangan duniawi. Ketika sebagian besar
anggota DPR RI yang sedang terjerat kasus korupsi E-KTP, Ahok lolos dari
jeratan korupsi massal itu dan ini memperlihatkan kredibilitas Ahok yang semasa
menjadi anggota DPR RI di komisi II, begitu menentang mega proyek yang membawa
skandal ini.