 |
Arswendo |
 |
Pater A.Heuken, SJ |
Mendengar berita meninggalnya Arswendo dan Pater Heuken, SJ . Kepergian
mereka untuk selamanya, tidak sekedar meninggalkan duka bagi keluarga yang
ditinggalkan tetapi lebih dari itu ada “kematian” penulis. Bagi saya, dua orang yang meninggalkan ini merupakan
representasi dari penulis-penulis Katolik yang selama ini mewartakan kasih dan
kebaikan Kristus melalui tulisan-tulisan, entah buku-buku maupun artikel
lainnya. Kehadiran mereka di dunia kepenulisan membawa pengaruh yang luar
biasa. Pater Adolf Heuken, SJ misalnya berusaha menulis tentang Jakarta dan
membuat kamus Jerman – Indonesia. Sedangkan Arswendo adalah seorang wartawan
dan sastrawan yang tulisan-tulisan berupa novel diangkat ke layar lebar,
seperti ”Keluarga Cemara.”
Apa peran para penulis
Katolik? Berapa penulis Katolik yang masih aktif menulis di media maupun
buku-buku? Dua pertanyaan ini menjadi pertanyaan kunci dalam menggumuli peran
penulis dan nilai-nilai pewartaan yang
harus disampaikan ke hadapan publik. Dengan cara yang unik mereka mewartakan
nilai-nilai Injili kepada para pembaca
yang setia. Kemasan tulisan yang ditawarkan kepada para pembaca
dibungkus dengan nilai-nilai cinta kasih yang bersumber pada Kristus sendiri.
Dan kemasan yang tidak menonjolkan Kekatolikan ini membuat masyarakat umum bisa
menerima secara baik.
Masih berapa orang Katolik
yang bertahan sebagai penulis? Pertanyaan ini menjadi penting karena kematian
dua penulis terkenal ini, juga menandakan berkurangnya penulis-penulis Katolik.
Gereja perlu membuka mata terhadap pewartaan melalui dunia tulis-menulis. Bahwa
Gereja yang selama ini lebih banyak mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
persoalan sakramen dan lingkungan ”altar” harus juga memperhatikan peran agen
pewarta melalui tulisan. Mengapa para penulis Katolik perlu dipersiapkan?
Karena sebagai seorang penulis Katolik berusaha mengakarkan diri pada Sang
Sabda dan setelah itu berani mewartakan Kristus melalui tulisan-tulisan. Gereja
harus menyadari bahwa kita sedang mengalami kekurangan penulis Katolik dan
sudah saatnya menyiapkan generasi-generasi baru untuk terlibat dengan sosial
melalui tulisan-tulisan.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment