Hari Biasa Pekan V Prapaskah (Jumat, 3 April
2020 )
Tugas seorang
nabi adalah mewartakan tentang kebenaran. Namun tugas kenabian ini memang berat
karena ketika seorang nabi memainkan peran profetisnya dalam mengeritik suatu
situasi maka nabi yang mewartakan kebenaran itu berhadapan dengan penolakan dan
bahkan ancaman terhadap dirinya. Kitab suci hari ini berbicara tentang
tantangan seorang nabi ketika memberikan kritik untuk menegakkan sebuah
kebenaran. Nabi Yeremia ketika
menyampaikan warta tentang kebenaran pun ditangkap dan dipenjara. Demikian juga
Yesus mau dilempari dengan batu karena berbicara tentang kebenaran.
Mengapa sulit
sekali kebanyakan orang tidak menerima
kritik dari orang lain? Kalau kita melihat fungsi kritik, memberikan manfaat bagi kita terutama teguran dan
sekaligus menjadi moment penting dalam merefleksikan tentang hidup. Di sini
kita melihat bahwa keberadaan “tukang kritik” memberikan dampak positif dan
menjadi bentuk penyadaran bagi kita dalam membangun kehidupan bersama yang
lebih baik.
Kalau kita
melihat peran kenabian yang dijalankan baik oleh Yeremia maupun Yesus
memberikan tujuan yang baik, yakni mau menegakan sebuah kebenaran di tengah
masyarakat yang carut-marut. Yesus sendiri harus berhadapan dengan kelompok-kelompok
penentang terhadap ajaran-Nya karena bagi kelompok-kelompok yang mapan, ajaran
yang dibawa oleh Yesus bertentangan dengan kemapanan yang terbangun selama ini.
Kehadiran Yesus dan ajaran-Nya mengusik kemapanan mereka selama ini. Bahwa
kelompok-kelompok ahli Taurat dan orang-orang Farisi menegakkan ajaran secara
radikal dengan tuntunan hukum Taurat dengan mengesampingkan nilai-nilai
kemanusiaan. Hal ini bertentangan dengan ajaran Yesus dengan basis utamanya
cinta kasih. Banyak pekerjaan dari Bapa yang diperlihatkan oleh Yesus ketika
mewartakan tentang Kerajaan Allah, namun kelompok-kelompok yang mapan selalu
terganggu oleh kehadiran dan ajaran-Nya.
Apakah dengan
ancaman terhadap Yesus yang mau dilempari dengan batu membuat nyali Yesus ciut?
Tidak! Yesus tidak melihat upaya jahat mereka itu sebagai penghalang untuk
memberitakan tentang kebenaran. Ia tahu bahwa warta tentang kebenaran itu jauh
lebih penting ketimbang resiko yang sedang dihadapi. Yesus berupaya untuk
menegakkan kebenaran Allah melalui pewartaan dan tindakan-Nya. Yesus tentu tahu
betul bahwa kelompok-kelompok yang selama ini memberikan pemahaman tentang
hidup keagamaan, merasa terusik bahkan melemahkan seluruh kegiatan selama ini
yang mereka lakukan. Karena itu pelbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan
Yesus bahkan melenyapkannya dari muka bumi ini.
Menjadi
seorang utusan Allah berarti bersedia untuk menanggung resiko. Sebagai murid
Yesus, kita diajarkan untuk memegang teguh pada kebenaran. Mari, teruslah
mewartakan kebenaran mulai dari lingkup keluarga, masyarakat dan Gereja serta
perlahan menegakkan ajaran cinta kasih. Sekecil apa pun tindakan yang kita
lakukan, bisa memberi arti bagi mereka yang ingin berubah. Bertindaklah sebagai
nabi dengan memperlihatkan ajaran Yesus di tengah-tengah masyarakat. “Seperti suguhan
air putih yang murah dan menyehatkan,
demikian juga kita terus memperlihatkan ajaran cinta kasih yang diterima secara
cuma-cuma dari Tuhan dan membumikannya dalam kelompok-kelompok kecil agar
kehidupan semakin diwarnai oleh cinta kasih.” ***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment