Tuesday, June 11, 2013

GEREJA-BURUH, SIAPA PEDULI SIAPA?


misa kaum buruh di aula Tarakanita-Citra Raya-Tangerang

“Gereja-Buruh, Siapa Peduli Siapa?” Inilah tema umum perayaan Ekaristi bagi kaum buruh se-dekenat Tangerang-Banten. Perayaan Ekaristi bagi kaum buruh bertepatan dengan   Pesta Kenaikan Yesus, Kamis 9/5/2013 berlangsung meriah di aula Sekolahan Tarakanita Citra Raya-Cikupa-Tangerang-Banten. Hadir dalam perayaan itu Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta dan sekaligus bertindak sebagai selebran utama. Di samping itu pula hadir romo deken untuk dekenat  Tangerang, Rm. Bernadus Yusa Bimo Hanto, OSC dan enam imam lain yang turut hadir sebagai konselebran dalam perayaan Ekaristi kudus. 
            Penyelenggaraan perayaan Ekaristi bersama para buruh ini digagas sebagai rangkaian acara dalam memperingati hari buruh sedunia yang jatuh pada 1 Mei yang lalu. Dalam kesempatan melaksanakan acara akbar ini menunjukkan bahwa kaum buruh tidak hanya berdemo menuntut hak-haknya di jalanan tetapi juga membangun solidaritas dalam semangat Ekaristi kudus. Dalam kata pembukaannya,  Mgr. Ignatius Suharyo mengatakan bahwa “kita adalah satu keluarga, sebagai murid Kristus. Kita berkumpul di sini untuk saling meneguhkan dalam iman, harapan dan kasih.” Pertemuan bersama para buruh merupakan kesempatan langka dan karenanya dimanfaatkan secara baik dalam upaya membangun solidaritas sesama kaum buruh.
            Di hadapan 650 kaum buruh yang hadir, lebih jauh di awal khotbahnya, Mgr. Suharyo mengajak kaum buruh untuk menjalankan tugas perutusan dengan baik di tempat kerja masing-masing  dan selalu mensyukuri anugerah kehidupan. Membangun rasa syukur  dan mensyukuri anugerah kehidupan merupakan suatu keharusan bagi setiap kita orang beriman. “Ketika Yesus hidup pada waktu itu, keadaannya mirip dengan kehidupan kita sekarang,” tegas Uskup Keuskupan Agung Jakarta. Keadaan  apa yang mirip dengan keadaan yang kita alami sekarang? Kalau zamannya Yesus, kehidupan waktu itu penuh dengan penjajah asing. Ada penindasan dan  perampasan  terhadap hak-hak asasi manusia. Banyak orang miskin, sakit dan tertekan terdepak dari masyarakat.
Yesus tidak menutup mata terhadap seluruh persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pada waktu itu. Ia justeru membuka mata  dan berani berpihak pada mereka yang disisihkan. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus adalah kerajaan kasih yang bisa menyapa semua orang. Yesus berpihak pada orang-orang kecil, dan hal ini menunjukkan bahwa Allah sedang berpihak dan mencintai semua orang. Allah dengan caranya sendiri untuk mau membebaskan orang-orang dari penjajah. Kita juga sedang dijajah oleh kekuatan lain, yakni kekuasaan dan para pemodal,  yang terkadang bersikap kurang manusiawi terhadap kaum buruh.
Perayaan Ekaristi akbar kaum buruh ini dimeriahkan oleh paduan suara  dari ibu-ibu WKRI Santa Odilia-Citra Raya-Tangerang. Setelah perayaan Ekaristi masih dilanjutkan dengan acara sarasehan. Dalam acara sarasehan, diminta kesediaan beberapa buruh untuk membagi pengalaman terutama tentang perjuangan menempuh jalan jauh menuju tempat kerja. Sedangkan Handono, salah seorang buruh mensyeringkan pengalaman kerja dalam tekanan waktu tetapi masih menyempatkan diri untuk mengurus Gereja dan lingkungannya.
Dalam sarasehan itu juga dibuka kesempatan untuk tanya jawab bersama Mgr. Suharyo.  Kiranya dalam momentum ini, Gereja juga semakin peduli terhadap kaum buruh dan kaum buruh juga bisa menyisihkan waktu untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja. “Kita berkumpul di sini untuk menumbuhkan spiritualitas gembala baik dan mudah-mudahan kita mendapat sentuhan yang baik dari teman-teman yang hadir,” demikian harapan Bapak Frederikus Hary Mulyono, ketua panitia penyelenggara misa kaum buruh dekenat Tangerang.***(Valery Kopong)    

1 komentar:

Unknown said...

perlunya gereja bagi kaum buruh sebagai sarana membangun keimanan dan sarana beribadah tanpa memandang derajat dan status sosial, mampir juga dong ke blog saya www.goocap.com