Friday, June 22, 2018

Mudik dan Jalan Tol Jokowi

Perjalanan mudik tahun 2018 ini menyenangkan karena saya sendiri tidak terjebak dengan kemacetan panjang seperti yang dialami pada tahun-tahun sebelumnya.  Pengalaman yang saya alami ini bukan merupakan pengalamanku sendiri tetapi menjadi pengalaman mudik menyenangkan bagi ribuan orang yang melakukan mudik terutama di wilayah Jawa. Ada dua alasan penting, mengapa mudik pada tahun 2018 menjelang Lebaran ini menyenangkan karena tidak terjebak kemacetan. Pertama, rentang waktu liburan cukup panjang sebelum hari H Lebaran. Kedua, ada pembukaan jalan tol yang baru di wilayah Jawa yang bisa mempermudah akses untuk menuju kampung halaman.

Liburan lebaran 2018 di hutan pinus Bantul 
               
Memang, momentum mudik kali ini menjadi ruang publikasi kesuksesan pemerintahan Jokowi terutama dalam kaitan dengan infrastruktur yang bisa memudahkan rakyat untuk rasa nyaman dalam perjalanan. Tetapi apakah peristiwa mudik 2018 menjadikan semua warga bersuka cita? Rasanya tidak semua warga. Bagi yang pro Jokowi, perjalanan mudik ini menyenangkan namun bagi para lawan politik Jokowi, mudik tahun ini dirasa tidak memuaskan. Beberapa politisi kawakan sepertinya menutup mata terhadap keberhasilan pembangunan infrastruktur pada masa pemerintahan Jokowi. Ada politisi yang mengatakan bahwa mudik tahun ini dengan tingkat kemacetan yang parah dan bahkan mengatakan bahwa mudik tahun ini seperti neraka.

                Nyinyiran para politisi yang merupakan lawan politik Jokowi ini ditanggapi juga oleh warga yang mencintai pemerintahan Jokowi dan sedang mengalami kemudahan karena akses jalan tol yang baik. Karena itu tidak mengherankan bahwa pada beberapa titik di tol  wilayah Jawa, terpasang spanduk yang memberikan ucapan selamat kepada Jokowi yang telah membuat proyek infrastruktur. Bahkan para pendukung Jokowi  menuliskan pada spanduk bahwa tol yang sedang dilewati oleh warga saat mudik adalah tol Jokowi.

                Mudik tahun ini merupakan momentum untuk saling serang antara para pendukung pemerintahan dengan para lawan politik Jokowi. Peristiwa mudik seakan memanas dengan menghadirkan keberhasilan infrastruktur di satu sisi dan dibalas dengan nyinyiran  oleh lawan politik Jokowi. Mengapa terjadi pro-kontra seperti ini? Alasan jelas bahwa tahun ini adalah momentum terjadinya pelaksanaan pilkada maupun pilgub dan tahun 2019 nanti terjadi perhelatan pilpres.   Spanduk jalan “tol Jokowi” menjadi viral di media sosial dan hal ini seolah-olah menutupi gerakan yang terbangun melalui tagar #2019Gantipresiden yang sempat menjadi viral di medsos pada beberapa waktu lalu.  
               
                Para pemudik (baca: masyarakat) yang mengalami peristiwa mudik pada tahun 2018 bisa tercerahkan saat berada pada “jalan tol” dan pada akhirnya bisa menilai, pemimpin mana yang bisa bekerja untuk rakyat dan mana yang hanya nyinyir dan miskin prestasi.  Perjalanan mudik yang memanas sesaat ini perlahan turun karena saya berusaha melupakan nyinyiran para politisi dengan berekreasi di Yogyakarta. Sebelum hari Lebaran, saya bersama keluarga mengunjungi hutan pinus Becici-Bantul – Yogyakarta. Hutan pinus ini menjadi terkenal di hadapan publik ketika terjadi kunjungan Barack Obama. Kunjungan mantan presiden Amerika Serikat ini seolah membawa berkah tersendiri, yakni memperkenalkan hutan pinus melalui kunjungannya.
                Setelah puas dengan kunjungan di hutan pinus, hari berikutnya kami mengunjung pantai Parangtritis.  Memang pantai ini menawarkan ombak yang memecah dengan deburan yang berbuih putih. Pantai yang terkenal angker karena kaganasan gelombang ini sepertinya membuat warga pengunjung cuma menikmati dari bibir pantai dan tanpa harus menceburkan diri ke dalam laut. Pada hutan pinus dan lautan Parangtritis yang luas, kami menikmati sejuknya alam dan perlahan  melupakan hal-hal yang berbau politis.***(Valery Kopong)















No comments: