KETIKA mengunjungi teman yang
sakit, ia selalu mengeluh sakit terutama setelah operasi. Pada operasi pertama
yang dianggap gagal, ia kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain dan dianjurkan
oleh dokter untuk dioperasi lagi karena kondisinya semakin parah. Tindakan
dalam pengoperasian ulang dilakukan karena dokter bedah pada rumah sakit
sebelumnya salah meletakkan posisi usus yang sebenarnya dalam tubuh si pasien.
Awalnya ia menolak saat diminta untuk dioperasi ulang tetapi setelah diberi
penguatan oleh teman-teman, ia pada akhirnya meyakinkan diri untuk dioperasi.
Thursday, March 8, 2018
Friday, March 2, 2018
"Orang-Orang Kalah"
Beberapa
waktu yang lalu, saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang teman yang
memberitakan pada saya mengenai judul
bukunya yang mau diterbitkan di Yogyakarta. Judul bukunya “Orang-orang Kalah.” Saya lalu bertanya, kira-kira apa isi
dari buku yang diberi judul orang-orang
kalah? Dia lalu memberikan jawaban bahwa bukunya itu menceritakan tentang seluruh pewartaan dan pengorbanan Yesus yang
selalu mengendepankan diri sebagai
orang yang mengalah pada situasi, demi
sebuah nilai yang lebih tinggi. Ketika kehadiran Yesus sebagai Mesias (penyelamat dunia) di dunia, Ia ditolak oleh orang-orang
Israel karena konsep kemesiasan orang Israel adalah seorang pemimpin yang tampil dengan gagah
perkasa dan bisa menumpas para penjajah
agar mereka terhindar dari tekanan kolonial.
Thursday, March 1, 2018
"Bapa Kami Yang Ada di Bumi"
“Bapak kami
yang ada di surga.” Itulah penggalan awal doa Bapak Kami, sebuah doa yang
diajarkan oleh Yesus sendiri kepada kita. Ketika mendaraskan doa ini, terasa
Bapa itu masih jauh dari hadapan manusia, Allah yang transenden. Sepertinya ada
paradox antara pemahaman Katolik tentang Allah yang imanen, yang menetap di
hati kita tetapi pada saat yang sama ketika doa Bapa Kami itu didaraskan, orang
merasa bahwa Allah itu masih jauh, kurang terlibat dengan kehidupan manusia.
Doa menjadi titik simpul setiap
manusia yang memohon keberpihakkan Allah dalam hidupnya. Permohonan konkret
yang dibuat manusia melalui doa Bapa Kami adalah memohon kerajaan Allah yang
berpihak dan rejeki yang berlimpah. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan utopia,
tetapi Allah sedang hadir dan ada dalam kehidupan manusia ketika pesan
pewartaan Yesus yang berpihak pada yang lemah, miskin dan tersingkir.
Wednesday, February 28, 2018
Lelaki "Menopause"
Langit
kota Tangerang masih sedikit kabut, walau jam yang terpampang pada dinding
tembok Lapas Pemuda Tangerang itu
menunjukkan pukul 08.30. Jarum jam
berdetak dalam keheningan, seakan bersolider dengan para penghuni Lapas yang sering berontak dalam keheningan
batin. Hari itu, hari Rabu di bulan
Januari 2016, kami berjumpa lagi setelah ia bebas dari kurungan penjara. Ketika bertemu denganku, ingatannya akan masa lalu seakan muncul
kembali. Dahulu kami mengunjungi dia sebagai salah satu anggota Lapas Pemuda
Tangerang. Tetapi kali ini lain. Ia bersama team pengunjung dari kelompok Legio
Maria, Paroki Hati Santa Perawan Maria
Tak Bernoda-Tangerang, mengunjungi para narapidana.
Tuesday, February 27, 2018
TV: Sebuah Tabernakel?
Beberapa
tahun yang lalu, di kalangan umat katolik beredar tulisan-tulisan yang
menyoroti kehidupan doa keluarga. Sorotan terhadap kehidupan keluarga karena sampai saat ini masih terdapat
pemilahan yang tidak proporsional antara ranah hiburan dan doa. Dua hal ini
menampilkan kesenjangan yang berarti. Terhadap persoalan yang mengemuka ini
menggiring kita untuk bertanya lebih jauh. Mengapa umat kristiani saat ini
sulit meluangkan waktu untuk bertemu
Tuhan lewat untaian doa? Atau mengapa doa yang dilakukan kurang intensif bahkan
porsi waktu yang disediakan sangat sedikit?
Melihat pengalaman hidup harian,
kecenderungan yang kuat dan selalu menggoda yakni setiap orang sepertinya
“terpanggil” menjadi penonton yang pasif terhadap acara-acara yang ditayangkan
di TV. Suguhan acara tentu menarik dan memiliki daya magnetis sehingga mudah
memberi ruang tontonan daripada masuk ke dalam ruang sunyi. Ruang sunyi yang
menawarkan keheningan seakan kalah di hadapan ranah hiburan bahkan sunyi itu
sendiri menawarkan rasa takut bila berada dalam kesunyian doa. Doa dalam
konteks tertentu “tidak bernyawa” lagi karena dipengaruhi oleh kecenderungan
untuk terlibat dalam gebiyarnya kehidupan metropolitan.
Monday, February 19, 2018
PANGGILANKU TERHAMBAT
Setiap kali bertemu dengan Romo Dan di ruang sakristi,
sepertinya naluri panggilanku untuk menjadi calon imam semakin terasa. Khotbah Romo Dan yang selalu berapi-api memberikan semangat bagiku
dan ingin mengikuti jejak Kristus
menjadi calon imam. Apakah benih panggilan yang mulai terpupuk sejak aku
terlibat dalam kegiatan sebagai putera altar bisa terwujud? Pertanyaan
sederhana ini sepertinya sedang membenturkan dinding cita-citaku.
Wednesday, February 14, 2018
MULAILAH MENULIS (Catatan pengalaman)
Menulis adalah sebuah habit,
sebuah kebiasaan yang perlu dihidupkan dalam setiap waktu. Ketika memberikan
pelatihan di beberapa tempat, banyak pertanyaan yang dimunculkan oleh peserta.
Bagaimana caranya untuk menjadi seorang penulis? Dengan santai saya menjawab,
bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai titik sukses sebagai penulis, selain
mulai menulis. Artinya bahwa jika ingin menjadi penulis terkenal maka langkah
pertama yang harus dilakoni adalah mulailah menulis. Seorang penulis yang baik, adalah dia
yang selalu menulis setiap waktu dan tidak ada alasan sibuk dan mengabaikan
kegiatan menulis itu. Menulis di sini, bisa dilihat sebagai habitus baru dan
sekaligus merupakan perayaan kebebasan batin sang penulis yang menyebarkan
virus-virus berupa ide atau gagasan yang tertuang dalam bentuk tulisan.
Sejak kapan saya mulai menulis? Kebiasaan menulisku mulai
tumbuh ketika mengenyam pendidikan di SMP Lembah Kelapa-Kiwangona – Adonara
Timur. Ketika itu bersama beberapa teman dipercayakan untuk mengisi kolom pada
majalah dinding yang waktu itu dibaptis dengan nama “QUO VADIS.” Nama majalah
dinding “QUO VADIS” tetapi arti dari kata Latin ini kutahu setelah saya
mengenyam pendidikan di Seminari San Dominggo, yang kebetulan juga kita belajar
bahasa Latin. QUO VADIS, ke mana engkau pergi? Pertanyaan ini menarik sekaligus
menantang seseorang untuk melihat diri dan selalu bergerak keluar dari diri
untuk menjumpai yang lain. Sejak berkenalan dengan majalah dinding, naluriku untuk
menulis terus bergerak tumbuh dan apalagi didukung dengan iklim di Seminari
Hokeng yang menggiatkan pola hidup membaca dan menulis, baik di majalah sekolah
maupun majalah dinding.
Subscribe to:
Posts (Atom)