Saturday, April 4, 2020

Belajar Berkorban


Sabtu, 4 April 2020 (Menjelang Minggu Palma)
Yeh. 37:21-28
Yoh. 11: 45-56

Persatuan sebuah bangsa menjadi  harapan setiap warga karena dengan persatuan, sebuah bangsa bisa menata dan membangun bangsanya dengan baik. Semboyan  “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” mengingatkan kita tentang pentingnya persatuan dan pada saat yang sama kita belajar dari bangsa yang tercerai berai. Dengan bersatu, membuat kita semakin teguh untuk memikirkan bagaimana mengembangkan kehidupan berbangsa untuk menjadi lebih baik dan menghantarkan bangsanya untuk boleh menikmati kesejahteraan hidup. Sebaliknya kita juga belajar dari pengalaman negara-negara yang gagal dalam mengelola keutuhan bangsanya di mana tidak ada pemimpin yang mampu mengendalikan negara. Negara yang gagal hanya bisa dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu.      


Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, pengalaman jatuh-bangun sebagai sebuah bangsa akibat perpecahan, mewarnai perjalanan hidup mereka. Ingat bahwa setelah kematian Daud dan Salomo, raja-raja yang memerintah bangsa Israel adalah raja-raja yang tidak setia kepada Allah. Tidak hanya ketidak setiaan yang diperlihatkan oleh raja-raja pasca raja Salomo tetapi juga bangsa Israel pecah menjadi dua kerajaan. Dengan perpecahan itu membuat Allah menjadi marah. Apa yang diinginkan oleh Allah terhadap bangsa pilihan-Nya? Yang diinginkan Allah adalah persatuan kembali bangsa-bangsa-Nya yang tercerai berai. Yehezkiel memperlihatkan firman Allah kepada bangsa Israel. “Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka.

Dalam Injil Yohanes dikisahkan tentang anak-anak dari bangsa Israel yang sedang bergerak ke Yerusalem untuk berkumpul bersama dan merayakan Paskah Yahudi untuk mengenangkan pembebasan bangsan Israel dari perbudakan Mesir. Yesus sebagai keturunan Yahudi juga mengambil bagian dalam perayaan Paskah Yahudi. Tetapi pada moment ini, Yesus tahu bahwa hidupnya akan berakhir di dunia ini. Yerusalem tidak hanya menjadi titik temu bagi orang-orang Yahudi yang tercerai berai. Namun pada saat yang sama, mereka mulai sepakat untuk mau  membunuh Yesus yang selama ini mewartakan kerajaan Allah dan mengadakan mukjizat. Seorang anak manusia harus dikorbankan demi sebuah bangsa. Belajar dari pengalaman Yesus yang berkorban, menyisahkan sebuah pertanyaan.  Apa yang harus kita korbankan demi bangsa Indonesia tercinta***(Valery Kopong)

No comments: