Tuesday, July 12, 2016
Friday, July 1, 2016
VPI dan FMKI gelar seminar mencari pemimpin tepat DKI Jakarta
Untuk memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat bagaimana mengukur dan menentukan pemimpin DKI Jakarta yang betul-betul tepat sesuai dengan kebutuhan warga DKI Jakarta, Vox Point Indonesia (VPI) bekerjasama dengan Forum Masyarakat Katolik Indonesia Keuskupan Agung Jakarta (FMKI-KAJ) menyelenggarakan seminar di Aula Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta Selatan, Sabtu (25/6).
Seminar bertajuk “Mencari Pemimpin Tepat Untuk DKI Jakarta” ini menghadirkan beberapa narasumber yaitu Johny G Plate (Fraksi NasDem DPR RI), Rufinus Hutauruk (Fraksi Hanura DPR RI), Fandy Utomo (Fraksi Demokrat DPR RI), dan Arya Fernandez (Peneliti Politik CSIS).
Selain menghadirkan narasumber, Beritasatu.com melansirkan bahwa seminar ini juga mendatangkan beberapa tokoh sebagai penanggap, termasuk Romo Benny Susetyo, Haposan Batubara (DPP Gerindra), Richard Saerang (Teman Ahok), Lukas Sutjiadi (Vox Point Indonesia), Andreas Susetyo (Fraksi PDIP DPR RI), serta beberapa tokoh lain.
Thursday, June 30, 2016
PESAN DOROTHY LAW NOLTE : BAGAIMANA CARA MENDIDIK ANAK
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
Tuesday, June 28, 2016
MEMBANGUN NIAT
Sabtu,
26 September 2015 seluruh siswa/i SMP Maria Mediatrix mengadakan rekoleksi. Pagi ini mereka datang dengan hanya berbekal
nasihat orang tua dan semangat yang ada di dalam diri mereka. Rekoleksi yang
diadakan bisa menambah iman dan menimbah kekuatan kembali setelah lelah mengikuti rutinitas sebagai seorang
pelajar. Lewat rekoleksi, para peserta mendapat pencerahan hati dan budi.
Pelaksanaan rekoleksi diawali dengan renungan dan ibadat pagi singkat. Ibadat
ini dipimpin oleh Bapak Agustinus Sariman. Dalam renungan singkat, beliau berpesan bahwa setiap siswa/i bisa memetik
buah-buah kebaikan dari hasil rekoleksi ini dan diharapkan bisa merubah
perangai menjadi lebih baik.
Setelah
renungan singkat yang mengawali rekoleksi ini, dilanjutkan dengan sesi I dengan
tema: “Aku Secitra Dengan Allah.” Pada sesi I ini dibawakan oleh Bapak
Wilibrordus Subanpulo yang mengemukakan bahwa kita telah memberi warna dalam
hidup ini dengan memperlihatkan warna kulit yang berbeda, hidung, mata dan
bentuk tubuh lainnya. Kita merupakan gambaran Allah dan ciptaan Allah yang
paling kudus karena setiap kita manusia dikaruniai hati nurani, akal budi dan
kehendak bebas dalam merawat dan menumbuh-kembangkan dunia dan lingkungan
masyarakat di sekitar kita. Sesi ini selesai dan dilanjutkan dengan coffee break.
Pada
sesi II ini dipimpin oleh Bapak Innocentius Tharob dengan mengusung tema: “Aku
dan lingkungan Sekitarku.” Dalam sesi ini Bapak Innocentius Tharob menekankan
bahwa untuk memiliki rasa solidaritas dan rasa kerja sama yang sangat erat dan hal ini menggambarkan relasi aku dengan “aku-ku” (baca:sesame) yang lain. Dalam hal ini Pak Inno menekankan
agar kita membangun rasa memiliki dan
rasa peduli yang tinggi terhadap sesama. Solidaritas dan kerja sama adalah
kunci untuk meraih kesuksesan bersama dengan menjauhkan keegoisan dan
perpecahan akibat pendapat yang berbeda.
Pada
sesi III dipimpin oleh Bapak Imronius Ginting. Tema yang ditawarkan pada sesi
III ini adalah “Membangun Niat.” Pada
sesi ini Bapak Ginting menekankan pentingnya membangun niat pribadi.
Masing-masing peserta juga diminta untuk menuliskan niat masing-masing. Niat
yang telah ditulis tidak hanya berhenti pada tulisan itu tetapi diharapkan agar
niat yang telah ditulis harus benar-benar diwujudnyatakan dalam hidup
sehari-hari. Niat yang ditulis itu, menurut Bapak Ginting menjadi bekal
berharga untuk dibawa pulang dan diwujudnyatakan dalam kehidupan pribadi.***
(Phenta)
Friday, June 24, 2016
Dia Dulu Datang Nangis Istrinya Meninggal Butuh Bantuan, Eh Sekarang Kelakuannya Begini!
CeritaNews.com - Pendiri Teman Ahok merasa sakit hati saat melihat adanya konferensi pers yang dilakukan eks Teman Ahok. Apalagi ketika melihat Richard Sukarno menjadi yang paling vokal dalam acara tersebut.
Juru Bicara Teman Ahok, Singgih Widiyastomo mengungkapkan, Richard sudah dikeluarkan dari Teman Ahok sejak Februari 2016.
Singgih menyampaikan, Teman Ahok pernah menolong Richard saat butuh pertolongan. Saat itu, tiba-tiba saja Richard mendatangi markas Teman Ahok dengan wajah berurai air mata dan meronta-ronta meminta tolong.
"Beliau pernah kita tolong, dia datang ke kami dengan nangis-nangis bahwa disitu istrinya meninggal dan butuh bantuan. Saat itu beliau kita tolong, tapi sekarang ternyata kami ditusuk dari belakang," ungkap Singgih dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (23/6/2016).
Tidak hanya Singgih dan empat inisiator lain yang kecewa, beberapa relawan lain di berbagai wilayah juga menumpahkan kekecewaannya di grup Whatsapp. Mereka menilai apa yang dilakukan Richard Cs sungguh suatu perbuatan kurang kerjaan.
Juru Bicara Teman Ahok, Singgih Widiyastomo mengungkapkan, Richard sudah dikeluarkan dari Teman Ahok sejak Februari 2016.
Singgih menyampaikan, Teman Ahok pernah menolong Richard saat butuh pertolongan. Saat itu, tiba-tiba saja Richard mendatangi markas Teman Ahok dengan wajah berurai air mata dan meronta-ronta meminta tolong.
"Beliau pernah kita tolong, dia datang ke kami dengan nangis-nangis bahwa disitu istrinya meninggal dan butuh bantuan. Saat itu beliau kita tolong, tapi sekarang ternyata kami ditusuk dari belakang," ungkap Singgih dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (23/6/2016).
Tidak hanya Singgih dan empat inisiator lain yang kecewa, beberapa relawan lain di berbagai wilayah juga menumpahkan kekecewaannya di grup Whatsapp. Mereka menilai apa yang dilakukan Richard Cs sungguh suatu perbuatan kurang kerjaan.
Monday, June 20, 2016
SALAHKAH AKU KARENA BERBEDA DENGANMU?
Hidup dan berada sebagai kelompok
minoritas selalu tidak menyenangkan. Ruang
gerak kebebasan sepertinya dipangkas
karena didominasi oleh kelompok mayoritas. Diskriminasi pasti tetap ada
dan bahkan penghilangan hak-hak yang dimiliki secara sepihak, adalah cara
vulgar yang harus dihadapi oleh kelompok
minoritas ini.
Buku
sederhana ini mau menggambarkan kisah
bagaimana sepak terjang seseorang yang menjadi bagian dari kelompok minoritas.
Minoritas dalam konteks Indonesia bisa dilihat dari beberapa sisi, seperti
agama yang dianut, suku dan ras dari kelompok tertentu. Tak
dapat dipungkiri bahwa stigma
tentang minoritas yang ada di Indonesia
tak pernah hilang dari ingatan publik.
Berbekal memori dan sejumlah
literatur, Wu Da Ying mencoba untuk mengkonstruksi perlakuan yang tidak wajar terhadap kelompok
tertentu.
Belajar
dari keindonesiaan berarti belajar
tentang keberagaman. Keberagaman
yang ada di Indonesia bukanlah sebuah
upaya permintaan dari negeri ini tetapi
keberagaman dilihat sebagai sesuatu yang terberi dari Allah. Adakah yang salah
dari keberagaman Indonesia?***(Valery Kopong)
Friday, June 17, 2016
UNTUK SAHABAT
Dengarkanlah suara
hatiku
Yang semakin keras ini
Lihatlah wahai angin
dan hujan
Kebungkaman mulut ini
Yang tak mampu
mengucapkan
Kata selamat tinggal
Dengarkanlah wahai
sahabat
Betapa sakitnya
perpisahan ini
Hati ini kesepian dan
duduk termenung
Menantikan kau kembali
padaku
Dan ingatlah wahai
sahabat
Tak akan tega
kukhianatimu
Tak peduli bila kau
sudah melupakanku
Sampai kapan pun
Kau tetap sahabatku
Oleh:
Odilia N.I.Restu H (7.2)
SMP Maria
Mediatrix-Kota Bumi-Tangerang
Wednesday, June 15, 2016
HUKUMAN KEBIRI
Mengikuti arah diskusi ILC di TVOne, membuka wawasan
publik tentang pentingnya hukuman terhadap pelaku yang memperkosa dan membunuh secara sadis korbannya. Memang
memiriskan hati ketika berhadapan dengan peristiwa ini. Apakah kita hanya
sebatas memberikan rasa prihatin kepada
peristiwa ini atau memberikan solusi sebagai upaya untuk mengatasi
pelbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini. Kasus pemerkosaan dan
pembunuhan secara sadis sedang mengintai dunia sekitar kita. Atas peristiwa ini
maka dicanangkan sebagai situasi darurat.
Peristiwa ini sepertinya mendesak
langkah nyata pemerintah dalam upaya menangani masalah ini. Beberapa waktu
lalu, Presiden Jokowi mengeluarkan perppu tentang hukuman kebiri bagi pelaku
pemerkosaan. Memang perppu yang dikeluarkan itu memberikan sebuah tanggapan
terhadap situasi yang tengah dihadapi bangsa ini namun banyak kalangan menilai
bahwa hukuman kebiri bukanlah solusi dan tidak menjamin bahwa bisa melenyapkan
kejadian serupa. Hukuman kebiri dan hukuman mati, barangkali tidak terlalu jauh
berbeda. Bahwa inti dari penerapan hukuman itu adalah untuk memberikan efek
jerah dan tidak terjadi lagi pelaku kejahatan seksual.
Monday, June 13, 2016
Aturan Penutupan Warung Selama Ramadhan Dianggap Menabrak Nilai Kemanusiaan
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia, Riant Nugroho menilai bahwa penerapan dari peraturan daerah (perda) yang digunakan pemerintah Kota Serang, Banten untuk menutup paksa warung makan yang berjualan selama bulan Ramadhan sangat tidak tepat. Menurut Riant, perda tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila.
Subscribe to:
Posts (Atom)