Tuesday, June 23, 2020

Hidup: Sebuah Pilihan

 Life is choice. Hidup adalah sebuah pilihan. Setiap langkah kehidupan kita selalu diperhadapkan pada sebuah pilihan. Tentu saja, kita berusaha untuk memilih sebuah pilihan yang terbaik dan menyelamatkan bagi kehidupan kita.

Beberapa tahun lalu, di Amerika Serikat, pernah memperkenalkan dua bentuk pilihan, yaitu pro life dan pro choice. Pro life adalah sebuah pilihan yang mendukung untuk mencintai dan menyelamatkan sebuah kehidupan. Pro choice adalah sebuah pilihan yang memberi dukungan pada  kebebasan bagi seseorang untuk memilih, tapi pilihan ini lebih cenderung mendukung pada sebuah tindakan kematian. Tentu saja,Gereja Katolik memilih tindakan Pro Life, yaitu mencintai dan menyelamatkan kehidupan.

Bacaan Injil pada hari ini kita diperhadapkan pada dua bentuk pilihan, yaitu sebuah jalan dan pintu yang lebar serta sebuah jalan dan pintu yang sempit. Jalan dan pintu yang lebar adalah sebuah pilihan yang menuju pada kebinasaan. Jalan dan pintu yang sempit adalah sebuah pilihan yang menuju pada kehidupan dan keselamatan. Anehnya, sebagian besar memilih jalan dan pintu yang lebar. Saya yakin, Anda pasti memilih jalan dan pintu yang sempit, sehingga akan memperoleh kehidupan dan keselamatan. Tapi,untuk melalui jalan dan pintu yang sempit dibutuhkan sebuah perjuangan kehidupan yang tidak selalu enak. Terkadang kita akan menghadapi sebuah salib kehidupan, seperti kebencian, caci maki, cemoohan, penolakan dan lain-lain.

Kita hendaknya tetap setia pada pilihan kita itu untuk melalui jalan dan pintu yang sempit, sehingga kita akan memperoleh mahkota kemuliaan di surga. Ya Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk mampu dan setia menempuh pilihan hidupku, yaitu pilihan hidupku untuk melalui jalan dan pintu yang sempit, sehingga mahkota kemuliaan surga yang Engkau janjikan akan aku pakai di dalam kerajaanMu di surga. Semoga demikian. Amin.

( inspirasi : Injil Matius 7: 6. 12-14 ,   23 Juni, Suhardi )

Monday, June 22, 2020

Berani Melihat Kesalahan Sendiri

Bagaimana perasaan kita ketika dikritik orang lain? Ada yang merasa senang dan terbuka terhadap kritikan, tapi ada pula yang merasa kecewa dan sakit hati. Kritik yang membangun tentu sangat berguna, tapi kritik destruktif tentu mengecewakan dan menyakitkan.

Kritik biasanya lebih banyak hanya memandang sisi kelemahan dan kekurangan orang lain. Kita mudah melihat keburukan orang lain dan  payahnya kita sering merasa bahwa kita benar. Padahal, coba kita lihat, kalau telunjuk kita sedang menuding ke depan, maka empat jari kita yang lain tertekuk dan menudingke diri kita sendiri.

Menghakimi dan melihat segala kesalahan atau kelemahan orang lain, meski itu sekecil kuman virus corona, adalah pekerjaan yang paling mudah dilakukan. Sedangkan yang paling sulit adalah melihat kesalahan diri kita sendiri meski kesalahan itu begitu besar.

Hari ini kita diingatkan oleh sabda Yesus , "Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar kayu itu dari mata saudaramu." Kita perlu untuk mengoreksi kita sendiri, sebelum kita mengoreksi orang lain. Atau memperbaiki diri terlebih dahulu, baru kemudian berusaha untuk memperbaiki orang lain, bukan sebaliknya. Mari kita mengoreksi diri dengan jujur. Tidak perlu fokus melihat atau membandingkan diri dengan orang lain. Semoga dengan cara ini, mata hati kita semakin terang dan jelas melihat diri dan orang lain.***

( inspirasi:Injil Matius 7:1-5, 22 Juni, Suhardi )

Friday, June 19, 2020

"Pikullah Kuk Yang Kupasang"

Dalam situasi wabah  virus corona saat ini, saya yakin banyak orang mengalami beban berat hidupnya, yang dapat berdampak pada seluruh kehidupannya, baik aspek jasmani maupun rohani. Ada orang yang mampu menanggung beban berat hidup itu, tetapi banyak juga yang menyerah terhadap beban berat itu sehingga ia putus asa, sakit, bahkan depresi. Dalam situasi berbeban berat itu, pasti kita berusaha untuk mengatasi masalah ini, sehingga akan terasa ringan beban hidup kita. Lalu  apa yang hendaknya kita lakukan?

Bacaan Injil pada hari ini mengajarkan kepada kita apa yang hendaknya kita lakukan dalam situasi berbeban berat hidupnya. Yesus bersabda, "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah Kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Ada dua pesan yang dapat kita refleksikan dari sabda Yesus ini. Pertama, kita diajak untuk datang kepadaNya, ketika kita berbeban berat hidup kita, yang bisa berupa masalah keluarga, masalah sakit yang berulang-ulang dan tak kunjung sembuh, masalah kegagalan atau keterpurukan bisnis, masalah PHK, masalah kegagalan mendidik anak, dll.  Kedua, kita diajak untuk belajar dari Yesus. Yesus telah mampu menghadapi beban berat salib dan menang atas beban berat itu. Kita akan merasakan kelegaan dan ketenangan atas beban berat hidup kita, jika kita datang dan belajar dari Hati Kudus Yesus.

 

Pada hari Raya Hati Kudus Yesus ini, marilah kita menyatukan hati kita dengan HATI KUDUS YESUS. Untuk itu, marilah kita datang dan belajar dari Hati Kudus Yesus, sehingga kita mendapatkan kelegaan dan ketenangan dalam seluruh aspek kehidupan kita dan kita dapat merasakan beban berat hidup yang kita panggul makin terasa ringan. "YESUS YANG LEMAH LEMBUT DAN RENDAH HATI, JADIKANLAH HATIKU SEPERTI HATIMU."

( Inspirasi : Injil Matius 11: 25-30,  19 Juni, Suhardi )

Thursday, June 18, 2020

Doa Yang Dikehendaki Allah

Hari Senin yang lalu saya duduk di ruang pelaksana umum Kantor Kemenag Kabupaten  Banggai, sambil saling cerita satu sama lain. Ada salah satu Ibu yang menceritakan tentang pengalaman anaknya yang menghadapi ujian semester secara online. Dia bilang,"Anak saya ujian online dan mampu mem
beri jawaban dari dosennya. Cuma,dosennya tidak suka akan jawabannya,karena terlalu panjang jawabannya." Mungkin, sang dosen itu inginnya jawaban yang simpel, ,jelas dan mengena, bukan uraian jawaban yang panjang dan bertele tele.

Demikianlah dalam hal berdoa, doa yang simpel, jelas dan mengena di hati lebih disukai daripada doa yang panjang dan bertele tele. Doa merupakan ungkapan hati.Kita mengungkapkan  perasaan kita, entah berupa syukur, pujian maupun permohonan. Keindahan doa bukan dilihat dari rangkaian kata-kata yang panjang dan bertele tele,yang hanya keluar dari mulut dan minta pujian,tetapi keindahan doa dapat dilihat dari ungkapan yang keluar dari hati yang diungkapkan secara jelas, simpel dan mengena di hati sesuai realitas kehidupan kita sehari-hari.

 Hari ini kita mendengarkan Bacaan Injil yang menceritakan tentang kritik Yesus terhadap doa yang panjang dan bertele-tele. Maka Yesus mengajarkan DOA BAPA KAMI. Doa Bapa Kami menjadi model bagaimana kita berdoa kepada Allah Bapa. Kita mengutamakan sikap batin kita yang tertuju penuh akan kehendak dan kemuliaan Allah serta kecukupan rejeki dan keselamatan hidup kita.
( Inspirasi :Injil Matius 6: 7-15, 18 Juni, Suhardi )