Friday, July 26, 2019

“Kematian Penulis Katolik”


Arswendo 
Pater A.Heuken, SJ
Mendengar berita meninggalnya Arswendo dan Pater Heuken, SJ . Kepergian mereka untuk selamanya, tidak sekedar meninggalkan duka bagi keluarga yang ditinggalkan tetapi lebih dari itu ada “kematian” penulis. Bagi saya, dua orang yang meninggalkan ini merupakan representasi dari penulis-penulis Katolik yang selama ini mewartakan kasih dan kebaikan Kristus melalui tulisan-tulisan, entah buku-buku maupun artikel lainnya. Kehadiran mereka di dunia kepenulisan membawa pengaruh yang luar biasa. Pater Adolf Heuken, SJ misalnya berusaha menulis tentang Jakarta dan membuat kamus Jerman – Indonesia. Sedangkan Arswendo adalah seorang wartawan dan sastrawan yang tulisan-tulisan berupa novel diangkat ke layar lebar, seperti ”Keluarga Cemara.”
          Apa peran para penulis Katolik? Berapa penulis Katolik yang masih aktif menulis di media maupun buku-buku? Dua pertanyaan ini menjadi pertanyaan kunci dalam menggumuli peran penulis dan nilai-nilai pewartaan  yang harus disampaikan ke hadapan publik. Dengan cara yang unik mereka mewartakan nilai-nilai Injili kepada para pembaca  yang setia. Kemasan tulisan yang ditawarkan kepada para pembaca dibungkus dengan nilai-nilai cinta kasih yang bersumber pada Kristus sendiri. Dan kemasan yang tidak menonjolkan Kekatolikan ini membuat masyarakat umum bisa menerima secara baik.
         
Masih berapa orang Katolik yang bertahan sebagai penulis? Pertanyaan ini menjadi penting karena kematian dua penulis terkenal ini, juga menandakan berkurangnya penulis-penulis Katolik. Gereja perlu membuka mata terhadap pewartaan melalui dunia tulis-menulis. Bahwa Gereja yang selama ini lebih banyak mengurus hal-hal yang berkaitan dengan persoalan sakramen dan lingkungan ”altar” harus juga memperhatikan peran agen pewarta melalui tulisan. Mengapa para penulis Katolik perlu dipersiapkan? Karena sebagai seorang penulis Katolik berusaha mengakarkan diri pada Sang Sabda dan setelah itu berani mewartakan Kristus melalui tulisan-tulisan. Gereja harus menyadari bahwa kita sedang mengalami kekurangan penulis Katolik dan sudah saatnya menyiapkan generasi-generasi baru untuk terlibat dengan sosial melalui tulisan-tulisan.***(Valery Kopong)

No comments: