“Melukis
diri pada kanvas rahim sang mama”
Hari
ini dalam rentang waktu yang cukup panjang, aku merenung dalam ribaan “sapaan
ulang tahunku.” Lahir dalam sunyi dibalut “kenola” (potongan kain sederhana)
dan ditemani sang mama, Inak Uba Beda. Tak ada perawat yang membantu persalinan karena aku lahir
waktu itu, belum ada bidan desa. Tetapi bersyukurlah bahwa lewat tangan dingin
si dukun kampung, ia berani membantu persalinan tanpa takut sedikitpun. Menurut cerita mama bahwa setiap anak yang lahir, tali
pusatnya dipotong bukan dengan gunting yang steril seperti di rumah sakit mewah tetapi dengan “meran” (kulit bambu yang tajam). Cara perawatan
tali pusat sebelum terlepas dari pusat sang bayi juga sederhana, yakni membungkusnya dengan parutan kunyit.