Thursday, December 12, 2013

MEMPERKENALKAN TUHAN MELALUI LEMBAGA PENDIDIKAN



“Saya mengenal Tuhan lewat lagu pelangi-pelangi,” papar Agus Handoyo ketika tampil sebagai pembicara di hadapan para kepala sekolah yang hadir. Pertemuan yang menghadirkan para kepala sekolah di sekolah swasta Katolik se-provinsi Banten, mengusung tema:  “Melalui workshop  pengembangan mutu guru, kita tingkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan agama Katolik pada sekolah swasta katolik di Provinsi Banten.” Acara yang berlangsung di hotel Regal-Anyer  pada tanggal 22-23 November 2013 ini diselenggarakan  oleh Bimas Katolik pada Kementerian Agama Provinsi Banten.
Bimas Katolik melihat bahwa keberadaan sekolah swasta Katolik yang menyebar di wilayah Banten menjadi sarana pewartaan Injil dan memperkenalkan Yesus Kristus, karena itu Bimas Katolik merasa perlu untuk mengundang para kepala sekolah di sekolah swasta Katolik se-provinsi Banten untuk hadir dalam pertemuan untuk menggali peran awal misi kekatolikan lewat dunia pendidikan.
Menurut Bapak Agus Handoyo, prinsip sebagai pengajar (sebagai guru) harus bersatu dengan Gereja sebagai guru dan ibu. Gereja dikonotasikan sebagai ibu yang melahirkan anggotanya melalui pembaptisan dan Gereja tiada henti melahirkan putera/i baru, mengembangkan keluarga Allah.  Melalui Gereja, seorang katekis berusaha untuk memperkenalkan Tuhan kepada orang lain. Mengenal Tuhan lewat banyak cara, salah satunya adalah lewat lagu, seperti yang dialami oleh Bapak Agus.   
Kalau melihat masa-masa lampau, keberadaan sekolah-sekolah Katolik, umumnya berada di sekitar lingkungan Gereja. Menurut Agus Handoyo, sekolah berperan penting untuk mendidik dan mencerdaskan umat agar sanggup untuk berbicara dan mewartakan tentang Tuhan. Di sini bisa dilihat bahwa awal misi kekatolikan terjadi kolaborasi antara dunia pendidikan dan Gereja. Dua institusi ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk membangun kekuatan dalam menyebarkan nilai-nilai Injili.
Dalam memaparkan materi tentang peran sekolah Katolik dan misi pewartaan, Bapak Agus Handoyo memaparkan sejarah masa lampau tentang penekanan katekese sebagai bagian penting dalam menumbuhkan iman dan terlebih pada upaya perutusan murid-murid Kristus untuk menjadi saksi di tengah masyarakat. Masyarakat yang dimaksudkan bukanlah kelompok internal Katolik tetapi lebih ditekankan adalah pewartaan di luar kelompok Katolik. Menyoroti hal ini, Bapak Agus Handoyo melihat bahwa untuk saat sekarang, Gereja lebih banyak mempertebal  iman untuk  kelompok internal. “Kalau membangun iman dan pewartaan tentang Kristus dalam kelompok orang-orang Katolik, si pewarta sabda itu sendiri sepertinya berada di dalam “gudang garam.” Tidak ada upaya menggarami orang lain karena yang digarami sudah tahu tentang Kristus. Melalui kesempatan itu,  Bapak Agus Handoyo terus mendorong para kepala sekolah agar tampil sebagai katekis yang berupaya  menggarami orang lain di luar kelompok orang-orang Katolik. Dengan demikian, Yesus dan ajaran-Nya  dikenal luas oleh orang-orang yang bukan Katolik.     
   Selain menghadirkan Agus Handoyo sebagai pembicara, Bimas Katolik juga menghadirkan  Bapak Try Admojo, Kasubdit Pendidikan Tinggi Bimas Katolik RI. Bapak Try lebih menyoroti tentang kebijakan pemerintah mengenai pelajaran agama Katolik (PAK), kepala sekolah dan guru-guru agama Katolik. Seluruh rangkaian acara ini dibuka oleh Pembimas Katolik Banten, Bapak Stanislaus Lewotoby.  Dalam sambutannya, Bapak Pembimas Katolik Banten mengharapkan agar  pertemuan yang diadakan itu menjadi peluang pembelajaran bagi para kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Katolik.***(Valery Kopong)

No comments: