Friday, August 24, 2018

Insan Teratai Untuk Indonesia


Insan Teratai, sebuah sekolah yang cukup unik dari sekolah-sekolah lain. Keunikan itu bisa dilihat dari pengelolaan sekolah yang cukup banyak melibatkan orang tua yang berperan sebagai cleaning servis dan tukang masak di dapur. Salah satu keunikan yang tidak kalah penting adalah setiap kali doa bersama, ada empat perwakilan siswa-siswi yang memimpin doa. Ada perwakilan doa dari Agama Katolik, Budha, Kristen Protestan dan Islam. Setelah doa yang dipimpin oleh perwakilan itu, ada waktu “duduk hening” selama kurang lebih 30 belas menit.
          Kegiatan doa yang dilakukan ini kelihatannya sederhana tetapi membentuk kepribadian siswa-siswi terutama untuk memahami dan menerima semua perbedaan, baik itu perbedaan suku, agama dan ras. Saya melihat pola pembentukan di sekolah Insan Teratai sangat baik dan bisa menjadi bekal bagi setiap orang yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah Insan Teratai. Bekal utama yang diberikan oleh sekolah adalah berani menerima perbedaan orang lain dan menjadikan mereka sebagai saudara.
         
Apakah semua sekolah, baik itu negeri maupun swasta menerapkan  hal yang sama seperti yang ada di sekolah Insan Teratai?   Melihat beberapa sekolah yang ada di wilayah Tangerang, nampaknya tidak ada sekolah yang menerapkan system doa bersama dengan perwakilan dari agama-agama lain. Di sekolah negeri sekalipun, hanya doa dengan agama tertentu saja. Bahkan hanya ada agama tertentu yang menyiapkan guru-guru agamanya dan tanpa peduli dengan siswa-siswi beragama lain. Di sini, saya melihat tidak ada perhatian sekolah dalam kehidupan keagamaan.
          Untuk menghidupkan toleransi dan kehidupan keagamaan yang baik maka perlu adanya penanaman sikap untuk menerima perbedaan yang dimulai dari dunia Pendidikan dengan cara menghadirkan guru-guru agama sesuai dengan agama yang dianut oleh para siswa-siswi. Dengan menghadirkan guru-guru agama dari masing-masing agama sesuai kebutuhan siswa-siswi maka secara tidak langsung, anak-anak didik sedang belajar bahwa ada perbedaan agama dan belajar bagaimana menghargai perbedaan itu.   
          Sampai dengan saat ini masyarakat  Indonesia belum sepenuhnya menerima perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan seperti suku, agama dan ras menjadi perbedaan yang membentuk sebuah negara yang bernama Indonesia. Indonesia dalam satu keutuhan bila dilihat dari titik-titik perbedaan itu. Perbedaan itu juga menjadi sebuah kepingan ornament yang membentuk keutuhan Indonesia. Seperti pelangi yang selalu terlihat indah karena dibentuk oleh pelbagai warna. Demikian negara Indonesia, terbentuk dari perbedaan-perbedaan. Setiap orang bisa memberi warna keharmonisan di negeri ini dengan menampilkan perbedaan-perbedaan.*** (Valery Kopong)










No comments: