Dalam kehidupan sehari-hari, banyak
kita temukan peristiwa di mana kebaikan dibalas dengan kejahatan. Dua kekuatan
ini menjadi hal yang relavan dan tetap menghantui kehidupan manusia. Kebaikan dan
kejahatan, dua hal saling tarik menarik dengan kehidupan manusia. Namun dua kutub ini selalu memberi
warna pada kehidupan manusia. Kebaikan tanpa kejahatan maka kebaikan itu
sendiri kehilangan pembeda. Demikian juga sebaliknya bahwa ada kejahatan
berarti ada sisi baik sebagai titik pembeda.
Untuk mengungkapkan dua hal ini,
kebaikan dan kejahatan yang terkadang didominasi oleh kejahatan, melahirkan
ungkapan yang relevan. “Air susu dibalas dengan air tuba.” Ungkapan ini
membahasakan situasi di mana kebaikan yang sudah diberikan oleh seseorang
dibalas dengan kejahatan yang dilukiskan dengan “air tuba,” yang mematikan. Kita
masih ingat sebuah peristiwa bahwa ada anak yang menyusahkan orang tuanya
ketika memperebutkan harta warisan. Anak, yang sudah dilahirkan dengan susah
payah dan dibesarkan oleh orang tuanya, ternyata pada akhirnya merampas harta
warisan bersama orang tuanya. Persoalan warisan yang diperebutkan ini pada akhirnya
dibawa ke meja hijau dan dimenangkan oleh anak. Orang tua yang sudah sepuh
hanya meratapi nasib hidupnya dan mulai pengadilan mengetuk palu untuk
memenangkan anaknya, maka orang tua terusir dari rumah yang dibangun dengan
keringat dan susah payah.
Ungkapan “air susu dibalas dengan air
tuba,” sangat relevan dengan apa yang terjadi pada hari ini terutama yang
dikisahkan dalam Injil. Yudas Iskariot yang selama ini hidup dan berada bersama
dengan Yesus, harus bertindak secara berbeda dan menyakitkan Sang Guru. "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan
Aku." Apa yang dikatakan oleh Yesus ini menimbulkan banyak pertanyaan di antara
murid-murid-Nya. Siapa sesungguhnya yang dimaksudkan oleh Yesus? Pertanyaan dari
para murid ini bisa dimengerti karena konsep pemahaman dalam diri murid-murid
bahwa murid-murid tentu memberikan yang terbaik pada Yesus yang selama ini ada
bersama mereka.
Peristiwa yang tidak dipahami oleh
murid-murid ini menggiring kesadaran kita sebagai murid Yesus saat ini untuk
menaruh dendam dan terus membangun rasa jengkel terhadap Yudas Iskariot. Tetapi ingatlah
bahwa apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot merupakan bagian dari desain hidup
yang dirancang oleh Allah sendiri. Dapat kita bayangkan, andaikan Yudas tidak
melakukan kejahatan seperti ini maka pintu penderitaan tidak akan terjadi dan
keselamatan pun tidak menghampiri manusia.*** (Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment