Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati hari kesaktian
Pancasila. Pada tanggal yang sama, di awal bulan Oktober, Gereja Katolik memasuki
bulan Rosario. Di bulan Rosario ini, umat Katolik diharapkan untuk melantunkan
doa-doa Rosario untuk pelbagai intensi. Mengapa bulan Oktober ditetapkan
sebagai bulan Rosario oleh Gereja? Dalam sejarah masa lampau, tepat pada tahun
1571 terjadi pertempuran di Lepanto, di mana negara-negara Eropa diserang oleh
kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Ada ancaman genting saat itu dan bahwa agama Kristen terancam akan punah di
Eropa.
“Jumlah pasukan Turki
telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi
ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa
rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian juga, umat Katolik di seluruh
Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang
mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan
banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak
subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk
mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada
akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V
menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober.
Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu
sebagai Hari Raya Rosario Suci.”
Melihat sejarah, mengenang campur tangan Bunda Maria dalam situasi genting.
Dalam kondisi yang serba kritis, kehadiran Bunda Maria menjadi penawar jalan
perubahan. Kitab suci telah memperlihatkan kehadiran Bunda Maria dalam setiap
momentum kritis dan pada saat itu, Bunda Maria berperan aktif untuk
menyampaikan sebuah kondisi terpuruk pada Yesus. Masih ingatkah kita akan peran
Bunda Maria pada pesta perkawinan di Kana? Ketika menghadiri pesta perkawinan
di Kana bersama Yesus, Bunda Maria tidak saja menempatkan diri sebagai tamu undangan biasa tetapi juga membangun
kepekaan sosial dengan tuan pesta yang sedang mengadakan pesta.
Dalam konteks masyarakat Yahudi waktu itu, yang bisa menentukan kualitas
pesta adalah ketersediaan minuman yang cukup dan apabila tuan pesta kehabisan
anggur pada saat perayaan pesta maka itu dilihat sebagai hal yang memalukan.
Bunda Maria memahami situasi ini dan tidak ingin agar tuan pesta larut dalam
kecemasan dan rasa malu. Inisiatif Bunda Maria untuk berani melihat kekurangan
tuan pesta dan berani menawarkan jalan penyelamatan. “Mereka kekurangan anggur.”
Inilah penggalan informasi dari Bunda Maria untuk disampaikan kepada Yesus. “SaatKu
belum tiba,” jawab Yesus singkat. Tetapi karena dorongan Bunda Maria semakin
kuat maka Yesus tampil untuk mengadakan mukjizat pertama, mengubah air menjadi
anggur.
Memaknai bulan Rosorio, tidak lain adalah memaknai keterlibatan Bunda Maria
dalam setiap situasi sulit. Di tangan
para umat Katolik tergenggam untaian Rosario dan sambil mendaraskan doa-doa Rosario,
menyelipkan intensi khusus agar Bunda Maria bisa menyampaikan keinginan kita
pada Yesus, Sang Penyelamat. Dengan berdoa Rosario, kita juga sedang memaknai
kisah peristiwa iman, mulai dari inkarnasi sampai dengan peristiwa kebangkitan
Yesus dari alam maut.
“Doa Rosario adalah salah satu
doa Kristiani yang sangat Injili, yang intinya adalah renungan tentang Kristus.
Sebagai doa Injil, Rosario dipusatkan pada misteri inkarnasi yang
menyelamatkan, dan memiliki orientasi Kristologis yang gamblang. Unsurnya yang
paling khas adalah pendarasan doa Salam Maria secara berantai. Tetapi puncak
dari Salam Maria sendiri adalah nama Yesus. Nama ini menjadi puncak baik dari
kabar/salam malaikat, "Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu,"
maupun dari salam ibu Yohanes Pembaptis, "Terpujilah buah tubuhmu"
(Luk 1:42). Pendarasan Salam Maria secara berantai itu menjadi bingkai, dimana
dirajut renungan atau kontemplasi atas misteri-misteri yang ditampilkan lewat
Rosario.” (Paus Paulus VI, Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974,
46)
Bunda
Maria berperan penting dalam situasi sulit. Ia hadir untuk mengubah kecemasan
manusia menjadi harapan yang nyata, seperti yang terjadi pada pertempuran di
Lepanto. Ketika dunia cemas akan kepunahan para pengikut Kristus karena
serangan orang-orang bersenjata, Bunda Maria telah menyampaikan kecemasan itu
pada Yesus dan diubah menjadi sebuah harapan yang
baik. Dalam bulan penuh rahmat ini, kita diajak untuk merenungkan seluruh
perjalanan hidup dan keterlibatan Bunda Maria, kiranya Bunda Maria senantiasa
menemani kita sepanjang ziarah hidup ini.***(Valery Kopong)