Friday, June 26, 2020

Masih Ada Mukjizat Bagiku

"Sungguh kupercaya tiada yang mustahil. Mukjijat masih ada dalam hidupku. Sembuhkan sakitku pulihkan jiwaku. Mukjijat masih ada bagiku. Mukjijat masih ada bagiku. Mukijat masih ada bagiku."

 Itulah refren lagu, "Mukjizat Masih Ada" yang dirilis oleh Bapak Niko Njoto Rahardjo pada tahu 2011. Lagu itu mau mengungkapkan betapa Yesus itu mempunyai kuasa dan belas kasih yang sangat luar biasa untuk menyembuhkan sakit penyakit seseorang.  

Bacaan Injil pada hari ini menegaskan hal itu bahwa Yesus mempunyai kuasa dan berbelas kasih untuk mentahirkan seorang yang sakit kusta. Dikisahkan demikian : Ada seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus dan mohon agar Yesus mentahirkannya. Lalu Yesus mengulurkan tanganNya dan orang yang sakit kusta itu pun sembuh. Kuasa dan belas kasih Yesus didukung oleh iman dan harapan dari orang  yang sakit kusta itu, maka terjadilah mukjizat itu.

Sakit karena penyakit yang kita alami dapat menyebabkan gairah hidup kita lemah dan dapat kehilangan iman: seolah-olah Tuhan Yesus tidak mencintai kita lagi. Maka, marilah kita belajar dari orang yang sakit kusta tadi, yaitu dengan iman yang mendalam dan harapan yang penuh bahwa Yesus mampu mentahirkan sakitnya. Kita percaya bahwa mukjizat yang dilakukan oleh Yesus itu masih ada saat ini dan yang akan datang. Kuncinya adalah kita datang dan memohon kepada Yesus dengan iman yang mendalam  dan harapan yang penuh kepadaNya.

( inspirasi : Injil Matius 8:1-4,  26 Juni , Suhardi )

Thursday, June 25, 2020

Manusia Bijaksana

Tuhan menciptakan anggota tubuh kita bukan hanya terdiri dari telinga dan mulut saja yang berfungsi untuk mendengarkan dan menyerukan firman Tuhan, tetapi Tuhan juga menciptakan anggota tubuh yang lain yang dipakai untuk melakukan firman Tuhan yang telah kita dengarkan dan  serukan. Sebagaimana mereka satu tubuh maka antara mendengarkan dan menyerukan serta melaksanakan firman Tuhan hendaknya menjadi satu kesatuan. Apa yang kita dengarkan dan serukan dari firman Tuhan, kita nyatakan dalam realitas kehidupan kita

Bacaan Injil hari ini menegaskan hal itu kepada kita untuk menyatukan antara pendengaran dan seruan serta tindakan nyata dari firman Tuhan. Tuhan Yesus menuntut kita untuk tidak cukup mendengarkan dan menyerukan firman Tuhan saja, tetapi juga melaksanakan firman Tuhan itu

Bacaan Injil pada hari ini menggambarkan dua pribadi manusia yang bijaksana dan manusia yang bodoh. Manusia bijaksana adalah orang yang menyatukan antara pendengaran dan seruan serta tindakan nyata dari firman Tuhan. Manusia yang bodoh adalah orang yang hanya mendengarkan dan menyerukan firman Tuhan saja, tetapi tidak pernah melaksanakan firman Tuhan itu dalam realitas kehidupan sehari-hari. Kita tidak cukup bilang cinta,tetapi hendaknya dikonkretkan dalam kehidupan yang nyata. Kita tidak cukup mengatakan peduli dalam masa pandemi corona ini, tetapi nyata dalam bentuk perhatian dan bantuan sosial. Marilah kita memilih menjadi manusia bijaksana.***

(Inspirasi:Injil Matius 7:21-29, 25 Juni,Suhardi)

Wednesday, June 24, 2020

Seorang Pemimpin Yang Rendah Hati

Hari ini kita merayakan hari raya Yohanes Pembaptis. Siapakah Yohanes Pembaptis?  Yohanes Pembaptis adalah putra tunggal dari Zakharia dan Elisabeth. Berkat doa yang terus menerus dari kedua orang tuanya kepada Tuhan, maka Tuhan mengabulkan doa permohonan mereka, sehingga pada usia tuanya, Elisabeth melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Yohanes.  Push: Pray Until Something Happen. Berdoalah sampai doa kita terkabulkan.

 Yohanes adalah pembuka jalan bagi Tuhan Yesus. Dia membantu orang- orang bertobat dan siap menerima Mesias yang dinubuatkan, yang akan menjadi Raja. Yohanes berkata, "Dia lebih berkuasa daripada saya,dan saya bahkan tidak layak melepaskan sandalnya." Yohanes menambahkan,           "Orang yang datang setelah saya sudah mendahului saya, karena Dia sudah ada sebelum saya." Saat ini kita diutus untuk menjadi pembuka jalan bagi sesama kita untuk mengenal dan mencintai Yesus melalui kesaksian hidup kita.

 Yohanes adalah seorang yang rendah hati. Dia seorang nabi besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sebagaimana tertulis dalam Injil "Sebab ia akan menjadi besar di hadapan Tuhan..." Tetapi dia tidak tinggi hati dengan status itu, ia malah merendahkan diri di hadapan Yesus. Mari kita belajar dari Yohanes pembaptis, yang tidak menggunakan jabatan dan status sosialnya untuk mencari popularitas dan penghormatan, tetapi dipakai untuk mengagungkan nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Yohanes adalah seorang pemimpin yang hebat, yang mampu mempersiapkan jalan bagi pemimpin selanjutnya yang lebih hebat dari dirinya sendiri. Peran Yohanes adalah mempersiapkan jalan bagi Yesus untuk tampil di depan umum untuk mewartakan Kerajaan Allah dan meneruskan pewartaannya tentang pertobatan.  Dan akhirnya, Yesus menjadi pribadi yang sangat luar biasa untuk mengantar jalan keselamatan bagi umat manusia dengan sengsara, wafat di kayu salib, bangkit dan mulia. Marilah, kita belajar dari Yohanes Pembaptis, yang mampu mempersiapkan jalan bagi pemimpin selanjunya yang lebih hebat dari dirinya sendiri. Itulah salah satu keberhasilan seorang pemimpin masa kini. Dia bukan seorang pemimpin yang hebat bila tidak mampu mempersiapkan seorang pemimpin selanjutnya yang lebih hebat dari dirinya sendiri.

Yohanes adalah seorang martir. Demi sebuah kebenaran iman, dia wafat menjadi seorang martir. Marilah kita belajar dari Yohanes untuk memperjuangkan sebuah kebenaran iman, walau harus berhadapan dengan kebencian,  penolakan, intimidasi bahkan korban nyawa. Itulah sosok Yohanes Pembaptis, yang kita rayakan pada hari ini. Semoga sosok pribadinya dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan kita.

( inspirasi : Injil Lukas 1 :57-66.80,   24 Juni,   Suhardi )