
Setelah membaca surat gembala
sebagai pengganti khotbah Bapak Uskup Agung Jakarta, Romo Sulis memberi
kesempatan kepada dua orang ketua lingkungan, baik ketua lingkungan yang baru
terpilih maupun yang telah menjadi mantan ketua lingkungan. Mereka diminta
untuk menceritakan pengalaman suka dan duka dalam mengelola sebuah lingkungan. Ada
warga yang bersikap cuek terhadap kegiatan lingkungan dan ada pula yang rajin
mengikuti seluruh kegiatan lingkungan. Dengan sikap yang ditunjukkan oleh warga
seperti ini membawa tantangan tersendiri bagi seorang ketua lingkungan. Di sini,
seorang ketua lingkungan harus berlaku adil dalam memberikan pelayanan, baik
terhadap anggota lingkungan yang terkesan pasif maupun terhadap anggota
lingkugan yang aktif dalam kegiatan lingkungan. Inti pokok dari sharing
pengalaman menjadi ketua lingkungan adalah harus siap untuk dibully oleh warga
dan terhadap bully-an yang datang dari warga itu, seorang ketua lingkungan
harus selalu sabar.
Setelah upacara ekaristi dan
pelantikan para ketua lingkungan, masih dilanjutkan dengan acara ramah tamah di
taman doa. Dalam acara ramah tamah itu, Romo Sulis dan Romo Dipta berkesempatan
untuk berbicara banyak hal berkaitan dengan pengembangan paroki Santo Gregorius
Agung. Romo Dipta berbicara tentang bagaimana mengelola kaum muda. Pola pembinaan
terhadap kaum muda (OMK) tidak lagi terpusat di paroki tetapi dikembalikan ke
wilayah masing-masing. Karena itu ketua wilayah yang terpilih harus membangun
rasa peduli terhadap Orang Muda Katolik agar ke depan mereka bisa belajar
bertanggung jawab, bisa mendapat kerja dikemudian hari. Karena itu program-program
yang akan dilakukan oleh kaum muda diarahkan ke program-program yang kreatif
dan produktif.
0 komentar:
Post a Comment