Wednesday, November 13, 2013

TUHAN KASIHANILAH KAMI (KYRIE)




                Istilah Kyrie diambilkan dari kata-kata Yunani: Kyrie eleison, yang diterjemahkan: Tuhan, kasihanilah. Seruan Tuhan (Kyrie) di sini pertama-tama adalah seruan yang menyampaikan penghormatan kepada Yesus Kristus yang kita sebut Tuhan. Kata-kata kasihanilah (eleison) merupakan seruan untuk memohon belas kasih ilahi. Seruan itu pula yang disampaikan oleh dua orang buta (bdk. Mat. 9:27 dan Mat. 20:30) atau Bartimeus (Mrk 10:47), atau perempuan Kanaan itu (Mat. 15:22).
                Dari bentuknya, kyrie ini merupakan suatu litani. Bentuk litani selalu terdiri atas suatu pernyataan atau permohonan yang dibawakan oleh petugas dan dijawab oleh umat beriman dengan seruan yang selalu sama. Sebenarnya seruan Kyrie eleison ini sudah dikenal dalam lingkungan kafir, saat mereka menghormati dewa atau raja / kaisar mereka.
               
Litani Kyrie ini mula-mula digunakan di Timur dan biasanya digunakan untuk menjawab berbagai doa permohonan. Litani kyrie ini dimasukkan ke dalam liturgi Romawi oleh Paus Gelasius I (492-496) untuk menggantikan doa-doa permohonan pada akhir liturgi sabda. Pada masa pembaruan liturgi oleh Paus Gregorius Agung, litani kyrie ini dipersingkat, yakni tiga kali tiga, dengan memberi variasi Christe eleison pada bagian tengahnya. Selanjutnya, kyrie ini ditempatkan pada permulaan perayaan Ekaristi.
                Dalam Missale Romanum 1970, jumlah kyrie ini dikurangi menjadi dua kali tiga, seperti kita praktekkan juga dalam TPE kita. Meskipun begitu, seruan kyrie ini boleh diulang-ulang lebih banyak (PUMR 52).
                Seruan kyrie ini selalu digunakan menyusul doa tobat cara 1 dan cara 2. Namun, jika yang digunakan tobat cara 3 dan cara 4, kyrie ini tidak perlu digunakan. Tuhan kasihanilah biasanya dilagukan oleh seluruh umat, yakni: “silih berganti oleh umat dan paduan suara atau solis” (PUMR 52).

0 komentar: