Tuesday, April 7, 2020

"Air Tuba"



Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan peristiwa di mana kebaikan dibalas dengan kejahatan. Dua kekuatan ini menjadi hal yang relavan dan tetap menghantui kehidupan manusia. Kebaikan dan kejahatan, dua hal saling tarik menarik dengan kehidupan  manusia. Namun dua kutub ini selalu memberi warna pada kehidupan manusia. Kebaikan tanpa kejahatan maka kebaikan itu sendiri kehilangan pembeda. Demikian juga sebaliknya bahwa ada kejahatan berarti ada sisi baik sebagai titik pembeda.

Untuk mengungkapkan dua hal ini, kebaikan dan kejahatan yang terkadang didominasi oleh kejahatan, melahirkan ungkapan yang relevan. “Air susu dibalas dengan air tuba.” Ungkapan ini membahasakan situasi di mana kebaikan yang sudah diberikan oleh seseorang dibalas dengan kejahatan yang dilukiskan dengan “air tuba,” yang mematikan. Kita masih ingat sebuah peristiwa bahwa ada anak yang menyusahkan orang tuanya ketika memperebutkan harta warisan. Anak, yang sudah dilahirkan dengan susah payah dan dibesarkan oleh orang tuanya, ternyata pada akhirnya merampas harta warisan bersama orang tuanya. Persoalan  warisan yang diperebutkan ini pada akhirnya dibawa ke meja hijau dan dimenangkan oleh anak. Orang tua yang sudah sepuh hanya meratapi nasib hidupnya dan mulai pengadilan mengetuk palu untuk memenangkan anaknya, maka orang tua terusir dari rumah yang dibangun dengan keringat dan susah payah.


Ungkapan “air susu dibalas dengan air tuba,” sangat relevan dengan apa yang terjadi pada hari ini terutama yang dikisahkan dalam Injil. Yudas Iskariot yang selama ini hidup dan berada bersama dengan Yesus, harus bertindak secara berbeda dan menyakitkan Sang Guru. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Apa yang dikatakan oleh Yesus ini menimbulkan banyak pertanyaan di antara murid-murid-Nya. Siapa sesungguhnya yang dimaksudkan oleh Yesus? Pertanyaan dari para murid ini bisa dimengerti karena konsep pemahaman dalam diri murid-murid bahwa murid-murid tentu memberikan yang terbaik pada Yesus yang selama ini ada bersama mereka.

Peristiwa yang tidak dipahami oleh murid-murid ini menggiring kesadaran kita sebagai murid Yesus saat ini untuk menaruh dendam dan terus membangun rasa jengkel terhadap Yudas Iskariot. Tetapi ingatlah bahwa apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot merupakan bagian dari desain hidup yang dirancang oleh Allah sendiri. Dapat kita bayangkan, andaikan Yudas tidak melakukan kejahatan seperti ini maka pintu penderitaan tidak akan terjadi dan keselamatan pun tidak menghampiri manusia.*** (Valery Kopong)

No comments: