Bangsa pilihan Allah
bertahun-tahun hidup dan menetap di Mesir. Sejak Yusuf menjadi petinggi di
negeri itu dan pada peristiwa kelaparan, Yusuf menyuruh saudara-saudaranya
serta orang tuanya untuk segera ke Mesir agar terbebas dari ancaman kelaparan. Titik
awal untuk tinggal di Mesir, memberikan
peluang bagi mereka untuk bisa hidup.
Semakin lama mereka semakin berkembang bahkan menyaingi jumlah penduduk
Mesir. Apakah mereka hidup di Mesir maka mereka berada pada situasi yang
menyenangkan? Tidak!! Banyak perlakuan di luar batas kemanusiaan dan bahkan
mereka tetap diminta untuk kerja paksa. Sebagai bangsa pilihan Allah, Israel
tidak dibiarkan untuk tetap berada dalam penindasan.
Namun dalam perjalanan,
mereka dikejar para serdadu Mesir ketika umat Israel sedang menyeberang laut
merah yang telah dibelah oleh Musa dengan tongkatnya. Ketika umat Israel sudah berada di seberang
laut merah, Musa menyatukan kembali laut
sehingga para serdadu mati tenggelam. Umat Israel mulai memasuki padang
gurun untuk hidup dalam pengembaraan selama 40 tahun lamanya. Allah, melalui
Musa senantiasa mendampingi bangsa pilihan-Nya untuk mencapai tanah terjanji,
Kanaan.
Apa yang bisa kita
pelajari dari peristiwa masa lampau bangsa Israel dan memperhadapkan dengan
momentum perayaan 74 tahun kemerdekaan Indonesia? Di tengah gumuruh perayaan 74
tahun kemerdekaan Indonesia, anak-anak bangsa mestinya mengaca pada masa lampau
di mana para pejuang berusaha melawan penjajah dengan darah dan nyawa jadi
taruhan. Mereka mengorbankan diri dengan
cara tragis supaya tanah air
tercinta ini tidak dijajah oleh bangsa-bangsa penjajah.
Melepaskan diri dari
para penjajah berarti dengan mudah negara Indonesia bisa menentukan sendiri
nasib masa depannya. Dengan bebas dari penjajah berarti bebas dari tekanan dan
intimidasi serta perlakuan lain di luar batas-batas kemanusiaan. Dengan bebas
dari bangsa penjajah berarti seluruh kekayaan alam tidak dikuasi lagi oleh
mereka karena selama bangsa penjajah menduduki wilayah Indonesia, pada saat
yang sama mereka sedang mengeruk kekayaan alam berupa rempah-rempah dan kayu
cendana untuk dibawa ke negeri para penjajah.
Teks kitab suci hari
ini berbicara banyak hal tentang hidup dalam alam kemerdekaan dan tuntun oleh
aturan yang berlaku. Dalam Injil, Yesus menegaskan, “Berikanlah kepada kaisar
apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.”
Penegasan Yesus ini menunjukkan sebuah keseimbangan hidup. Hidup harus
dibaktikan kepada bangsa dan terarah kepada Allah. Hidup bakti sebagai warga
negara adalah menunaikan kewajiban utama
dalam membayar pajak yang bisa mendukung seluruh roda pemerintahan.
Pada momentum
kemerdekaan Indonesia ke 74 tahun ini kita diingatkan akan perjuangan para
pejuang yang berkorban demi bangsa dengan darah dan nyawa menjadi taruhan
utama. Dapatkah kita mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif sebagai
bakti kita kepada bangsa dan kecintaan kita terhadap Tuhan?***(Tangerang, 17
Agustus 2019, Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment