Friday, December 11, 2015

“BAPA KAMI YANG ADA DI BUMI”


“Bapak kami yang ada di surga.” Itulah penggalan awal doa Bapak Kami, sebuah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada kita. Ketika mendaraskan doa ini, terasa Bapa itu masih jauh dari hadapan manusia, Allah yang transenden. Sepertinya ada paradox antara pemahaman Katolik tentang Allah yang imanen, yang menetap di hati kita tetapi pada saat yang sama ketika doa Bapa Kami itu didaraskan, orang merasa bahwa Allah itu masih jauh, kurang terlibat dengan kehidupan manusia.  
            Doa menjadi titik simpul setiap manusia yang memohon keberpihakkan Allah dalam hidupnya. Permohonan konkret yang dibuat manusia melalui doa Bapa Kami adalah memohon kerajaan Allah yang berpihak dan rejeki yang berlimpah. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan utopia, tetapi Allah sedang hadir dan ada dalam kehidupan manusia ketika pesan pewartaan Yesus yang berpihak pada yang lemah, miskin dan tersingkir.
            “Bapa Kami Yang Ada di Bumi,” sebuah buku terjemahan ini seakan ada untuk menggugat sebuah situasi di mana manusia merasa masih jauh dari Allah. Allah itu ada dalam setiap gerak laku manusia, dan Allah turut melakukan intervensi terhadap setiap kehidupan kita. Tanpa campur tangan Allah maka seluruh apa yang kita lakukan jauh dari harapan, dan kerajaan damai tak akan pernah menyentuh bumi.

          
  Buku ini hadir, seakan menjadi sebuah jembatan yang mempertemukan konsep pemahaman yang utuh akan Allah, yang tidak menunjukkan keberadaan yang sangat jauh tetapi lebih dari itu, Allah yang selalu terlibat dengan kehidupan kita, Allah yang selalu berbela rasa. Bapa kami yang ada di bumi, membahasakan figur Allah yang menetap di bumi dan mendengarkan seluruh keluhan manusia. Allah selalu terlibat dalam gerak laku manusia. Apakah manusia menyadari bahwa Allah sungguh hadir di dalam kehidupannya?  Ataukah manusia terus  merasa jauh dan asing dari kehidupannya sendiri sehingga tak pernah merasakan kehadiran Allah? ***(Valery Kopong)   

0 komentar: